Headlines News :
Home » » Hikmah Pengunduran Diri Ketua KPUD Lembata

Hikmah Pengunduran Diri Ketua KPUD Lembata

Written By ansel-boto.blogspot.com on Tuesday, March 22, 2011 | 3:05 PM

Di tengah proses Pemilu Kada Lembata yang sedang menuju "puncak", Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) setempat, Wilhelmus Panda Mana Apa mengundurkan diri. Sikap ini tentu mengagetkan.

Berikut kutipan sebagian isi surat pengunduran diri Panda yang dimuat harian ini edisi Minggu 27 Maret 2011.

"...adanya fenomena politik yang kontra produktif akan keinginan berkuasa versus penegakan aturan. Komitmen penegakan aturan yang dilaksanakan KPUD Lembata dilihat sebagai upaya untuk menjegal calon tertentu. Bahwa dalam setiap rangkaian aksi protes bahkan diwarnai oleh aksi anarkis bersamaan dengan lontaran kata-kata makian, cemoohan kepada pribadi-pribadi penyelenggara pemilu. Secara pribadi saya merasakan dengan hati yang amat miris bahwa ternyata kerja keras, dedikasi, pengabdian siang dan malam dan komitmen kerja yang dibangun selama ini harus dihargai dengan cemoohan dan makian. Ada pula upaya untuk menggelorakan isu-isu promordialisme sempit yang memilukan hati".

Selanjutnya "Saat ini, saya benar-benar berada dalam tekanan politik yang luar biasa, seolah-olah keputusan kelembagaan penyelenggara pemilu adalah keputusan saya selaku pribadi, padahal segala keputusan sekecil apa pun dilakukan dalam rapat pleno. Solusi yang harus diambil adalah keluar dari keadaan yang berpotensi menginjak-injak harga diri dan martabat saya selaku manusia".

Rasanya cukup benderang apa yang terjadi di balik sikap pengunduran diri tersebut. Ada konflik antara penegakan aturan dengan kepentingan memenangkan Pemilu Kada. Aturan dipandang menghalangi tujuan yang ingin dicapai. Setidaknya demikian penilaian dan perasaan Panda yang "memaksa" dia memilih mundur ketimbang melanjutkan tugas sebagai penyelenggara Pemilu Kada. Panda juga menyaksikan ada upaya-upaya pihak tertentu menggelorakan isu-isu primordialisme sempit yang pada akhirnya membuat dia merasa tertekan dan akhirnya memilih mundur.

Sikap Panda ini harus dihormati tetapi juga perlu dikritik. Panda tentu memiliki banyak pertimbangan. Selain yang tersurat dalam surat pengunduran diri, pasti ada yang tidak tersurat. Sikap ini boleh dilihat sebagai sebuah kejujuran. Jujur mengatakan "tidak" adalah lebih baik, terhormat dan bermartabat, ketimbang lantang mengatakan "ya" tetapi dalam pelaksanaannya lain sama sekali.

Adalah lebih terhormat mengatakan "mundur dari jabatan" karena tidak mampu ketimbang bertahan dalam ketidakmampuan memangku dan melaksanakan amanah jabatan. Bukankah saat ini di sekeliling kita ada banyak jabatan yang dipertahankan dengan segala daya meski amanah dari jabatan itu tak pernah mampu dilaksanakan? Ketidakmampuan melaksanakan amanah jabatan itu bisa karena berbagai sebab, misalnya karena ketidakcakapan secara intelektual, integritas, ketidakmampuan memimpin dan masih banyak alasan lain. Jabatan terlanjur dimaknai sebagai berkat, sebagai rezeki pengubah nasib dari kurang beruntung secara ekonomis menjadi lebih beruntung. Makna ekonomis ini sedemikian kuat sampai menegasikan makna tanggung jawab jabatan.

Maka kita tidak boleh terlalu terperangah ketika ada insinyur peternakan, ada sarjana hukum, ada sarjana ekonomi yang bersumpah setia memangku jabatan yang bukan keahliannya dan dengan gigih berusaha mempertahankan jabatan itu. Si pemangku jabatan itu bukan tidak tahu bahwa dia sesungguhnya "boneka" yang kurang, bahkan tidak berguna karena berada di tempat yang salah.

Kembali ke soal pengunduran diri Panda, kita juga perlu mengkritisi sikap tersebut. Meninggalkan tugas dan tanggung jawab sedemikian strategis di tengah jalan, agaknya kurang bijaksana. Untuk alasan tekanan politik yang dialaminya, rasanya hal serupa pasti selalu terjadi di setiap Pemilu Kada di negeri ini. Karena itu kesiapan menjadi pelaksana Pemilu Kada harusnya diikuti kesiapan menerima segala resiko, termasuk mendapat tekanan dari berbagai arah. Tekanan dari berbagai kepentingan.

Lepas dari problem itu, the ship must go on. Pemilu Kada harus tetap berjalan, berproses sampai menghasilkan pemimpin Lembata yang definitip. Pengunduran diri Panda harus menjadi hikmah bagi semua pemangku kepentingan untuk melaksanakan proses politik itu secara bertanggung jawab dan bermartabat.
Sumber: Pos Kupang, 29 Maret 2011
Ket foto: Ketua KPU Lembata Wilhelmus Panda
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger