Saya bertemu dengan Pastor John Mansford Prior, SVD melalui jejaring dunia maya, facebook pada Kamis, (16/12 2010) sekitar pukul 14.00 WIB. Beliau sempat kaget setelah saya tautkan akun facebook saya ke alamatnya. “Wah, jurnalis yang satu ini cepat sekali balas,” katanya.
Saya pribadi tak pernah mengenal dan bertemu langsung misionaris asal Amerika Serikat ini. Namun, namanya sudah familiar di telinga saya melalui cerita wartawan senior dari kampung halaman, Melkhior Koli Baran, saat masih sekolah di SMP Lamaholot Boto (kini SMP Negeri 2 Nagawutun) di Desa Belabaja, Kecamatan Nagawutun, Lembata. Melki pernah jadi murid dan teman diskusi Pastor John Prior.
Lebih dari itu, nama Pastor John Prior juga sudah sering saya baca melalui Surat Kabar Mingguan (SKM) Dian dan majalah Kunang-Kunang yang mampir di kampung saya, Kluang (Boto). Saat itu, yang kita tahu, beliau mengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalera. Mata kuliah khusus yang beliau ajar pun saya tidak tahu.
Nama Pastor John Prior ini juga mengingatkan kami anak-anak sekolah di kampung dengan pastor-pastor dari luar negeri (kami sebut pastor orang barat) yang bertugas di paroki-paroki di Dekanat Lembata.
Terutama tiga paroki di selatan Lembata yaitu Paroki St Petrus & Paulus Lamalera, Paroki St Joseph Boto, dan Paroki Mingar yang dikenal dengan Paroki Labomi.
Di Lamalera, misalnya, ada Pastor Arnold Dupont, SVD dan Pastor Vanste, SVD. Kemudian di Paroki Boto ada Pastor Nicolas Strawn, SVD (kini jadi pastor orang sakit di RS Bukit Lewoleba), dan di Mingar ada Pastor Kurt Trumer, SVD. Ini sekadar menyebut tiga nama misionaris dari Eropa dan Amerika yang bertugas di paroki-paroki di selatan Lembata.
Setelah menyapanya, kami ngobrol sejenak. Ia menyampaikan kalau saat ini menetap di Wairklau, Maumere, Flores, yang berdekatan dengan rumah sakit. Cuma, setelah beliau menyebut nama Wairklau, saya sampaikan kalau masih agak awam soal tempat itu.
Saya berterus terang belum pernah menukik ke dalam tanah Flores, hingga Wairklau, 'kampung' Pastor John Prior saat ini. Sejak berkesempatan kuliah di Kupang tahun 1990-an, rute saya “tunggal”: Lewoleba-Larantuka-Kupang. Maksudnya, biar irit dari ongkos yang dititipkan orangtua buat ke Kupang.
“Wah, Lembata ke Kupang tanpa mampir di Maumere? Saya "baru" di Maumere selama 37 tahun terakhir. 7 tahun di kota, 7 tahun di pedalaman (bahasa Lio tapi wilayah Maumere) dan 23 tahun di Seminari Ledalero. Jarang ke Kupang. Hanya jalan-jalan jika diundang,” kata Pastor John Prior.
Saya penasaran kemudian mencari sedikit data tentang sosok dan kiprah Pastor John Prior SVD melalui google.co.id. Sempat muncul dari web-blog: fransobon.blogspot.com. Frans Obon, pemilik web-blog memuat sekilas artikel Pastor John Mansford Prior, SVD. Judulnya Inculturation of Worship and Spitiruality–A view from Indonesia.
Pastor John, tulis Obon dalam artikel di web-blognya, mengkritik cara kita menggereja. Kata Pastor John, kita sukses dalam soal inkulturasi hanya sebatas nyanyian dan perayaan di gereja hari Minggu. Tetapi umat kita tidak menjadikan Kitab Suci sebagai sumber inspirasi perjuangan sosial di Flores.
Kalau Anda menghadiri perayaan ekaristi hari Minggu di Indonesia, Anda akan mendapatkan satu kesan yang sama. Bahwa Gereja-gereja Kristen di Indonesia adalah hasil cangkokan dari Gereja Kristen Eropa.
Sudah lama sekali dibicarakan soal kontekstualisasi dan inkulturasi kehidupan dan ibadat Gereja. Namun hasil yang paling jelas dari proses ini adalah terciptanya ribuan lagu yang indah. Lagu-lagu ini dinyanyikan ketika orang pergi ke pasar, ke kebun dan ketika mandi.
Namun teks-teks Kitab Suci jarang sekali direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari untuk menginspirasi perjuangan melawan rejim Soeharto. Di Indonesia bagian timur, nyanyian dan tarian sering bersama-sama. Karenanya jika Anda pergi ke gereja, menari akan selalu menjadi bagian dari perayaan ekaristi.
Dalam akun facebook-nya, Pastor John mencantumkan beberapa foto. Saya copy satu buat pembaca blog. Satu hal, saya senang bisa bersua dengan Pastor John Prior, SVD. Saya tersenyum dengan pengakuannya: ‘Di Maumere “Baru” 37 Tahun’. Selamat bertugas, Pastor John!
Ket foto: Pastor John Mansford Prior SVD (menghadap kamera) sedang menikmati santap siang bersama koleganya.
Dok. dari facebook Pastor John Prior
Dok. dari facebook Pastor John Prior
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!