INSTITUT Pertanian Bogor (IPB) segera membekukan Akademi Komunitas Lembata (AKL) yang telah beroperasi selama kurang lebih empat tahun terakhir. Besar kemungkinan AKL ditutup pada akhir Mei 2017 mendatang.
Hal itu dibenarkan anggota DPRD Lembata, Frans Wuhan, di Kantor Bupati Lembata, Senin (10/4/2017). Saat itu, Frans Wuhan hendak menemui Penjabat Bupati Lembata, Sinun Petrus Manuk, untuk suatu urusan penting.
"Kami baru saja pulang dari Bandung, menemui manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menjadi menjadi induk semang Akademi Komunitas Lembata. Dari pembicaraan yang terjadi di antara kami, besar kemungkinan AKL Lembata segera ditutup," ujar Wuhan.
Dikatakannya, AKL dibekukan karena beberapa alasan prinsip. Pertama, pengelola gagal memanage institusi tersebut. Di satu sisi IPB mengharapkan AKL bisa tumbuh dan berkembang, justeru yang terjadi malah sebaliknya.
Sebagai misal, jumlah mahasiswa AKL terus melorot dari tahun ke tahun. Salah satu penyebab menurunnya jumlah mahasiswa adalah gagalnya manajemen AKL di Lembata memperkenalkan lembaga itu kepada masyarakat.
Alasan kedua, yakni Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lembata dinilai tidak serius melaksanakan memorandum of understanding (MoU) yang telah ditandatangani bersama. Itu terlihat dalam beberapa poin mendasar mengenai eksistensi AKL.
Contohnya, lanjut Wuhan, sampai saat ini, Pemerintah Kabupaten Lembata tidak menyiapkan tanah sebagai aset untuk dibangunnya gedung, tempat kuliahnya mahasiswa. "Untuk hal ini, pemerintah dinilai tidak konsisten," ujar Wuhan.
Berikutnya, ungkap Wuhan, keseriusan pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk kelangsungan kegiatan akademik AKL, juga dipertanyakan. Padahal dalam MoU sudah dituliskan kewajiban Pemkab Lembata untuk membiayai kegiatan akademik di lembaga tersebut.
Hal itu dibenarkan anggota DPRD Lembata, Frans Wuhan, di Kantor Bupati Lembata, Senin (10/4/2017). Saat itu, Frans Wuhan hendak menemui Penjabat Bupati Lembata, Sinun Petrus Manuk, untuk suatu urusan penting.
"Kami baru saja pulang dari Bandung, menemui manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menjadi menjadi induk semang Akademi Komunitas Lembata. Dari pembicaraan yang terjadi di antara kami, besar kemungkinan AKL Lembata segera ditutup," ujar Wuhan.
Dikatakannya, AKL dibekukan karena beberapa alasan prinsip. Pertama, pengelola gagal memanage institusi tersebut. Di satu sisi IPB mengharapkan AKL bisa tumbuh dan berkembang, justeru yang terjadi malah sebaliknya.
Sebagai misal, jumlah mahasiswa AKL terus melorot dari tahun ke tahun. Salah satu penyebab menurunnya jumlah mahasiswa adalah gagalnya manajemen AKL di Lembata memperkenalkan lembaga itu kepada masyarakat.
Alasan kedua, yakni Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lembata dinilai tidak serius melaksanakan memorandum of understanding (MoU) yang telah ditandatangani bersama. Itu terlihat dalam beberapa poin mendasar mengenai eksistensi AKL.
Contohnya, lanjut Wuhan, sampai saat ini, Pemerintah Kabupaten Lembata tidak menyiapkan tanah sebagai aset untuk dibangunnya gedung, tempat kuliahnya mahasiswa. "Untuk hal ini, pemerintah dinilai tidak konsisten," ujar Wuhan.
Berikutnya, ungkap Wuhan, keseriusan pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk kelangsungan kegiatan akademik AKL, juga dipertanyakan. Padahal dalam MoU sudah dituliskan kewajiban Pemkab Lembata untuk membiayai kegiatan akademik di lembaga tersebut.
Sumber: kupang.tribunnews.com, 10 April 2017
Ket foto: Anggota DPRD Lembata Frans Wuhan
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!