Profesor
Emeritus Ilmu Politik
Ohio State
University, Columbus Ohio, AS
Menurut berita terakhir sejumlah survei nasional
tepercaya, kesempatan petahana Presiden Barack Obama dipilih kembali pada
pemilihan presiden November mendatang semakin menipis.
Survei Gallup minggu ini, misalnya, melaporkan bahwa
dukungan pemilih bagi Mitt Romney, yang hampir pasti akan diangkat sebagai
calon presiden dari Partai Republik, lawan utama Partai Demokratnya Obama, kini
mendekati tingkat dukungan Obama. Mitt Romney pernah menjabat sebagai Gubernur
Negara Bagian Massachusetts.
Sebelumnya ia berkecimpung di dunia bisnis dalam
sektor manajemen finansial, tepatnya selaku pembeli dan pembongkar perusahaan
swasta yang bermasalah. Ia termasuk calon presiden yang paling kaya dalam
sejarah Amerika. Setelah Senator John McCain dikalahkan Obama pada pemilihan
presiden 2008, Romney langsung menjadi calon favorit untuk menghadapi Obama
pada pemilihan 2012.
Namun, Romney harus bersaing dengan beberapa lawan
dalam partainya sendiri pada masa prakonvensi partai. Lawan-lawan itu
meletakkan diri pada sayap paling kanan di partainya. Dalam budaya politik
Amerika, kanan berarti propasar bebas tanpa banyak restriksi dari negara dan
pro-kebijakan luar negeri yang unilateral dan keras. Pendukung sayap ini juga
menyebut diri prokeluarga tradisional dalam pengertian anti-gay dan antiaborsi.
Terlalu Moderat
Di dalam Partai Republik, Romney dituduh terlalu
moderat atau plinplan dalam hal-hal itu. Namun, semua lawannya diungguli lewat
proses primary elections, pemilihan
awal yang bersifat umum, tetapi untuk warga partai saja, yang diadakan di
beberapa negara bagian mulai Januari lalu.
Oleh massa warga partai, Romney tampaknya dianggap
paling electable, paling mampu mengalahkan
sang musuh bebuyutan Obama, ketimbang calon-calon lain. Ia pasti ditetapkan
dalam konvensi partai di Tampa Bay, Florida, pada akhir Agustus. Namun, belum
ada aktivis Republik yang antusias tentang pencalonannya.
Saya sendiri, selaku ilmuwan dan pengamat, merasa
kaget melihat perilaku Romney selama beberapa minggu terakhir, setelah lawannya
semua menarik diri dari panggung elektoral. Misalnya, Romney dituntut kampanye
Obama mengumumkan jumlah pajak pendapatan yang dibayarnya selama beberapa tahun
ke belakang. Hal itu tak wajib, tetapi dilakukan semua calon presiden sejak
Ronald Reagan.
Tentu Obama ingin memanfaatkan informasi itu untuk
mengutuk Romney sebagai orang kaya raya yang membayar pajak seminimal mungkin.
Namun, para tokoh Partai Republik pun mengajak Romney melepaskan data pajaknya.
Mereka sangat memaklumi bahwa isu ini bisa menghantui kampanye mereka sampai
hari pemilu. Yang mengejutkan, Romney menolak tuntutan itu dengan keras tanpa
penjelasan yang meyakinkan.
Contoh lain menyangkut kemampuan Romney sebagai
wakil bangsa di luar negeri. Hal itu juga tentu diperhatikan banyak pemilih.
Dalam perjalanan pertamanya ke luar Amerika dalam rangka kampanye, Romney
langsung mempertanyakan persiapan sekuriti Pemerintah Inggris menjelang
pembukaan Olimpiade 2012 di London.
Ia tampaknya merasa ahli sebab pernah mengurus
olimpiade musim dingin di Salt Lake City, Utah, sepuluh tahun lalu. Perdana
Menteri David Cameron membantah dengan ketus bahwa masalah sekuriti di kota
sebesar London jelas berbeda dari daerah terpencil, seperti Utah. Alhasil,
Romney diolok-olok oleh pers Inggris selama beberapa hari.
Semua yang terjadi tahun ini di Partai Republik dan
yang dilakukan bakal calon presidennya seharusnya tecermin dalam kesenjangan
yang semakin lebar antara dukungan Obama yang membesar dan dukungan Romney yang
merosot. Namun, kenyataannya tidak demikian.
Di antara para ahli, ada konsensus bahwa faktor yang
paling penting dalam pemilihan presiden di Amerika adalah keadaan ekonomi
nasional. Kalau baik atau cenderung baik, petahana presiden terpilih kembali.
Kalau buruk atau cenderung buruk, masyarakat akan memilih presiden baru.
Dibandingkan dengan empat tahun lalu, ekonomi Amerika jelas mulai pulih. Namun,
angka pengangguran tetap tinggi, di atas 8 persen, dan laju pertumbuhan sedang
menyusut.
Dalam jangka pendek, tidak ada kebijakan ekonomi
baru yang bisa diambil pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan atau menurunkan
pengangguran. Hal itu mengingat strategi yang dikembangkan tim Obama adalah
menggerakkan basisnya dan sebanyak mungkin kaum independen lewat kampanye grass roots, akar rumput, yang paling besar dalam sejarah Amerika.
Respons Partai Republik: mengumpulkan 1 miliar dollar AS atau lebih demi
kampanye iklan TV yang tak kurang dahsyat. Strategi mana yang lebih mungkin
mempan? Wallahualam bissawab.
Sumber:
Kompas, 1 Agustus 2012
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!