Headlines News :
Home » » Kebersamaan Merayakan Kelahiran

Kebersamaan Merayakan Kelahiran

Written By ansel-boto.blogspot.com on Tuesday, December 25, 2012 | 6:36 AM

Oleh Benny Susetyo
Rohaniwan

Natal selalu menjadi momentum untuk memperbarui visi, arah, dan perilaku berkehidupan. Natal merefl eksikan cara pandang baru agar kehidupan bisa berlangsung dengan lebih baik, berbudaya, beradab, dan berkeadilan. Natal bisa menjadi pembangkit semangat dan motivasi di tengah kegelapan yang menyelimuti negeri ini.

Saat korupsi semakin merajalela dengan cara yang lebih canggih. Saat ketidakadilan diperagakan dalam berbagai contoh nyata. Saat kaum kecil ditindas oleh mereka yang berkuasa secara politik dan ekonomi. Saat itulah semua diingatkan untuk kembali kepada jati diri masing-masing sebagai manusia yang saling menghormati dan mendasarkan perilaku pada cinta kasih

Kasih Natal

Dalam Natal ini manusia merefl eksikan dan menyatakan dengan sungguh-sungguh makna cinta kasih dalam berbagai polemik kehidupan. Cinta kasih itu merupakan dasar dari semangat kebersamaan yang tulus-ikhlas untuk membangun keadaban publik yang sehat. Sebagai warga setia individu diharapkan berkontribusi dengan cara masingmasing untuk mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata. Di tengah kecamuk ketidakpastian itu semua, negeri ini hampir kehilangan rasa untuk menganggap sesama sebagai saudara.

Persaudaraan telah memudar karena ulah dan perilaku elite politik yang sering bekerja demi kepentingan diri sendiri dan tentu kepentingan uang semata-mata. Ironis karena perjuangan sebagian besar dari mereka untuk menjadi elite politik didasari bukan oleh kehendak untuk mengangkat derajat dan kesejahteraan rakyat, melainkan mencari kekuasaan belaka. Natal kali ini mengharapkan manusia bisa hidup dalam sikap saling mengasihi dan mengembangkan sikap hidup bijak dan perilaku kebaikan. Semua dilakukan dengan menyadari kehadiran Tuhan dan menegaskan kebaikan Tuhan yang mengantarkan umat manusia untuk menjalani seluruh aspek kehidupan ini dengan kasih sayang.

Kelahiran Juru Selamat menjadi pancaran cahaya kemuliaan Tuhan dalam pengalaman kesederhanaan di sebuah kandang mungil, kotor, dan bau. Kemuliaan dan kesederhanaan seperti itu kini hampir lenyap dalam jiwa sanubari kaum elite. Kelahiran Yesus mengajarkan kepada setiap manusia tentang era kehidupan baru dari kegelapan menuju terang. Terang Natal bukanlah seperti yang diwujudkan dalam warna-warni lampu hias yang bekerlap-kerlip semata, melainkan cara manusia menyadari diri membawa kehidupan baru yang lebih adil dan damai. Manusia membutuhkan momentum untuk merefl eksikan diri. Makna terdalam kedatangan Sang Juru Selamat untuk zaman ini menegaskan kembali semangat-Nya untuk melawan ketidakadilan dan penindasan yang sudah begitu membudaya.

Ketidakadilan telah menggerus kebijaksanaan dalam kehidupan. Ketidakadilan banyak dicerminkan dari kehidupan yang timpang, antara yang kaya dan miskin, bodoh dan pintar, atau elite dan jelata. Kaum miskin dan bodoh selalu menjadi objek yang dikorbankan oleh yang kaya dan pintar. Mereka yang banyak sering mempermainkan yang sedikit. Minoritas tapi pintar dan kaya mengorbankan mayoritas namun melarat dan bodoh. Harmoni Harmoni kehidupan tercipta secara tidak seimbang.

Harapan untuk membuat kehidupan bisa saling memberi dan menerima antara kaum berkelebihan dan berkekurangan nyaris pupus. Sebab mereka yang berkelimpahan sering memperolehnya secara paksa atau dengan tipu daya justru dari mereka yang berkekurangan. Begitu pula dengan elite dan jelata. Kaum jelata berjumlah mayoritas namun tertindas dalam setiap peristiwa. Mereka menjadi korban kepintaran kaum elite. Bila suatu kali ada amuk massa, itu terjadi karena elite yang keterlaluan memperdayai. Tak tebersit dalam pikiran mereka bahwa kekuasaan dan jabatan merupakan daulat dari rakyat semesta. Orang kaya pun sering kehilangan kesadaran bahwa hartanya sebagian besar merupakan “sumbangan” dari kebanyakan orang yang disebut miskin.

Kehidupan semakin merosot ketika moralitas keseimbangan diabaikan. Ketidakadilan dalam berbagai jenisnya dikembangbiakkan dan sering diwarnai seolah-olah merupakan takdir tak bisa diubah. Kehadiran Juru Selamat bermakna sebagai kelahiran kehidupan baru yang lebih damai dan menyingkirkan penindasan. Kini penindasan demi penindasan sudah ada di depan mata, bahkan dalam bentuknya yang elokelok sehingga tampak seolah bukan penindasan. Makna Natal bagi orang beriman untuk melawan penindasan dengan memperluas solidaritas dan menjunjung tinggi kesadaran berkehidupan bersama.

Dalam Natal ini, manusia hendaknya merayakannya dalam suasana pengembaraan untuk mencari makna cintah kasih yang hilang. Juga, dalam situasi inilah individu mencoba menemukan kembali terang sejati. Setiap pribadi perlu menemukannya kembali terang yang sudah pudar karena perilaku manusia yang tidak pernah bersyukur atas anugerah Allah. Anugerah Allah yang begitu besar bagi bangsa ini telah digadaikan segelintir elite politik demi ambisi kekuasaan. Kekayaan alam digadaikan dan diobral.

Persaudaraan sejati ditinggalkan demi kepentingan politik badut-badutan. Dalam Natal ini, dengan mengingat segala perbuatan yang pernah dilakukan kemarin, memunculkan diri dalam keadaan bersih. Manusia perlu kembali ke jalur lurus, jalan kesederhanaan. Manusia harus berani membuka kembali mata hati yang selama ini tertutup kemewahan, kepongahan, dan kedurjanaan. Ingatlah bahwa terang akan bersinar bila mereka memiliki nurani yang bersih. Di sanalah terang itu akan bersinar.
Sumber: Koran Jakarta, 25 Desember 2012
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger