Ia tak pernah membayangkan menjadi wisudawati terbaik pada Wisuda Sarjana dan Diploma Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat (STIKes) Mitra Ria Husada di Gedung Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia (TMII) Jakarta, Kamis (4/12/2008) lalu.
Menurut Petronela Peni Sanga, AMK, SKM, ia tak pernah menyangka ditetapkan sebagai wisudawati terbaik pertama di Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat STIKes Mitra Ria Husada Jakarta. Namun, setelah berlangsung gladi bersih kabar itu baru diterimanya. Karena itu, sang suami, Drs. Herman YL Wutun, MBA, tak diberi tahu. Baru semalam sebelum wisuda ia meneruskan kabar menggembirakan itu kepada suami dan anak-anaknya.
"Bagi saya, prestasi ini merupakan buah kerja keras serta doa suami dan anak-anak tercinta. Saya bangga bisa mengangkat nama baik Rumah Sakit Umum (RSU) WZ Yohannes-Kupang, tempat saya bekerja sebagai perawat. Juga nama baik almamater," ujar Ibu Nela, sapaan akrab Petronela ketika dihubungi Pos Kupang melalui handphone, Selasa (16/12/2008).
Sesungguhnya, Ibu Nela adalah perawat yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) di RSU Prof. Dr. WZ Yohannes-Kupang. Namun, karena ia mengikuti suami yang bertugas sebagai Ketua Umum Induk KUD di Jakarta, maka perawat kelahiran Kolimasang, Adonara, Flores Timur, 25 November 1959, ini meminta izin atasannya untuk melanjutkan kuliah strata satu (S-1).
"Saya berpikir, lebih baik saya mengisi waktu saya selama di Jakarta dengan kuliah. Daripada bekerja dan mengganggu tugas suami dan anak-anak," cerita Ibu Nela.
Pilihan ini diakuinya cocok. Pasalnya, jika mau tetap bekerja sebagai perawat, tentu akan ditempatkan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sesuai dengan tempat domisili suaminya. Walaupun disadari bahwa meneruskan kuliah S-1 tak akan berpengaruh pada kenaikan pangkatnya, namun ia memilih kuliah untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
"Tahun 2006 saya minta izin kepada direktris untuk kuliah dengan biaya sendiri. Jadi, saya minta izin langsung kepada Direktris RSU Kupang, dr. Yovita Anike Mitak, MPH. Saat itu ibu direktris langsung mengiyakan dan saya langsung melengkapi persyaratan administrasi yang diperlukan" cerita Ibu Nela.
Ilmu Sangat Penting
Bagi Ibu Nela, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah bekal masa depan bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Ia tak mau menyia-nyiakan waktu untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mawar Wutun, putri sulungnya, kini tercatat sebagai mahasiswa semester terakhir pada Program Pascasarjana Universitas Trisakti Jakarta. Anak kedua, Rose Wutun, kuliah pada Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Trisakti Jakarta. Anak ketiga, Pedro Wutun, sekolah di sebuah SMA di Kupang dan si bungsu, Mathilda Wutun, sekolah di sebuah SMP di Jakarta.
"Motivasi saya kuliah karena ingin menambah pengetahuan. Dengan kemajuan teknologi seperti saat ini mau tidak mau menuntut kita untuk terus belajar. Ya, belajar seumur hidup," kata Nela, anak ketiga dari sepuluh bersaudara buah kasih Philipus Ola Padji dan Maria Liwat Tena.
Ada pengalaman baru selama kuliah. Misalnya, kalau saat bekerja masih gagap teknologi alias gaptek, maka dengan sendirinya ia bisa tahu banyak selama kuliah. Misalnya, bagaimana mengakses internet. "Banyak data dengan mudah kita akses dari internet. Bahan untuk penulisan skripsi banyak saya ambil dari internet," ujar Ibu Nela bangga.
Hal itulah yang tentu menopang kuliah Ibu Nela hingga memperoleh prestasi akademik yang membanggakan. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Buchari Lapau, dr. MPH, yang juga Ketua STIKes Mitra Ria Husada, Ibu Nela menulis skripsi dengan judul, "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyakit Diabetes Melitus."
Ibu Nela akhirnya meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,46.
Pada wisuda sarjana dan diploma STIKes Mitra Ria Husada di Sasono Langen Budoyo TMII Jakarta, ia akhirnya ditetapkan sebagai Wisudawati Terbaik I Program S-1 Kesehatan Masyarakat. Ibu Nela mendapat piagam penghargaan dan uang tunai Rp 1 juta yang diserahkan langsung Ketua STIKes Prof. Dr. Buchari Lapau, dr. MPH. Nilai dua penghargaan terakhir memang tak seberapa. Namun "nilai" yang dipetik dari perjuangan ini adalah kerja keras dan keteladanan. Proficiat!
Ket. Foto: Petronela Peni Sanga didampingi suami, Herman Wutun dan anak-anaknya (dari kiri: Mathilda Wutun, Mawar, Pedro, dan Rose Wutun) di rumah mereka, kota Wisata Cibubur, Jakarta Timur.
Sumber: Pos Kupang, 17/12 2009. Foto: dok. keluarga
Sumber: Pos Kupang, 17/12 2009. Foto: dok. keluarga
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!