Ia berniat pulang kampung membangun tanah leluhurnya, Muara Enim, Sumatera Selatan. Padahal, di Jakarta ia mengendalikan puluhan perusahaan besar. Ternyata, panggilan tanah leluhur lebih dominan.
SUSES mengejar karier di rantau hingga menggapai kemapanan hidup rohani dan jasmani kadang bisa membuat seseorang lupa tanah leluhur. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Ir. H. Herfyan Sofyan Danal, MM. Herfyan –sapaan akrabnya- menjawab panggilan tanah leluhurnya, Muara Enim, sebagai Ketua DPC Partai Partai Demokrat Muara Enim yang akan ikut memajukan daerah itu bersama masyarakat dan pemerintah setempat. Keputusan itu pun ia terima karena sebagai kader partai, kapanpun dipercayakan tak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu karena merupakan amanah. Apalagi, pengabdian itu untuk masyarakat daerah sendiri.
“Keputusan saya menerima tawaran rekan-rekan pengurus Partai Demokrat Muara Enim untuk memimpin partai ini hanya karena panggilan sebagai putra daerah. Kakek saya, Pangeran Danal, putra asli Muara Enim. Sebagai cucu, paling tidak saya bisa ikut menjaga nama besar keluarga. Peribahasa kami begini. ‘Kalau tidak bisa memperbaiki nama besar ini, menjagapun jadilah’,” ujar Herfyan kepada penulis usai dilantik sebagai Ketua DPC Partai Demokrat Muara Enim di Gedung Kesenian Putri Dayang Rindu, Muara Enim, Senin (12/3).
Dalam Musyawarah Cabang (Muscab) I Partai Demokrat yang demokratis, Herfyan dan Ridwan, sekretarisnya terpilih secara aklamasi. Keduanya kemudian dilantik Ketua DPD Partai Demokrat Sumatera Selatan Drs. H. Djauhari, MM memimpin Partai Demokrat Muara Enim masa bakti 2007 – 2012. Pemilihan sekaligus pelantikan disaksikan sejumlah petinggi pusat partai. Mereka antara lain Sekjen H. Marzuki Alie, SE, MM, Ketua Bidang Kesra Ustad Agus Abubakar, dan anggota Departemen Keanggotaan H. Sudarman serta sejumlah pengurus provinsi seperti sekretaris H. Sopwatillah Mohzaig, para peserta dan undangan.
Meski mengaku masih sibuk dengan setumpuk tugas, namun panggilan tanah leluhur sepertinya tak bisa beranjak dalam hatinya. Sekalipun, ia tak memberi jaminan yang muluk-muluk bahwa setelah kembali akan melakukan tugas-tugas pengabdian seperti apa. Yang jelas, ia yakin bahwa dengan kehadirannya mungkin ia berbakti lebih banyak. “Daerah ini punya potensi dan pendapatan asli daerah (PAD) demikian besar. Sumber daya alam, baik dari sektor pertambangan, perkebunan rakyat maupun kehutanan sangat besar. Semua ini bisa digali dan dikelola untuk memakmurkan dan menyejahterakan masyarakatnya. Karena itu, saya punya misi ingin berbuat banyak. Saat ini saya hanya “berusaha” di Kahuripan Indonesia yang merupakan kelompok usaha Gudang Garam Group,” lanjutnya.
Pria kelahiran Palembang 24 Januari 1950 ini mengenyam pendidikan dasar (SD) di SD Xaverius IV, kemudian SMP Xaverius II dan SMA Xaverius I Palembang. Selepas dari sana, ia masuk jurusan Teknik Perambangan, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya (Unsri) dan lulus tahun 1986. Semasa mahasiswa, ia aktif dalam berbagai kursus. Tahun 1984, misalnya, Herfyan mengikuti Kursus Ketenagakerjaan Pemuda, Proyek Pembinaan Tenaga Kerja Pemuda, Depnaker RI di Palembang. Kemudian Kursus Pengamanan Peledakan, Ditjen Pertambangan Umum PPTM, Deptamben RI, Kursus Lingkungan Pertambangan dan Teknik Reklamasi Daerah Bekas Tambang, Kursus Juru Ledak Klas II, Ditjen Pertambangan Umum, Detamben RI di Bandung.
Merunut rekam jejaknya, ternyata sarat pengalaman yang tentu tak bisa disebut satu persatu. Yang jelas, selepas kuliah ia langsung bekerja dan mendapat kepercayaan memimpin puluhan perusahaan. Prestasi yang ia ukir mengantarnya menjadi peserta seminar tingkat nasional dan internasional seperti di Italia dan Amerika Serikat. Kariernya terus melejit tatkala pada 2004 hingga saat ini dipercaya sebagai Public Affairs Division Head Makin Group Jakarta. Tak ayal, sejumlah daerah tempat “usaha” itu berada habitat Herfyan karena harus memantau langsung gerak perusahaannya.
Kader partai
Aktif di berbagai perusahaan dengan mobilitas yang tinggi bukan berarti berhenti di situ. Partai politik (parpol) ia masuki untuk mengabdi lebih intens kepada rakyat. Nah, pilihannya jatuh pada Partai Demokrat yang didirikan Dr. H. Suslio Bambang Yudhoyono (SBY). Nah, kepercayaan pun terbuka lebar setelah mulai mengemban tugas sebagai Wakil Ketua Bidang Buruh, Tani, dan Nelayan DPD Partai Demokrat Sumatera Selatan. Dari sana rupanya, niat pulang dan membangun tanah leluhurnya makin terbuka. Apalagi, didesak oleh rekan-rekan sesama kader partai. Bahkan, Marzuki Alie menyinggung bahwa kalau ada panggilan, silahkan baktikan tenaga dan pikiran untuk daerah sendiri.
“Dari sini saya mulai refleksi, apa yang bisa diperbuat untuk Muara Enim. Sebagai putra daerah saya mulai merasa terpanggil. Dalam hati kecil, saya yakin bahwa kalau kembali ke tempat leluhur maka saya akan lebih banyak berbuat untuk daerah ketimbang di luar. Padahal, sekadar mengukur diri, ya, Alhamdulillah! Apa yang saya peroleh untuk keluarga, rasanya cukup. Namun, tak sekadar itu. Saya ingin mengaktualisasikan diri. Saya ingin kembali ke habitat, kampung saya. Karena itu, sebagai kader partai saya juga mau mengabdi di kampung halaman,” katanya.
Posisi wakil ketua di DPD Partai Demokrat Sumatera Selatan ternyata banyak memberi pelajaran bagi Herfyan untuk ikut merasakan nasib dan denyut kehidupan para buruh, tani, dan nelayan. Selama ini, ternyata kelompok masih termarginalkan. Padahal, pergerakan perekonomian bisa diarahkan dengan model ekonomi kerakyatan sebagaimana visi-misi SBY.
“Saya ingin mengangkat harkat dan martabat hidup mereka agar lebih sejahtera. Itu juga salah satu alasan mengapa saya mau pulang ke tanah leluhur saya. Nah, ibarat kata pepatah tadi. Kalau tidak memperbaiki, menjagapun jadilah. Itu yang saya implementasikan dengan keputusan pulang kampung. Saya tahu, potensi Muara Enim sangat besar terutama bahan tambang. Sekarang ada gas metan di daerah Pagar Dewa. Tempat ini merupakan simpul gas yang terbesar di Indonesia. Artinya, sumber daya alam Muara Enim bisa dikelola untuk kesejahteraan masyarakatnya. Bahkan untuk Sumatera Selatan dan Indonesia,” jelas Herfyan.
Terganjal birokrasi
Meski potensi SDA Muara Enim besar, tapi kadang investor yang ingin menanamkan modalnya masih terganjal birokrasi. Sebagai orang swasta, Herfyan mengeritik, birokrat di kabupaten itu belum mencerminkan diri sebagai pamong. Ia punya pengalaman saat perusahaannya mau berinvestasi di sana. Yang dialami justru perijinan yang berbelit-belit. “Saya sudah ikuti aturan dan norma yang berlaku karena investasi itu butuh kepastian. Kami berniat membuka perkebunan berikut pabrik kelapa sawit di Muara Enim. Insyah Allah. Kalau kami bisa merangkul beberapa perkebunan kelapa sehingga kami akan mendirikan industri hilirnya. Itulah cita-cita kami. Nah, perusahaan kami yang demikian besar, saya yakinkan bisa masuk ke kampung saya. Tetapi apa yang saya dapat? Bukan kemudahan tetapi ada hal-hal yang saya rasa tidak adil di saat saya ingin membangun kampung saya,” katanya.
Padahal, aturan-aturan dan norma-norma “sudah diikuti”. Kendala-kendala seperti ini yang juga mendorongnya mau kembali ikut membenahi tanah leluhurnya melalui Partai Demokrat. Ada tantangan dalam hati. Pasalnya, sebagai putra daerah yang berada di luar dan datang membawa investasi besar malah bukan mendapat sambutan hangat namun birokrasi yang berbelit-belit. “Kita tahu. seorang kepala daerah itu sebagai decition maker. Ia sudah punya policy ke bawah. Bawahan kan tinggal memberikan pelayanan publik. Kami datang bukan minta pekerjaan atau uang, tetapi membawa kapital membangun daerah. Malah sampai tiga tahun lebih ada perijinan yang belum kami peroleh. Ini aneh. Ya, kami mengharapkan kemudahan dan birokrasi tidak berbelit-belit,” lanjut Herfyan.
Nah, berkat dukungan rekan-rekan, ia bertekad ikut membangun tanah leluhurnya melalui Partai Demokrat. Ia yakin, melalui kerja sama sinergis antara semua elemen, Partai Demokrat bakal menjadi besar dan berkomitmen menggapai cita-citanya membangun masyarakat yang sejahtera. Ayah empat anak ini juga bahagia karena mendapat restu istri dan anak-anak. Bahkan tugas-tugas seperti ini sudah dipahami keluarga sebagai bagian dari pelayanan. Apalagi, istrinya yang juga peneliti ahli pulp and paper di Departemen Perindustrian RI. Begitu putri sulungnya, yang kini sedang studi di Malaysia dan tak lama lagi menuju Australia guna melanjutkan studinya.
“Kadang teman-teman ngeledek aku seperti pengantin baru. Tapi mau bilang apa. Yang jelas, keputusan ini kami diskusikan bersama. Istri saya malah mengatakan bahwa hidup ini seperti hijrah. Kita berhijrah dari satu tempat ke tempat yang baru. Ini perjalanan ibadah sehingga beliau mendukung. Kita pulang kampung dan kita ingin berbuat lebih baik lagi untuk orang lain atas dasar cinta,” kata Herfyan. Benar juga, Pak! (Ansel Deri)
Sumber: Majalah DEMOKRET NEWS edisi April 2007
ANSEEEEEEEEELLLL DERIIIII..kemana aja loe? Gile, iseng2 gw buka internet cari nama gw sih, kok munculnya salah satunya di blog loe ya? Kontak2 gw dooooong...nih HP gw 0817-693-7174 kalo gak email gw di joko.holic@gmail.com..awas kalo nggak!!!!!
ReplyDeletesaya kenal dengan sekretaris anda
ReplyDeletebapak ridwan farida kalau gak salah
tolong sampaikan salam saya
saya sangat setuju dan sangat mendukung dengan semangat anda yang tulus untuk membangun muara-enim lebih baik lagi
salam putra daerah dirantau