Perjalanan empat hari Paus Benedictus XVI dari Skotlandia menuju Inggris benar-benar melelahkan. Protes terhadap pelecehan seksual yang dialami putra-putri altar semakin besar, meliputi negara-negara Inggris, Austria, Belgia, Irlandia, Jerman, serta Amerika Serikat, dan semua ini mengarah ke satu titik: Vatikan.
Paus minta maaf dan menyesalkan kejadian ini. "Keadaan ini sangat menyedihkan bahwa otoritas gereja tidak cukup waspada dan tidak cukup cepat serta tegas dalam mengambil tindakan yang diperlukan," kata Paus Benedictus dalam perjalanannya menuju Inggris, Kamis pekan lalu. Sepanjang kepausannya, baru kali inilah Vatikan diprotes besar-besaran.
Dalam kunjungannya ke Inggris, Sabtu pekan lalu, Paus Benedictus XVI didemo sekitar 80 ribu orang, di sepanjang Hyde Park hingga Downing Street, London. Mereka menuntut pertanggungjawaban Paus beserta keuskupan atas pelecehan seksual yang dilakukan terhadap putra-putri altar. Dalam aksi damai tersebut, para pemrotes membawa spanduk kecil bertulisan "Paus jangan melindungi imam pedofil".
Aksi besar-besaran ini merupakan puncak protes masyarakat atas lambannya tindakan Vatikan menangani kasus pelecehan yang dilakukan Imamat Gereja terhadap putra-putri altar. Bahkan organisasi yang menangani korban pelecehan seksual Imamat Gereja, Survivors Network of those Abuse by Priest (SNAP), mengecam permintaan maaf dan penyesalan Paus sebagai kepura-puraan. "Para pejabat gereja malah menutup-nutupi. Sebaliknya, mereka secara cepat dan waspada menyembunyikan kejahatan itu, bukan malah mencegah kengerian ini," kata Joelle Casteix dari SNAP, menanggapi pernyataan Paus kepada pers.
Kini beberapa negara membentuk komisi khusus untuk menginvestigasi kasus pelecehan seksual putra-putri altar. Seperti halnya Belanda, komisi investigasi ini dipimpin langsung oleh Menteri Pendidikan Belanda Wim Deetman. Deetman menjamin investigasi komisi ini akan menghabiskan waktu selama setahun. Sejak dibentuk pertengahan Maret tahun lalu, komisi ini telah menerima 900 laporan korban pelecehan seksual yang dialami putra-putri altar. "Laporan itu tidak langsung disampaikan para korban kepada kami, tapi menghubungi kami melalui para -kerabat mereka," kata juru bicara komisi, Gert Jan Verhoog.
Di Belgia, kasus pelecehan oleh pendeta mengakibatkan 13 kasus bunuh diri pada anak-anak. Akibatnya, negara ini pula yang paling terbuka melaporkan adanya skandal pelecehan seksual. Sekitar 507 korban secara terbuka memberikan kesaksian kepada komisi khusus yang menginvestigasi kasus ini Jumat dua pekan lalu.
Dorongan agar Vatikan bertanggung jawab atas penyelesaian kasus ini juga muncul dari beberapa pengacara. Salah satunya William McMurry. Pengacara independen dari Kentucky, Amerika, ini meminta Paus Benedictus memberikan kesaksian tentang skandal pelecehan seksual yang menimpa gereja di Amerika.
Puncaknya, laporan investigasi The New York Times beberapa pekan lalu, yang mengabarkan bahwa Paus Benedictus pernah gagal menangani -kasus pelecehan seksual putra-putri -altar pada 1980. Surat kabar ini menerbit-kan dokumen yang menunjukkan bah-wa Paus Benedictus XVI, yang saat itu menjabat Kepala Kongregasi Bagian Doktrin Iman, sudah menyadari ada-nya pastor pedofil, yang melakukan pelecehan terhadap 200 anak-anak di sekolah untuk murid tunarungu di Wisconsin. Namun Paus malah memutuskan menjaga kerahasiaan ini. Inilah yang menimbulkan protes keras dari gerakan hukum Amerika.
Atas berita-berita yang memojokkan itu, sebagai pemegang takhta suci Vatikan, sebenarnya Paus memiliki hak untuk membantah, di samping ia memiliki hak kebal hukum. Namun Paus Benedictus XVI tetap menunjukkan sikap rendah hati demi penyelesaian kasus ini.
Demo besar-besaran itu mengguncang dunia kepastoran, tapi itu tidak menghilangkan karisma Paus Benedictus XVI. Kunjungan tiga hari di Inggris justru semakin membuatnya bersinar. Dengan jubah cerah berwarna merah, Paus tetap memberikan pelayanan kepada ribuan penganut Katolik di Katedral Westminster. Bahkan 1.500 orang ikut memberikan pelayanan, sedangkan 2.000 lainnya menyaksikan pela-yanan yang diberikan Paus lewat layar raksasa di luar Katedral.
Sumber: Tempo edisi No. 31/39, 27 September 2010
Ket foto: Paus Benediktus XVI
Ket foto: Paus Benediktus XVI
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!