Upacara memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-11 Otonomi Daerah Kabupaten Lembata, Selasa (12/10/2010), sepi. Yang hadir hanya pejabat pemerintah dan empat anggota DPRD Lembata. Sebagian besar anggota Dewan tidak hadir.
Acara yang berlangsung di halaman depan Kantor Bupati Lembata, Jalan Trans Lembata itu, hanya diikuti para PNS dan sesepuh masyarakat. Anggota DPRD yang hadir hanya empat orang dari 24 anggota DPRD Lembata saat ini.
Para undangan lainnya juga tidak hadir. Suasana di Kota Lewoleba, ibu kota kabupaten pemekaran dari Kabupaten Flores Timur itu, juga sepi. Terkesan tidak ada acara HUT ke-11 otonomi daerah itu. Masyarakat di kota tersebut terkesan masa bodoh memperingati hari jadi kabupaten itu.
Disaksikan FloresStar, acara yang dipimpin Bupati Lembata, Drs. Andreas Duli Manuk, itu berlangsung tertib. Acara itu dihadiri Kapolres Lembata, AKBP. Marthin J.H. Johannis, S.H, Dandim 1624 Flotim, Letkol Inf. L Benny Arifin, Wakil Ketua DPRD Lembata, Hyasintus Burin, S.M, para asisten, pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), dan sesepuh yang telah menggagas otonomi Lembata, 11 tahun lalu.
Selain Burin, tiga anggota DPRD Lembata yang ikut mengambil bagian dalam upacara ini, adalah Ketua Komisi III DPRD Lembata, Simon G. Krova, A.Ma.Pd., Tarsisia Hani Chandra, dan Simon Beduli.
Sementara 19 anggota DPRD lainnya, tidak kelihatan. Olehnya puluhan kursi yang disediakan untuk para wakil rakyat itu tidak terisi. Selain itu, kursi untuk istri dan suami dari para wakil rakyat juga tidak terisi. Kursi itu diisi beberapa sesepuh Lembata, dan undangan lain yang berasal dari tanah rantau.
Melihat pemandangan seperti itu, salah seorang warga berpendapat, tingkat kesadaran wakil rakyat masih kurang. Sebab, untuk mengikuti upacara HUT Otonomi Daerah saja para wakil rakyat itu mengabaikannya. Padahal, karena otonomi daerah, mereka bisa mengemban predikat sebagai wakil rakyat.
"Saya tidak tahu bagaimana para wakil rakyat melihat HUT Otonomi Daerah ini. Karena ada orang tua yang jauh-jauh dari Jakarta hanya untuk ikut upacara ini. Tapi anggota DPRD Lembata malah menghilang," kritik warga tersebut.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPRD Lembata, Hyasintus Burin, SM ketika ditemui FloresStar usai acara tabur bunga di Pelabuhan Lewoleba, mengatakan, sebagian angota DPRD memang masih berada di luar daerah. Namun sebagiannya sudah di Lembata.
Saat itu Burin menolak memberikan komentar mengenai alasan ketidakhadiran para wakil rakyat itu. Menurutnya setiap anggota punya alasan sendiri untuk hadir atau tidak hadir.
"Anggota lain juga sudah ada di sini (Lembata, Red). Tapi tidak tahu alasan apa sehingga mereka tidak datang. Tadi saya hanya lihat tiga orang anggota, jadi empat orang dengan saya," ujarnya.
Hal ini seolah membenarkan pernyataan, salah seorang tokoh masyarakat Lembata, yang saat ini tinggal di Jakarta, Karolus Kolin (76), saat ditemui FloresStar, usai acara tersebut.
Kolin mengatakan, pembangunan di Lembata memang belum berimbang. Salah satu faktor penyebabnya, pelaksanaan pembangunan cenderung pada kapasitas personal dan mengabaikan kebersamaan.
"Pembangunan Lembata kurang berimbang. Karena semangatnya beda dengan kami waktu lalu. Dulu, semangat kami pantang mundur dan terus maju dalam kebersamaan, sebagaimana filosofi sapu lidi. Sekarang, mungkin banyak orang pintar, sehingga banyak hitungan ilmiahnya, dan lebih senang jalan sendiri-sendiri," jelas Kolin.
Karena itu, lanjut Kolin, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh pemerintah saat ini, dan pemerintah hasil pemilu kada tahun 2011 mendatang.
"Tapi bagi kami, hanya dengan kebersamaan dan semangat yang kuat seperti filosofi sapu lidi, pembangunan Kabupaten Lembata ini bisa berjalan lebih cepat dan kesejahteraan masyarakat dapat dicapai," ujarnya.
Sumber: Pos Kupang, 14 Oktober 2010 Ket foto: Oto (mobil) ‘Firdaus’ milik Yohanes Buga de Ona, warga dusun Kluang, Desa Belabaja, yang melayani penumpang jurusan Lewoleba-Boto (pp) tengah melewati jsungai karena jembatan Sabutobo ambruk di Desa Bolibean, Kecamatan Nagawutun. Jembatan ini baru dibangun saat Lembata berusia 11 tahun menjadi daerah otonom.
Foto: dok. Ansel Deri
Foto: dok. Ansel Deri
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!