Matahari bersinar terang di atas halaman tengah yang memisahkan antara Istana Merdeka dan Istana Negara, Jakarta, Kamis (2/11). Tiba-tiba seekor kelelawar atau kampret terbang dan jatuh di jalan di depan Kantor Kepresidenan. Ia jatuh di tepi halaman. Tetapi, kampret itu terbang lagi.
Saat itu, baru saja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penjelasan kepada wartawan mengenai Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Istana Negara.
Begitu jumpa pers selesai, beberapa orang melontarkan kritik terhadap penampilan Presiden. Kritik lebih diarahkan pada hal kecil, yaitu soal iPad yang digunakan Presiden dalam jumpa pers itu. Namun, ada pula yang memuji penampilan Presiden yang dinilai tenang dan simpatik.
Para menteri yang hadir dalam acara itu lalu berpindah tempat, dari Istana Negara ke Kantor Kepresidenan. Acara dilanjutkan dengan rapat paripurna Kabinet Indonesia Bersatu II. Sidang membahas RUU Keistimewaan DIY.
Jumat pagi, Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa berkomunikasi dengan Kompas melalui telepon. ”Waduh, pemberitaannya cukup galak, ya,” ujarnya, bergurau.
Seusai pemberian penghargaan bidang ketahanan pangan tingkat nasional tahun 2010 di Istana Negara, Jumat pagi, Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Daniel Sparringa, dan Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi Jusuf berbincang-bincang santai dengan wartawan di Bina Graha di kompleks Istana. Ketiga staf khusus Presiden itu bertanya, mengapa Presiden Yudhoyono, yang mereka nilai sangat baik, mendapat hujan kecaman dalam pemberitaan di media massa.
”Padahal, beliau mau membantu memberikan kepastian kepada keistimewaan Yogyakarta. Beliau sangat baik kepada Sultan Hamengku Buwono X. Presiden dan Sultan punya hubungan yang baik,” ujar Daniel.
Julian berharap, dengan pernyataan Presiden di Istana Negara, Jumat pagi, suasana akan mereda. Di akhir pidato di Istana Negara, Jumat, Presiden dengan senyum berkata, ”Saya dengan Pak Sultan tidak ada apa-apa, diadu-adu. Saya menghormati Pak Sultan dan beliau menghormati saya. Tetapi, menjadi berita terus. Sabar, Pak Sultan.”
Sultan yang duduk di deretan terdepan dalam acara itu tampak tersenyum. Seusai acara, Sultan langsung meninggalkan tempat, dan wartawan tak berhasil mewawancarainya.
Seusai acara, di luar Istana, Jusuf mengatakan, selama bencana letusan Gunung Merapi, pemerintah pusat banyak membantu warga Yogyakarta yang tertimpa bencana. ”Seharusnya masyarakat Yogyakarta berterima kasih kepada Presiden,” ujar dia lagi.
Selain itu, kata Jusuf, Presiden sebenarnya justru ingin memberikan kepastian mengenai posisi keistimewaan Yogyakarta dan posisi Sultan dalam posisi sebagai pemimpin pemerintahan Provinsi DIY. ”Supaya jangan terjadi seperti dalam film The Last Emperor itu, lho,” ujarnya.
Mungkin ada misteri alam dalam peristiwa komunikasi antara Istana dan warga Yogyakarta. Ini seperti kejadian kampret, yang biasanya keluar malam, yang mau terbang siang di halaman Istana itu.
Sumber: Kompas, 4 Desember 2010
Ket foto ilustrasi: Kampret yang terbang pada Kamis (2/12) dan jatuh di jalan di depan Kantor Kepresidenan.
Ket foto ilustrasi: Kampret yang terbang pada Kamis (2/12) dan jatuh di jalan di depan Kantor Kepresidenan.
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!