Headlines News :
Home » » Ketua PD Ulil Abshar: Kekerasan Ujung-ujungnya Mendiskreditkan Pemerintah

Ketua PD Ulil Abshar: Kekerasan Ujung-ujungnya Mendiskreditkan Pemerintah

Written By ansel-boto.blogspot.com on Wednesday, February 09, 2011 | 11:59 AM

Kekerasan yang berbau SARA yang terjadi berturut-turut di Cikeusik dan Temanggung dinilai terorganisir dan tidak spontan. Kalau pemerintah menindak tegas, Presiden SBY akan diapresiasi kembali oleh masyarakat.

"Pendekatan keamanan dengan cara polisi nunggu perpecahan baru turun, sangat sangat tidak memadai, mirip dengan pemadam kebakaran. Itu nggak cukup, harus ada tindakan lebih serius ini. Semua kekerasan ini ujung-ujungnya adalah mengarah mendiskreditkan pemerintah," ujar Ketua Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Partai Demokrat (PD) yang juga aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdalla ketika berbincang dengan detikcom, Rabu (9/2/2011). Berikut wawancara lengkap dengan Ulil.

Kekerasan SARA yang berturut-turut terjadi di Cikeusik dan Temanggung bagaimana menurut pendapat Anda, apa sesungguhnya yang menjadi akarnya?
Menurut saya tidak spontan, ini kekerasan yang terjadi karena ada orang yang mengorganisir. Tidak bisa melihat serangkaian kekerasan yang terjadi pada Ahmadiyah ini dan sebelumnya itu terpisah.

Ada suatu 'kampanye' untuk jadikan isu Ahmadiyah sebagai sasaran. Ini menurut saya perlu diwaspadai. Oleh karena itu pemerintah perlu telusuri pola gerakan dan pola kelompok yang bergerak usung isu semacam ini dan cari siapa aktor-aktornya, perlu dimonitor, kalau sudah kelewatan perlu dilakukan tindakan yang semestinya sesuai dengan hukum.

Ini pendekatan keamanan dengan cara polisi nunggu perpecahan baru turun, sangat sangat tidak memadai, mirip dengan pemadam kebakaran, nggak cukup. Harus ada tindakan lebih serius. Ini semua, kekerasan ini ujung-ujungnya adalah mengarah mendiskreditkan pemerintah. Perlu tindakan yang agak sedikit khusus tidak bisa seperti pemadam kebakaran. Ini menarik karena melihat kekerasan ini terjadi saat situasi yang memanas.
Situasi apa yang memanas, apa berarti kekerasan ini bukan semata-mata motif agama?
Kekerasan terjadi pada saat situasi politik memanas, ada apa ini, perlu diwaspadai. Dan
selain pendekatan kultural dan sosiologis dekati tokoh agama, perlu melihat pola gerakan massa melakukan tindakan, mencari tokohnya, pusat-pusat provokasi mereka di mana, apa terbitan mereka perlu ditelusuri.

Bagaimana mengenai Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 menteri yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatasi konflik tentang Ahmadiyah?
Sekarang bukan SKB atau tidak SKB, bukan. Menurut saya SKB formulanya sudah oke, tapi di lapangan nggak terjadi. Intinya SKB ada 2, Ahmadiyah tidak dibubarkan tapi jangan mendakwahkan di luar kelompoknya dan masyarakat tidak boleh bertindak sesukanya sendiri. Meskipun saya sendiri tidak sepakat seluruhnya (isi SKB).

Kenapa sudah ada SKB masih ada kerusuhan? Terus masalahnya bukan sekadar SKB, ada suatu yang salah di bawah, ada sesuatu yang bergerak di tingkat massa, harus ditangani kok frekuensinya makin marak.

Bagaimana dengan wacana pembubaran ormas yang diduga melakukan tindak kekerasan itu?
Statement Pak SBY barusan hari ini di Kupang ada sinyal positif, saya sambut baik. Perlu ditindaklanjuti dengan tindakan yang serius, tidak bisa main-main. Citra negara kita tercoreng, di Indonesia yang Islam moderat tercoreng, semua iklim investasi dan ekonomi.

Tidak bisa dibiarkan pemerintah. Kalau ditindak tegas SBY akan diapresiasi kembali oleh masyarakat.

Anda tadi mengatakan bahwa polisi seperti pemadam kebakaran, berarti polisi gagal mengantisipasi? Ada juga yang berpendapat ada kesan kekerasan ini ada dibiarkan oleh negara, bagaimana menurut Anda?
Polisi gagal mengantisipasi selalu di bawah kalah dengan massa lebih besar, di Cikeusik juga tidak seimbang dengan massa dan memang fungsi pemadam kebakaran seperti itu nggak bisa menduga massa berapa besar, kalau ada 2 ribu (massa) repot juga, bagaimana..

Padahal ada bagian intelijen di Kepolisian?
Kepolisian, BIN, dasar intelijen difungsikan

Berarti apakah ada disfungsi dari intelijen kita?
Kayaknya ada simpul yang macet baik dalam kepolisian dan intelijen kita. Menurut saya simpul yang macet dicari, dipecah agar lancar kembali.

Menurut saya akarnya polisi selama ini paradigmanya pemadam kebakaran, perlu pendekatan yang lebih jauh dari itu, dan saya kira pemerintah ada tanda mengubah paradigma itu. Di Kupang SBY menandakan ada keseriusan dan itu bagus menurut saya.

Anda kan juga menjadi pengurus dari Partai Demokrat (PD), partai penguasa saat ini, apakah kritik Anda itu sudah pernah disampaikan ke internal PD?
Saya sampaikan ke Bapak SBY dan saya optimis Pak SBY ambil langkah-langkah yang relevan sesuai dengan seharusnya. Memang belum ideal, karena kompleks masalah ini. Saya rasa pemerintah ada keseriusan, semoga ada tindak lanjut yang lebih.

Saat itu bagaimana respons SBY dan kapan Anda menyampaikan kritik itu pada SBY?
Sangat serius. Saya lihat ada keseriusan, terakhir kemarin hari Minggu, sebelumnya pernah.
Sumber: detik.com, 9 Februari 2011
Ket foto: Ulil Abshar Abdala (gbr 1) dan bersama Romo Mudji Sutrisno (gbr 2)
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger