Misa dan konser amal pembukaan Tahun Penggalangan Dana untuk Gereja Santo Petrus, Stasi Puor, Paroki Santu Joseph Boto, Dekenat Lembata, Keuskupan Larantuka, NTT di Casa Grande, Kota Kasablanka, Jakarta, Jumat (30/9 2011) malam, berlangsung lancar dan sukses. Acara diawali misa syukur dipimpin Romo Lukas Lile Masan, Pr dari Paroki Boto.
Acara yang dimulai sejak pukul 19.00 WIB itu baru berakhir pukul 23.30 WIB terlukis sangat meriah dan mengesankan. Djitron Pah yang malam itu datang dengan Sasando-nya membuka konser malam itu.
Ia tampil solo dan memukau mata undangan yang kebanyakan belum melihat Sasando secara langsung. Alunan lagu yang dibawakan Djitron menghanyutkan. Suasana menjadi hening. Semua terpukau oleh kepiawaian musisi belia asal NTT ini.
“Casa Grande pernah kedatangan musisi Sasando, adiknya Djitron sepertinya. Lebih muda,” ujar Paulus Hasto, Promotion Manager Elite Prima Hutama, pengembang Kawasan Kota Kasablanka, tempat di mana Casa Grande berada.
Conrad Floresman membuka sesi-nya dengan Bale Nagi versinya yang hits melalui albumnya Tribute to The Land. Conrad diiringi sejumlah musisi asal NTT yang tampil memukau dan membuat arena di Marketing Gallery Kota Kasablanka pun jadi lantai dance. Apalagi, ketika musisi reggae asal Puor ini membawakan lagu pamungkasnya Flores Island dan Welcome to Lembata.
“Di Spanyol, anak-anak muda yang menggerakkan industri wisata. Kalau melihat penampilan mereka saat manggung, Coen Botoor (Conrard Floresman, red) ini masih lebih baik. Kita orang Lembata punya talenta luar biasa,” ujar Petrus Bala Pattyona, pengacara nasional yang baru kembali mengikuti World Youth Day 2011 di Madrid’s Plaza de Cibeles yang dihadiri langsung Paus Benediktus XVI.
Kalau Sasando memang pernah hadir di Casa Grande, tetapi tidak dengan dolo-dolo. Tarian khas etnis Flores Timur dan Lembata ini, ternyata ampuh menahan sekitar tiga per empat dari undangan malam itu bertahan hingga limabelasan menit berdolo-dolo.
Ivan Nestorman, musisi jazz kelas internasional asal Manggarai itulah yang ‘membakar’ mereka dengan rentak dolo-dolo. Medley tiga lagu asal NTT, lagu rakyat Larantuka: Lui E, Wo le le le dari album Nus Hikon dan Ary Diaz dan Seni Tawa Gere milik Senada Group pun terlantun dari suara emas Ivan yang diiringi hentak dolo-dolo yang apik musisi d’Blanca Group Band asal Jakarta itu.
“Ini sebuah terobosan yang baik dan penampilan saya malam ini adalah persembahan saya untuk pembangunan gereja di Puor. Saya pernah ke Larantuka dan Lamalera, tetapi lewat laut sehingga belum sempat melintas di Puor. Saya berharap bisa ke sana lagi lewat jalur darat, bisa ke Ile Ape dan Kedang juga,” ujar Ivan, penyanyi festival yang telah manggung di mana-mana namun masih peduli dengan budaya asli NTT ini.
Semua undangan yang hadir merasa puas dengan acara malam itu. Sebagai sebuah pembukaan, Bona Beding tokoh muda asal Lamalera turut menyumbangkan penjualan bukunya selama kegiatan pencarian dana ini untuk gereja di Puor. “Ini awal yang baik, dan mereka melakukan terobosan baru dengan kegiatan seperti ini,” ujar Bona, wartawan dan penulis senior kelahiran Lembata.
Sementara itu, Tanti Handayani, seorang undangan dari Cibubur mengatakan, dirinya baru pertama menyaksikan bakat dan potensi musisi-musisi NTT secara live malam itu.
“Saya nggak berkedip, lho! Saya akan bantu untuk sampaikan ke teman-teman saya untuk sama-sama membantu pembangunan gereja ini,” ujar pemilik Resto Laras Asih di Kawasan Cibubur, Jawa Barat.
Sementara itu, Ferdinandus Diri A. Lamak dan Ansel Deri Mudaj dari Profesional Muda Labalekan Jakarta yang menginisiasi acara ini mengatakan, kegiatan yang dipersiapkan kurang dari dua minggu untuk ukuran Jakarta, memang cukup sulit untuk tidak menyisakan sejumlah kekurangan.
Ansel, Wakil Koordinator PROMULA Jakarta mengatakan, jalur di depan Kota Casablanka adalah jalur macet sehingga banyak undangan terpaksa pulang. “Tetapi, kita tetap keep contact karena mereka akan terus bersama kita bahu membahu membantu umat di Puor. Ke depan kita akan menutup kegiatan ini dengan acara sejenis yang lebih baik lagi,” ujar Ansel.
Koordinator PROMULA Jakarta, Ferdinan Lamak berjanji akan memperbaiki kekurangan terutama dari sisi jumlah undangan dalam Konser dan Misa Syukur Penutupan Tribute to East untuk Gereja Puor ini satu tahun ke depan.
“Selanjutnya, Tribute to Eas akan terbuka membantu masyarakat NTT lain yang membutuhkan bantuan penggalangan dana dari para donatur di Jakarta,” ungkap Lamak.
Dari 200 undangan yang disebarkan, hanya sekitar tiga perempat yang hadir pada malam itu. Kolekte yang terkumpul Rp 946.000, donasi buku dan kaset dari Bona Beding dan Coenrad Floresman Rp 897.000. Sementara kotak donasi Rp 4.505.000.
Jumlah ini akan ditambahkan dengan sejumlah undangan yang tidak hadir, namun sudah dan akan mengirimkan donasi mereka ke rekening Penasihat Promula Labalekan, Sr. Sipriana PRR dengan No. Rekening, BRI 0124-01-001373-53-3.
Edi Lamak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah menyukseskan acara ini. Ia menyebut Bung Ivan, Coenrad dan Djitron Pah serta semua musisi yang berpartisipasi. Juga terima kasih kepada manajemen Cara Grande, Kota Kasablanka dari Pakuwon Group yang telah mempercayai panitia menggunakan gallery mereka sebagai venue acara.
Juga rekan-rekan media lokal dan nasional seperti Tribunnews.com, Harian Umum Pos Kupang, FloresNews.com, NTTNewsOnline.com, dan lain-lain yang telah mewartakan kegiatan ini.
Hadir dalam acara itu, sejumlah tokoh asal Lembata dan NTT, seperti Herman YL Wutun bersama ibu, Yos Pattyona, dan politisi muda asal Ngada Valens Dhaki So’o yang didaulat menjadi Master of Ceremony konser ini.
Sumber: Tribunnews.com, 2 Oktober 2011
Ket foto: Ivan Nestorman tampil memukau dalam konser Tribute to East yang diselenggarakan Profesional Muda Labalekan Jakarta guna di Casa Grande, Jakarta, Jumat (30/9) malam.
Ket foto: Ivan Nestorman tampil memukau dalam konser Tribute to East yang diselenggarakan Profesional Muda Labalekan Jakarta guna di Casa Grande, Jakarta, Jumat (30/9) malam.
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!