Para
intelijen nampaknya tidak puas melihat sepak terjang Ibu Negara Ani Yudhoyono
di lingkaran Istana. Mereka juga memantau pergerakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat mengikuti musim kampanye Pemilu 2009.
Ketika itu, SBY tengah berjuang untuk dapat kembali menjabat sebagai presiden.
Dilansir
The Australian, Minggu (15/12), kala itu Wakil Presiden Jusuf Kalla
(JK) coba menyebarkan rumor dengan menyebut Ani Yudhoyono
beragama Kristen karena jarang menggunakan kerudung. Isu tersebut membuat Ani
mulai menggunakan busana muslim dalam berbagai kesempatan maupun acara-acara
resmi.
Di
saat bersamaan, intelijen Australia mulai memperhatikan hubungan antara SBY
dengan kelompok Islam untuk mengamankan suara kaum religius. Meskipun di
pemilihan legislatif April 2009, suara dari partai berlatar belakang agama
mengalami penurunan dari 38 persen pada 2004 menjadi 28 persen.
Kelompok
Islam masih memiliki peranan penting bagi SBY. Terutama dalam menghadapi
serangan yang dilancarkan dari kubu JK.
"Yudhoyono
tahu pentingnya Islam di Indonesia. Dia (SBY) berupaya meyakinkannya dengan
beribadah sebagaimana umat muslim dan telah melaksanakan ibadah haji. Namun,
dia melupakan hubungannya dengan partai berazaskan Islam yang bergabung dengan
koalisinya, seperti PKS. Di saat bersamaan, dia berada di belakang demi
mendukung isu yang terjadi di kalangan umat muslim, termasuk soal Timur Tengah
atau mendukung undang-undang antipornografi," tulis kawat diplomatik yang
dikirimkan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
Akan tetapi, intelijen tidak menemukan SBY dan Ibu Ani memberikan bantuan dana atau dukungan politik bagi kelompok Islam radikal. Keduanya tetap berkomitmen untuk memerangi ekstremisme dan terorisme, sekaligus mendukung Indonesia menjadi negara sekuler.
"Sejak (PKS) mulai menonjol pada lima tahun lalu (Pemilu 2004), PKS telah berbuat banyak untuk memecah ketakutan terhadap kegelapan di jantung demokrasi Indonesia. Pemimpin partai merupakan pendukung Abu Bakar Ba'asyir, kepala spiritual Jemaah Islamiyah, kelompok teroris yang bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri di Bali yang membunuh ratusan jiwa," seperti dilansir dari The Australian.
Akan tetapi, intelijen tidak menemukan SBY dan Ibu Ani memberikan bantuan dana atau dukungan politik bagi kelompok Islam radikal. Keduanya tetap berkomitmen untuk memerangi ekstremisme dan terorisme, sekaligus mendukung Indonesia menjadi negara sekuler.
"Sejak (PKS) mulai menonjol pada lima tahun lalu (Pemilu 2004), PKS telah berbuat banyak untuk memecah ketakutan terhadap kegelapan di jantung demokrasi Indonesia. Pemimpin partai merupakan pendukung Abu Bakar Ba'asyir, kepala spiritual Jemaah Islamiyah, kelompok teroris yang bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri di Bali yang membunuh ratusan jiwa," seperti dilansir dari The Australian.
Sumber: Merdeka.com, 15
Desember 2013.
Ket foto: Presiden Yudhoyono
dan Wakil Presiden Boediono

0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!