Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur, S.T memimpin
pertemuan tiga jam lebih membahas masalah kekurangan obat di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Lewoleba, Kamis (2/10/2014) siang.
Pertemuan tersebut dihadiri Ketua Sementara DPRD
Lembata, Ferdi Koda, S.E bersama Wakil Ketua DPRD Lembata, Yohanes de Rosari
S.E dan sejumlah anggota DPRD setempat.
Pertemuan itu merupakan rapat kerja pertama antara
pemerintah dan DPRD Lembata yang diinisiasi Bupati Sunur.
Dalam rapat itu, DPRD menyoroti sejumlah hal, baik
profesionalisme manajemen rumah sakit, persediaan obat-obatan, sumber daya
pegawai maupun hal-hal lainnya.
Diperoleh informasi, pertemuan itu digelar lantaran
selama ini rumah sakit tersebut selalu dilanda kekurangan obat.
Masyarakat yang mengharapkan pelayanan kesehatan
yang prima, justru harus mengusap dada sebab yang dirasakan jauh dari harapan.
Menurut Yohanes de Rosari, problema yang mendera
rumah sakit itu merupakan cermin dari lemahnya manajemen.
Manajemen belum menata pelayanan secara profesional,
sehingga muncullah ketimpangan di rumah sakit tersebut.
Apabila manajemen sudah bekerja profesional, lanjut
de Rosari, maka masalah klasik seperti kekurangan obat tak timbul seperti
sekarang. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan ke depan, adalah benahi
manajemen rumah sakit itu.
Hal yang sama diungkapkan Frans Wuhan, anggota DPRD
Lembata lainnya. Menurut dia, kekurangan obat di rumah sakit itu, salah satunya
disebabkan regulasi yang terus berubah.
Perubahan regulasi berdampak serius terhadap apa yang terjadi di rumah sakit
saat ini.
Dia meminta masalah yang sedang melanda rumah sakit
itu harus segera diatasi. Pemerintah hendaknya sesegera mungkin membenahi
manajemen, sehingga eksistensi rumah sakit ke depan menjadi lebih baik lagi
dibandingkan keadaan saat ini.
Sorotan serupa disampaikan oleh Bediona Philipus.
Menurut dia, apabila rumah sakit dimanage secara baik mulai dari perencanaan,
maka ketimpangan yang terjadi tentu sudah diatasi sejak awal. Untuk itulah ia
meminta manajemen agar membenahi rumah sakit mulai sekarang.
Ia juga mengungkapkan tentang pengadaan alat-alat
kesehatan yang belum dilakukan secara baik, sehingga meninggalkan segudang
persoalan hingga saat ini. Keberadaan laboratorium, misalnya, belum dilengkapi
dengan alat-alat kesehatan yang memadai, sehingga merepotkan masyarakat.
Dia mencontohkan, alat untuk pemeriksaan darah
pasien. Lantaran alat itu tidak ada, sehingga pasien terpaksa memeriksakan
darahnya di Rumah Sakit Bukit Lewoleba, atau Rumah Sakit Damian Lewoleba.
Bahkan ada juga yang harus memeriksakan kesehatannya di RS Larantuka, karena
terbatasnya alat kesehatan di RSUD Lewoleba.
Menanggapi hal itu, Bupati Lembata, Eliaser Yentji
Sunur, S.T meminta Direktur RSUD Lewoleba, dr. Yoga Aditya agar segera mengambil langkah-langkah konkrit.
Ia juga meminta agar wajah rumah sakit itu didandani
lagi supaya tampilannya menjadi lebih fresh. "Wajah rumah sakit itu harus
bisa memberikan penyembuhan bagi pasien," ujar Bupati Sunur.
Menurut dia, di daerah lain, penampilan rumah sakit
seperti hotel. Pelayanannya pun demikian. Dokter senyum, para perawat dan bidan
juga selalu senyum.
Kalau model pelayanan ini selalu diperhatikan, maka
RSUD Lembata tentu akan menjadi lebih baik, sebab sejalan dengan visi Pemkab
Lembata, yakni menjadikan Lembata Tersenyum pada hari-hari mendatang.
Sumber:
Poskupang.com, 5 Oktober 2014
Ket foto: Anggota DPRD Lembata Fransiskus Wuhan

0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!