Oleh Y Ari Nurcahyo
Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate
POLITIK adalah kegembiraan. Pesan ini yang mau
disampaikan Presiden Joko Widodo kepada semua rakyat di seluruh penjuru Tanah
Air.
Kemeriahan kirab
budaya rakyat, 20 Oktober lalu, menjadi penanda itu. Namun, enam hari kemudian
banyak orang menahan tanya, ketika susunan menteri di Kabinet Kerja dinilai
anti klimaks. Pasar pun tidak merespons positif dan cenderung terkoreksi.
Stamina
pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (JKW-JK) tegak berdiri di bawah kehendak
rakyat akan diuji waktu. Rakyat yang dipimpin sudah menunjukkan, mereka selalu
siap sedia dan sabar menanti pemimpinnya. Rakyat mencintai pemimpinnya seperti
sepasukan penjaga malam yang siap dengan pinggang tetap terikat pedang dan
pelita tetap menyala. Rakyat yang bergembira akan bersetia merawat harapan.
Namun, apabila gelembung harapan itu tidak berujung kenyataan, ia akan pecah
jadi kutukan.
Menghidupkan waktu
Saatnya momentum
pembuktian. Realitas pembentukan kabinet yang dihadang desakan waktu dan
disesaki tekanan politik kelompok kepentingan dan partai-partai pendukung
agaknya sudah dimaklumkan di depan sehingga segala sesuatunya menjadi tampak
wajar di belakang. Untungnya rakyat (bersama relawan) masih sabar menunggu
seraya mengamati dengan fokus mata seperti mikroskop raksasa mengarah ke setiap
menteri di Kabinet Kerja. Mereka punya 100 hari pertama untuk melewati ujian
pembuktian kerja, kerja, dan kerja, dengan hasil nyata!
Para menteri
Kabinet Kerja JKW-JK jangan sampai membunuh waktu. Ajakan Presiden Jokowi
kepada seluruh rakyat dari semua lapisan profesi, mulai pedagang kaki lima,
petani, nelayan, guru, sampai dokter dan politisi untuk "kerja, kerja,
kerja!" harus berujung sinergi produksi yang sungguh terbukti bukan janji.
Pemimpin pilihan rakyat harus mampu menyatukan kesadaran dan energi rakyatnya
menjadi kekuatan superproduktif untuk membangun kejayaan negeri. Dengan
demikian, para menteri di pemerintahan JKW-JK tetap bersiaga di hadapan
perapian rakyat untuk terus menghidupkan waktu.
Pemenuhan janji dan
perwujudan program kerja yang sebelum ini hanya menjadi etalase kampanye harus
bergerak ke dapur reproduksi kebijakan yang nyata, terukur, dan tepat sasaran.
Janji mewujudkan
kedaulatan pangan dan energi dengan memberantas semua lini mafia harus menjadi
prioritas. Saatnya Presiden Jokowi bersama tim fokus bekerja demi tegaknya
Indonesia Raya yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Haruskah demikian
Haruskah episode
pembuka Kabinet Kerja anti klimaks? Jangan sampai denyut yang hilang pada awal
pertama saat mereka dilantik menjadi beban yang memberatkan langkah ke depan.
Kuncinya ada pada kesanggupan membuat perubahan mendasar dan transformasi
cepat.
Manuskrip
Beethoven, Es muss sein (Haruskah demikian), dalam bahasa Milan Kundera (1984)
merupakan motivasi realistis sang komposer untuk mengubah sebuah inspirasi liar
menjadi sebuah kanon kuartet yang serius, mentransformasi sebuah lelucon
menjadi kebenaran. Karya komposisi Beethoven itu dihasilkan dari kreasi
mengubah yang enteng dan remeh-temeh menjadi berbobot dan substantif. Siapa
menduga tesis sederhana itu akhirnya menjadi masterpiece sepanjang waktu?
Karya-karya orisinal seperti itu yang selalu menghidupkan waktu.
Presiden Jokowi
punya orisinalitas gagasan dan gaya kepemimpinan. Soalnya bagaimana kekuatan
itu menginspirasi semangat tim kabinetnya. Waktu akan menguji apakah Kabinet
Kerja betul-betul the dream team yang sigap bekerja keras sehingga the dreams
come true.
Confusius (551-479
SM) bertutur bijak, "Seorang pemimpin harus menjadi junzi (orang
hebat)", yaitu seorang yang memiliki kualitas keutamaan, kesetiaan, dan
ketulusan. Pemimpin seperti ini jika berkehendak untuk kebaikan niscaya yang
dipimpin akan memperoleh kebaikan.
Presiden Jokowi dan
Wapres Jusuf Kalla bersama para menterinya semoga menjelma junzi-junzi Republik
yang bekerja terdepan untuk terus merawat kegembiraan rakyat.
Sumber: Kompas, 1
November 2014

0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!