KETUA Nahdatul Ulama (NU) Papua,
Toni Wanggai meminta kepada semua umat Islam di Indonesia, khususnya Ormas
Islam tak terprovokasi dengan insiden Tolikara.
Katanya, musholla
terbakar akibat api merembet dari kios yang dibakar, akibat tertembaknya
beberapa warga GIDI, sebelum kejadian. Ia meminta Ormas Islam di luar Papua tak
perlu mencampuri urusan di Papua.
“Kami Ormas Islam
di Papua bisa menyelesaikan masalah ini. Jangan sampai membuat overlapping
masalah di Papua. Mereka tak paham masalah sejarah, psikologi, sosial, dan
budaya di Papua. Jangan menambah masalah,” kata Toni Wanggai, Kamis
(23/7/2015).
Menurut informasi
yang ia dapat, ada kelompok Ormas Islam membentuk tim investigasi berlatar
belakang fundamental. Ia khawatir, hal itu justru akan menambah masalah.
“Kami berusaha
menyelesaikan masalah, jangan mereka menambah masalah. Masalah ini jangan
dipolitisasi. Kami lihat, baik dari Parpol dan Ormas Islam memblow-up masalah
ini seolah mencari popularitas,” ucapnya.
Katanya, selama ini
kerukunan umat beragam di Papua terjalin baik. Kejadian Tolikara, tak hanya
mengorbankan umat Muslim, namun ada warga sipil setempat jadi korban
penembakan.
“Membuat berita
harus proporsional. Jangan hanya musholla terbakar yang disoroti. Ada warga
yang tertembak. Tempat membangun musholla itu adalah tanah gereja yang
diberikan. Inikan toleransi yang luar biasa. Gereja memberikan tanah untuk
lokasi musholla,” katanya.
Ia juga
menyayangkan tertembaknya 12 warg sipil ketika itu. Kata Toni, kejadian itu tak
perlu terjadi jika saja dilakukan pendekatan. Katanya, harusnya ada cara
persuasif terlebih dahulu. Bukan melakukan penembakan.
Sementara Ketua
FKUB, Pdt. Lipius Biniluk mengatakan, masalah itu dibesar-besarkan. Banyak
berita beredar tak sesuai data. Banyak pemimpin yang sudah ke Tolikara, tapi
apa yang disampaikan tak objektif.
Dari Wamena, Forum
Masyarakat Pegunungan Tengah Papua meminta semua pihak agar melihat secara
jelih insiden tanggal 17 Juli 2015 dan tidak menilai dan berpendapat serta
menganalisa dengan tujuan memecah belah kelompok tertentu.
“Apalagi menggiring
isu ke konflik antar agama,” kata Patricio Wetipo, perwakilan Forum Masyarakat
Pegunungan Tengah Papua yang didampingi Muli Wetipo, Yance Itlay, Laorens
Elosak, Dorkas Kossay, Melianus Wantik, Ronald Wetipo, Paskalina Daby, Alex
Entama, Jecsaon Ikinia, Mira Wenda dan Naiben Wenda.
Masyarakat
Pegunungan Tengah di Wamena ini menghimbau kepada semua pihak baik Pemerintah,
TNI/POLRI dan GIDI agar menjelaskan kejadian secara jujur dan adil yang diawali
dari isi surat himbauan dan proses himbauan tersebut ke semua pihak, penembakan
kepada masyarakat serta awal pembakaran kios masyarakat.
“Supaya dalam
pemberitaan media tidak menjurus pada issue yang memecah belah kelompok minoritas,”
lanjut Patricio, Kamis (23/7/2015).
Perwakilan Forum
Masyarakat Pegunungan Tengah Papua lainnya, Paskalina Daby menegaskan pihak
Kepolisian RI agar tidak hanya memeriksa masyarakat saja tapi juga Kapolres
Tolikara dan jajarannya.
“Karena dari hasil
investigasi, kami menilai Kapolres Tolikara dan jajarannya membiarkan isi surat
pemberitahuan walaupun berpptensi mengganggu Kamtibmas,” ujar Paskalina.
Forum Masyarakat
Pegunungan Tengah Papua juga menegaskan kepada seluruh media masa,media elekronik,media
online,yang berbasis nasional untuk tidak memberitakan pemberitaan yang membias
dan memperkeruh situasi tanpa ada data yang lengkap.
“Terhadap korban
yang tertembak, negara harus bertanggung jawab,” tegas Patricio.
Sumber: Tabloidjubi.com,
23 Juli 2015
Ket foto: Ketua Nahdatul Ulama Papua, Toni Wanggai
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!