Berkunjung
ke Vatikan tentu menjadi kerinduan setiap umat Katolik di seluruh penjuru
dunia. Apalagi menginjakkan kaki di lapangan Santo Petrus Vatikan. Salah satu
obyek penting yang bakal memanjakan mata yakni obelisk atau tiang batu tunggal.
Tetapi ikhwal obelisk ini, orang kerap bertanya.
ANGGOTA
Pontifical Council for Interreligious Dialogue atau Dewan Kepausan untuk Dialog
Antaragama Pastor Dr Markus Solo Kewuta SVD, memberikan penjelasan sekilas
tentang obelisk atau tiang batu tunggal hasil kompilasi dari berbagai sumber. Menurut
Pastor Markus, imam SVD kelahiran Lewouran, Flores Timur, 4 Agustus 1968, tentang
karya siapa, sulit dikatakan. Namun, ia menambahkan, obelisk berasal dari kota
Alexandria, Mesir. Tiang batu tunggal ini dikerjakan pada awal abad masehi di
bawah Pemerintahan Kaiser Augustus.
“Waktu itu
Mesir dan sebagian wilayah Timur Tengah, termasuk Israel, berada di bawah
prefekrur kekaisaran Roma. Antara tahun 37 dan 41
di era kepemimpinan Kaiser Caligula, ia mentransportasi obelisk itu ke Roma dan
mendarat dengan kapal besar melalui laut tengah di pelabuhan Civita Vecchia.
Dari sana ditarik oleh sekitar 300 kuda ke area Vatikan,” ujar Pastor Markus
Solo kepada saya dari Vatikan, Senin (24/10 2016) siang.
Lebih
jauh ia menjelaskan, awalnya obelisk ini bukan tempatnya di lapangan Santo
Petrus tapi diberdirikan di atas Circus Caligula yang meliputi wilayah Basilika
Vatikan saat ini hingga Campo Santo. Diriwayatkan bahwa Kaiser Nero menyiksa
Santo Petrus Rasul Yesus persis di atas circusnya dan di sekitar obelisk itu.
Oleh
karena itu obelisk itu dinamakan juga Pyramis Beati Petri. Artinya Piramide
Beato Petrus. Baru tahun 1586 Paus Sixtus V menyuruh memindahkan obelisk dari
wilayah Campo Santo menuju tengah lapangan sekarang ini.
Arti
obelisk menurut pastor yang mendalami Bahasa Arab di Universitas al-Azhar
Kairo, Mesir, minimal ada tiga. Pertama, secara historis menjadi kenangan
relasi sejarah perpolitikan antara kekaiseran Roma purba dan Mesir yang juga
waktu itu jadi wilayah kekaiseran Roma.
Kedua,
secara religius, menjadi saksi penderitaan kemartiran Santo Petrus. Ketiga
secara teologis, obelisk yang adalah simbol pemujaan dewa matahari kini
memiliki salib di puncak yang berarti menjadi simbol kehadiran Yesus Kristus, sol invictus dan term teologis, yang
artinya matahari yang tak terkalahkan (dalam kontradiksi terhadap dewa matahari
purba yang bisa terkalahkan).
Ansel Deri
Ket foto: Obelisk
atau tiang batu tunggal di lapangan Santo Petrus Vatikan.
Foto: dokumen Pastor Markus Solo Kewuta SVD
Foto: dokumen Pastor Markus Solo Kewuta SVD
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!