Oleh Robert Bala
Diploma Resolusi Konflik Asia Pasifik
Fakultas
Ilmu Politik Universidad Complutense de Madrid Spanyol
WAFATNYA Uskup Timika
John Philip Saklil, 3 Agustus 2019, sempat memviralkan cuplikan video: Bapak
Uskup —kelahiran 20 Maret 1960— menari 'seka' dengan lincah dan bebas. Uskup
dengan nama samaran 'Gaiyabi' ini, memang mencintai dan memilih seni sebagai
media perjuangan.
Sebagai putera
kelahiran Papua (Kokonao Mimika), Saklil paham betul dengan peran bakipiare,
yaitu orang yang memperoleh ilham dari semesta. Alam memberikan aneka sinyal
yang hanya bisa ditangkap oleh manusia yang peka. Semua sinyal ini, dipadu
dengan pergulatan, penderitaan, dan tentu saja kegembiraan, diungkapkan secara
simbolis lewat syair, lagu, dan tarian.
Maka dengan
nama Gaiyabi —artinya sang pemikir dan inspirator— ia menggubah lagu 'Tuhan
Biarkanlah'. Diaransemen oleh Laurens Kerowe Hokeng, lagu itu mengungkapkan
realitas Papua yang keras. Papua memang dijuluki 'kering', 'gelap', 'tanpa
hiasan'. Di sana berkecamuk aneka konflik yang bila tidak diantisipasi, bisa
berakhir fatal.
Terhadap
potensi yang ada, Uskup Saklil hanya menengada ke langit, memohon kepada
'Amo'oipuaro' (Tuhan) untuk membiarkan hujan membasahi, matahari menyinari, dan
bintang menghiasi Bumi. Mengapa seni (musik) menjadi pilihan? Tidak mudah
menjawabnya. Tetapi hal itu barangkali terjawab juga secara simbolis oleh Lao
Tzu: semesta mendengar musik dalam jiwa.
Uskup Saklil
seperti kebanyakan orang Kamoro, umumnya memiliki keahlian memahami bahasa
alam. Ia seperti 'bakipiare', yang mengartikan bisikan alam sebagai bagian dari
kerinduan sekaligus jalan damai dan pengampunan sebagai bagian dari solusi.
Sebagaimana
lagu, maka akan lebih enak didengar ketika dinyanyikan dalam kebersamaan. Di sana
pelbagai jenis suara berpadu sambil diiringi oleh 'dnikiarawe' (pengiring lagu)
dan 'jagwari pikara' (penegas atau penutup lagu). Ini menjadi simbol tentang
solusi yang hanya bisa ditemukan dalam suatu kolaborasi.
Tanpa kata
Kepergian sang
gembala terlalu cepat. Dua hari sebelumnya, ia baru kembali dari Merauke,
melaksanakan tugas baru sebagai administrator apostolik untuk Keuskupan Agung
Merauke. Tetapi 'Amo'oipuaro' (Tuhan) empunya kehidupan punya rencana lain. Ia
memanggil sang inspirator dan sang pemikir yang memiliki moto Parate viam
Domini (siapkan jalan bagi Tuhan).
Kepergian yang
terlalu cepat itu mengingatkan kita akan Khalil Gibran: "Di kedalaman
jiwaku, ada lagu tanpa kata". Sebuah kepergian tanpa kata yang tentu hanya
bisa dipahami dalam keheningan.
Itulah teladan
tanpa kata Uskup Saklil, yang selalu mengajak umatnya menjadikan 'tungku api'
sebagai indikator mengukur realitas hidup umat. Di atas tungku api terbaca
kehidupan dan pergulatan nyata.
Yang terserap
dalam pergulatan akan terbukti melalui apa yang dimakan, hal mana ia mengajak
setiap pemimpin untuk tidak terkecoh dengan tampak depan rumah yang kerap tidak
terbaca secara utuh. Justru di atas tungku api terbaca perjuangan riil untuk
diselami tiap pemimpin.
Jalan sunyi
tanpa kata perlu terus digali dalam menyikapi permasalahan sosial sehubungan
dengan perjuangan masyarakat berhadapan dengan masalah Freeport. Sang gembala
selalu jadi 'sandaran' semua pihak yang bekonflik. Peran pemersatu yang
sekaligus 'diplomat' yang harus menjaga keseimbangan dan tarik menarik berbagai
pihak.
Meminjam Simon
Fisher dkk dalam Working with Conflict, Skill & Strategies for Action,
2000, Uskup Saklil tahu tentang potensi konflik yang mengancam, mulai dari
aneka konfrontasi berupa demonstrasi hingga pertikaian sporadik, yang bila
tidak disikapi, akan menjadi konflik terbuka.
Hal lain yang
menjadi perhatiannya adalah dialog antar-agama dan kepercayaan. Ia tidak
hentinya merangkul para peziarah dari pelbagai agama lain termasuk umat Kristen
Protestan dan Islam.
Baginya,
setiap agama dengan cara berbeda mengungkapkan keindahan yang menggambarkan
'Amo'oipuaro' yang tidak dibatasi pada satu format tetapi terbuka terhadap
dimensi plural yang kian menggambarkan keagungan Tuhan, melampaui semua
sanjungan.
Sumber: Kompas, 12 Agustus 2019
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!