Headlines News :
Home » » Jokowi dan Guru

Jokowi dan Guru

Written By ansel-boto.blogspot.com on Friday, August 09, 2019 | 9:10 PM

Oleh Ernie Botoor
Guru SMP Tri Ratna, Jakarta;
Alumni Unika Widya Mandira Kupang

PRESIDEN pertama Ir Soekarno mengapresiasi guru. Bung Karno menaruh rasa hormat kepada guru dan respek terhadap profesi mulia itu. Mengapa? Guru memiliki peran strategis dalam dunia pendidikan. Ia tak sekadar setia mengajarkan ilmu pengetahuan. Ia multi peran. Entah sebagai pengajar, pendidik, pembimbing, motivator, teladan, administrator, evaluator, inspirator, dan lain sebagainya.

Tak berlebihan dalam bukunya, Dibawah Bendera Revolusi, Bung Karno melukiskan guru dalam catatan reflektif. "Pemimpin! Guru! Alangkah hebatnya pekerjaan menjadi pemimpin di dalam sekolah, menjadi guru di dalam arti yang spesial, yakni menjadi pembentuk akal dan jiwa anak-anak! Terutama sekali di zaman kebangkitan! Hari kemudiannya manusia adalah di dalam tangan guru itu, menjadi manusia."

Presiden Jokowi juga kembali bicara soal guru saat membuka Kongres XXII PGRI di Jakarta, Jumat, pekan pertama Juli lalu. Guru senantiasa merebut ruang batin murid. Tak terkecuali, Jokowi. Momen HUT Guru di Istora Senayan tahun 2015, misalnya, menyuguhkan pemandangan menarik. Siapapun guru bisa jadi bangga sekaligus terharu.

Betapa tidak. Presiden Jokowi didatangi langsung para gurunya semasa di SMP 1 Solo dan SMA 6 Solo, yang sudah berpisah selama 40 tahun. Ada Sutoto, Sudadi, Sih Winarni, Ning, Nurjayati, dan lain-lain. Jokowi menghampiri Sutoto, kemudian berlutut dan mencium tangan, melakukan sungkem kepada sang guru di kursi roda.

Apa kata Sutoto kepada Jokowi, mantan muridnya? "Yang paling diingat itu rajin kerjakan pekerjaan rumah, pasti dibuat. Teman-temannya juga banyak," kata Sutoto. Pemandangan kecil dan inspiratif ini memberi pelajaran bagaimana sosok guru dan pengabdiannya di jalur pendidikan. Guru yang telah melahirkan seorang anak murid yang kelak menjadi presiden. Namun pertanyaan lanjutan lahir. Ada apa dengan guru? Mengapa Jokowi makin care terhadap guru sebagaimana catatan inspiratif Bung Karno di atas? Apa pula komitmen anggaran pendidikan, yang juga terkait dengan nasib guru?

Aspek bertalian

Perihal guru selalu menarik sehingga tak akan pernah selesai dibahas. Mulai dari orang-orang di kampung paling udik hingga kota. Pun petani di bawah terik matahari di ladang; nelayan di bibir pantai hingga pengambil kebijakan di kursi kekuasaan. Guru selalu jadi bahasan bertalian aspek profesi, filosofi, moralitas, kesejahteraan, tuntutan administratif, sekolah, dan  sebagainya. Singkatnya, masa depan pendidikan, terutama generasi muda, juga di tangan guru sebagai salah satu elemen strategis.

Mengapa Bung Karno jauh-jauh hari memandang penting kemudian bicara soal guru? Mengapa pula Presiden Jokowi setia menghangatkan kembali memori kolektif kita terkait guru? Ini penting. Jawaban bisa beragam, terutama bila menyentuh aspek-aspek di atas. Namun, paling kurang ada yang dapat dicatat.

Pertama, sebagai profesi mulia dan terhormat. Guru mengemban tugas strategis dalam ikut menciptakan generasi penerus bangsa. Perihal guru jelas tercantum dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Kedua, guru –seperti kata Bung Karno– adalah pembentuk akal dan jiwa. Guru adalah agen transformasi dalam membangun talenta anak bangsa. Ia memiliki peran sentral dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompetitif dalam menjawab berbagai tuntutan dan perubahan zaman. Para pakar juga telah menguraikan tugas pokok guru dengan terinci.

Menurut Daoed Joesoef (1980) ada tiga bagian tugas pokok guru yaitu tugas profesional, manusiawi, dan kemasyarakatan (sivic mission). Tugas pertama berkaitan dengan logika dan estetika. Tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika. Sedangkan WF Connell (1972) menyebut guru memiliki peran sebagai pendidik (nurturer), model serta pengajar dan pembimbing. Selain itu peran sebagai pelajar (learner), komunikator terhadap masyarakat setempat, pekerja administrasi, dan peran terhadap lembaga. Tugas dan peran tersebut sungguh mulia. Namun, setiap beralih rezim masih saja diselubungi aneka soal klasik terutama kesejahteraan guru.

Jokowi ke guru

Komitmen Presiden Jokowi kepada guru dan dunia pendidikan sudah ada sejak periode pertama pemerintahannya. Tinggal dilaksanakan dengan serius jajaran pemerintahan mulai dari pusat hingga daerah. Bahwa tujuan pendidikan bukan lagi sekadar mencetak siswa berpengetahuan. Paling penting juga adalah membentuk karakter Pancasila setiap murid. Oleh karena SDM bagi bangsa sangat vital, peran guru strategis.

Dukungan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahun anggaran. Tahun anggaran 2019, pemerintah mengalokasikan Rp 492,555 triliun dari APBN untuk pendidikan, mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar Rp 444,131 triliun. Jumlah itu tertera dalam lampiran XIX Perpres Nomor 129 Tahun 2018 tentang Rincian APBN Tahun Anggaran 2019 yang telah diteken presiden pada 29 November 2018.

Kita tahu bahwa pencapaian Indonesia hingga saat ini tak lepas dari guru. Guru memainkan peran penting mendidik generasi muda menjadi manusia dewasa agar kelak terlibat aktif dalam pembangunan. Guru ibarat lentera kehidupan umat manusia. Guru hadir menyibak tabir gelap para murid. Tak berlebihan, suatu waktu John Dewey (1938), filsuf dan pemikir dalam bidang pendidikan, mengatakan, buku merupakan sumber ilmu pengetahuan, tetapi melalui gurulah ilmu pengetahuan dapat ditransmisikan kepada peserta didik. 
Sumber: Pos Kupang, 9 Agustus 2019
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger