Headlines News :
Home » » Catatan Seorang Katolik: Mengenang Mbah Moen

Catatan Seorang Katolik: Mengenang Mbah Moen

Written By ansel-boto.blogspot.com on Wednesday, August 07, 2019 | 1:28 AM

SIAPA ulama Islam yang tak sekadar jadi panutan umat Islam tapi umat beragama lain di Indonesia? Kalau pertanyaan itu diajukan kolega Muslim kepada saya, jawaban jelas: ada banyak. Salah seorang di antaranya, KH Maimoen Zubair atau akrab dengan sapaan Mbah Moen (90). Mbah Moen adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, Jawa Tengah.

Selain itu, tentu juga KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), KH Solahuddin Wahid (Gus Sola), KH Ahmad Syafii Maarif alias Buya Syafii Maarif, dan lain-lain. Itu sekadar beberapa nama yang saya sebut di sini. Tentu masih ada yang lain.

Saya mengenal ketokohan mereka karena selain pintar ilmu agama, rendah hati, memasyarakat, ceramah menyejukkan, pergaulan luas lintas tokoh dan umat beragama lain, dan seterusnya, lebih dari itu mereka adalah tokoh di balik upaya memajukan dunia pendidikan yang mempersiapkan calon pemimpin masa depan bangsa melalui lembaga pendidikan. Entah Taman Kanak-Kanak, Pesantren, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Ibtidayah, maupun lembaga-lembaga pendidikan tinggi seperti Institut Agama Islam, Perguruan Tinggi, dan lain-lain.

Tiga nama lain: Gus Dur, Gus Mus maupun Buya Syafii Maarif adalah ulama yang juga penuli hebat yang namanya sudah akrab dengan saya. Gus Dur saya pernah bersua langsung dalam sebuah acara. Menulis opini atau mengulas bola sangat bernas. Itu kelebihan Gus Dur. Bola, misalnya.

Beberapa tahun lalu catatan bola Gus Dur bersama Sindhunata, seorang imam Katolik dari Serikat Jesuit yang lama bermukim di Jerman mengisi halaman utama Kompas dan segera menyapa pembaca, terutama penggila bola, pagi hari. Buah pikiran Gus Dur terkait masalah sosial politik diterbitkan jadi buku yang diberi Kata Pengantar Jakob Oetama, juga saya koleksi dan kerap jadi rujukan bila iseng-inseng menulis di koran-koran lokal. Dunia tulis-menulis ini juga dilakukan sang adik, Gus Solah.

Selain itu, ulama lainnya: Gus Mus. Buku karyanya, Koridor, saya buru di pasar loak karena dompet tak kuasa. Saya bukan sweeping, tapi kejar sampe dapat. Kenapa? Selain kagum pada penulis, cuma mau nambah informasi apa yang diulas Gus Mus, staf pengajar Pesantren Taman Pelajar Rembang. Ia penerima gelar Doctor Honoris Causa dari Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009.

Sosok Gus Mus juga lebih dari itu. Ia bukan sekadar ulama, budayawan atau cendekiawan Muslmi. Kiai yang lahir di Rembang, 10 Agustus 1944 ini adalah orang yang rajin menulis puisi, cerpen, novel bahkan jago melukis. Ulama yang pernah mengenyam pendidikan Al-Qism al'Aalie Iid Diraasaati al-Islamiyah wal Arabiyah, Al-Azhar University, Kairo, Mesir tahun 1964-1970 ini juga penulis hebat. Buku kumpulan cerpennya, Lukisan Kaligrafi. Berikut Membuka Pintu Langit, Mencari Bening Mata Air, Koridor adalah sebagian dari hasil karya Gus Mis.

KH Maimoen Zubair alias Mbah Moen? Secara pribadi saya tak pernah bersua langsung. Wajah teduh beliau hanya saya lihat melalui layar televisi tatkala Presiden Joko Widodo sowan ke kediaman pribadi Mbah Moen di Rembang pada 1 Februari 2019 lalu.

Jokowi tentu tak sungkan-sungkan meminta nasehat, usul saran beliau untuk ikut membangun bangsa dan negara lebih sejahtera, aman, dan damai di mana setiap pribadi warga bangsa merasa seperti berada di rumah sendiri. Hal yang juga menjadi kerinduan kolektif seluruh rakyat yang bermukim mulai dari Sabang hingga Merauke; dan dari Miangas hingga Pulau Rote.

Mbah Moen adalah ulama besar asal Rembang, Jawa Tengah. Tokoh terkenal Indonesia ini lahir pada 28 Oktober 1928. Meski tahun lahir berbeda, kami lahir pada bulan Oktober, terpaut seminggu. Beliau juga tak sekadar ulama namun juga politikus. Ia Ketua Majlis Syariah Partai Persatuan Pembangunan.

Ulama-ulama di atas: baik Mbah Moen, Gus Dur, Gus Mus, Gus Solah atau Buya Syafii Maarif adalah ulama umat beragama di Indonesia. Mereka adalah segelintir dari pemimpin yang sangat memahami Islam sebagai rahmat bagi semesta dan penebar kebaikan bagi seluruh anal bangsa.

Mereka memahami Islam yang -meminjam buku Allah Pun "Tertawa" Melihat Kita karya M Husnaini- bahwa Islam mengajarkan semua orang agar selalu memelihara badan, pikiran, hati dan jiwa. Islam yang mengajarkan saling tolong-menolong, menghormati, menghargai, dan mencegah segala macam bentuk kerusakan: merampas hak orang lain, menyakiti apalagi membunuh.

Hari ini, kabar tak sedap datang dari tanah suci Mekkah Al-Mukarramah. "Innalillahi wainnailaihi rajiun. Mbah Maimun Zubair wafat," kata Wakil Ketua Umum PPP Arwani Thomafi mengutip detikcom, Selasa, 6 Agustus 2019.

Mbah Moen yang tengah menunaikan Ibadah Haji di Mekkah, melanjutkan perjalanan menuju rumah Allah. Mbah Moen berpulang di tengah kerinduan keluarga besar di Rembang bersua kembali dari tanah suci. Mbah Moen memenuhi panggilan Tuhan, Sang Sabda setelah ajal menjemputnya. Indonesia kehilangan seorang ulama bersahaja dan rendah hati. Selamat jalan, Mbah Moen. Doa kami untukmu. Ini sekaligus doaku sebagai seorang penganut Katolik.
Ansel Deri 
Jakarta, 6 Agustus 2019 
Ket foto: Mbah Moen
Sumber foto: tribunnews.com
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger