Staf Drs Y. Jacki Uly, MH, Anggota DPR RI
PRESIDEN Joko
Widodo dan Ibu Negara Iriana bersama Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan
Djalil, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Sekretaris Ditjen Hubungan Laut Kementerian Perhubungan Arif Toha Tjahjagama, serta rombongan, Rabu (21/8) pukul
10.20 WITA, tiba di Kupang, Nusa Tenggara Timur, dalam lawatan resminya. Saat tiba rombongan Presiden Jokowi disambut Gubernur Viktor Bungtilu
Laiskodat beserta Ibu Julie Sutrisno Laiskodat, Kapolda Raja Erizman, Walikota Kupang
Jefirston Riwu Kore, dan sejumlah pejabat daerah.
Kita tahu, Presiden Jokowi belakangan ini menyapa
NTT beberapa kali dalam kunjungan resminya. Terakhir, Presiden berada di Manggarai
Barat, Flores, selama dua hari, 10-11 Juli. Di Labuan Bajo Jokowi menerima
masukan dari Gubernur Laiskodat terkait berbagai persoalan NTT untuk
ditindaklanjuti melalui komitmen anggaran bersumber APBN sekaligus menikmati keindahan
Komodo, salah satu destinasi wisata unggulan daerah.
Kunjungan Jokowi kali ini patut diapresiasi.
Presiden didampingi Gubernur Laiskodat menuju Desa Nunkurus, Kabupaten Kupang,
untuk meninjau pengembangan garam di atas lahan seluas 600 hektar. Lahan seluas
11 hektar sudah menghasilkan 350 ton garam premium (garam industri) dengan
kadar sebesar 96-97 persen. Pada 2020 sisa lahan garam industri seluas 580
hektar akan dikembangkan dengan target penghasilan 60 ribu ton.
Presiden juga berkenan membagikan sertifikat
tanah kepada 2709 kepala keluarga yang berasal dari tiga daerah yaitu Kota
Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Kupang bertempat di
Oelamasi, kota Kabupaten Kupang. Di ujung kunjungan, Jokowi juga meninjau
Pelabuhan Tenau Kupang yang segera dikembangkan sebagai pelabuhan internasional.
Kunjungan ini memiliki arti penting seorang
pemimpin bagi rakyatnya. Sebagai pemimpin Jokowi tak sungkan datang kepada
rakyat tanpa rasa takut. Ia menunjukkan kerendahan hati seorang pemimpin pilihan
rakyat. Saat memimpin Solo, Jokowi sungguh menyadari memimpin tanpa peran serta
rakyat. “Pokoknya, pimpin mereka dengan hati. Hadapi mereka sebagai sesama,” kata
Jokowi. Kali ini terasa Jokowi sungguh menunjukkan arti penting berada di
tengah masyarakat NTT yang juga rakyatnya.
Mengapa?
Stigma
negatif
Mengapa ke NTT? Mengapa pula Jokowi rela membuang
langkah lebih dalam, ke kedalaman tanah gersang ini? Mengapa pula ia rela
membakar punggung di bawah terik matahari di atas padang sabana, mengakrabi
petani yang tengah menahan dahaga akibat minus air, menyapa keelokan lekuk
lembah, mengakrabi pesona alam yang jauh dari sentuhan pembangunan selama ini? Mengapa
provinsi kepulauan yang kerap diplesetkan dengan sebutan nasib tak tentu atau nanti Tuhan tolong didatangi Jokowi?
Ada beragam jawaban. Namun ada yang dapat
dicatat di sini. Pertama, kunjungan Jokowi membuktikan ia seorang presiden dan pemimpin
yang sungguh membangun Indonesia, termasuk NTT, dengan hati. Ia bukan tipikal
presiden atau pomimpin yang gemar bereorika abai aksi. Ini juga sejalan dengan
visi dan misinya bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin yaitu terwujudnya Indonesia
maju berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.
Visi besar itu tertera dalam misinya, yaitu peningkatan
kualitas manusia Indonesia; struktur ekonomi yang produktif, mandiri dan
berdaya saing; pembangunan yang merata dan berkeadilan; mencapai lingkungan
hidup yang berkelanjutan; kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.
Berikut penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga; pengelolaan
pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya; dan sinergi pemerintah daerah
dalam kerangka negara kesatuan.
Kedua, dalam konteks NTT Gubernur Laiskodat
dan Wakil Gubernur Nae Soi juga bersama masyarakat sungguh bekerja keras
memajukan daerahnya. Tekad ini juga pernah diutarakan Laiskodat saat diskusi
singkat dengan anggota DPR RI Irjen Pol (Purn) Y. Jacki Uly dan penulis di
Hotel Borobudur, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, usai ia ditetapkan bersama
Josef A Nae Soi menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT. Kehadiran Jokowi itu
juga menjadi bagian sejarah NTT bagaimana Gubernur Laiskodat mengajak
pemerintah pusat untuk hadir dan menyaksikan dari dekat masyarakat dan daerah
sehingga mendapat sentuhan anggaran dari pusat, selain tentu dari kemampuan
keuangan yang dimiliki daerah.
Dengan pengalaman Laiskodat sebagai politisi
nasional dan Ketua Fraksi NasDem DPR RI bersama koleganya, Nae Soi, yang lama
mengabdi sebagai wakil rakyat di Senayan dan staf khusus Menteri Hukum dan HAM,
mereka gerah dengan NTT yang masih berkubang dalam ketertinggalan di berbagai
sektor. Karena itu, NTT mesti dibawa berlari kencang untuk berkompetisi bukan
dengan provinsi-provinsi lain tetapi lebih maju dengan negara-negara tetangga.
Peluang bisa kita raih dari sejumlah anggota
DPR asal NTT yang menempati posisi strategis di Senayan. NTT punya Ketua Komisi
Infrastrukur Fary Francis, Ketua Komisi Keuangan Melchias Markus Mekeng, Wakil
Ketua Komisi Keuangan sekaligis Sekjen Partai NasDem Johnny G Plate, Anggota
Komisi Pertahanan Jacky Uly, Herman Herry, Andreas Hugo Parera, dan lain-lain adalah
potensi yang perlu dimanfaatkan dalam ikut membangun daerah bersama rakyat
melalui sinergi yang produktif. Berikut para anggota DPR dan DPR terpilih asal
NTT untuk masa tugas 2019-2024.
Merebut
peluang
Publik tahu. Sekali lagi, NTT masih bergelut
dalam berbagai ketertinggalan. Kemiskinan masih dengan mudah kita jumpai.
Kepala Badan Pusat Statistik NTT Maritje Pattiwaellapia sebagaimana dilaporkan
media lokal mencatat, data per September 2018 menunjukkan, jumlah penduduk
miskin (penduduk dengan pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis
kemiskinan) mencapai 1.134,11 ribu orang (21,03 persen). Jumlah ini berkurang
sebesar 8.060 orang jika dibandingkan dengan data per Maret 2018 sebesar
1.142,17 ribu orang (21,35 persen).
Bila dirinci, persentase penduduk miskin di
daerah perkotaan pada Maret 2018 sebesar 9,94 persen, turun menjadi 9,09 persen
pada September 2018. Sedangkan penduduk miskin di daerah pedesaan per Maret
2018 sebesar 24,74 persen, turun menjadi 24,65 persen pada September 2018.
Gambaran tersebut tentu memaksa Gubernur dan Wakil Gubernur NTT memutar otak
bersama jajaran pemerintah kabupaten/kota memacu masyarakat dan bupati/walikota
kreatif guna mencari tambahan sumber-sumber resmi selain APBD I dan APBD II.
Namun, lebih dari itu jajaran pemerintahan di
bawah tetap menjalin komunikasi yang intensi dengan pemerintah pusat agar
membantu memajukan daerah melalui sentuhan anggaran bersumber dari APBN.
Kehadiran Jokowi kali ini, merupakan peluang bagi pemerintah kabupaten/kota
agar serius berkoordinasi dengan Gubernur dan Wakil Gubernur untuk menyampaikan
berbagai persoalan yang dihadapi di tingkat kabupaten/kota untuk diteruskan
kepada pemerintah pusat.
Presiden Jokowi juga optimis. Dari aspek
ekonomi, Jokowi yakin percepatan pembangunan infrastruktur dan reformasi
struktural yang dilakukannya selama empat tahun terakhir telah membuka jalan bagi
terbangunnya fondasi struktur perekonomian yang berdaya saing. Dengan fondasi
tersebut, pada periode kedua pemerintahan bersama Wakil Presiden terpilih
Ma’ruf Amin, akan teruskan dengan upaya membuat perekonomian menjadi lebih
kokoh, produktif, mandiri, dan berdaya saing.
Dengan demikian, mampu membuka
lebih banyak lagi lapangan kerja, menekan tingkat pengangguran terbuka,
menurunkan tingkat kemiskinan dan mengurangi kesenjangan. Kita semua tentu
percaya. Kerja keras Gubernur Laiskodat-Wakil Gubernur Nae Soi bersama
masyarakat selama periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi dan Kiai Ma’ruf
Amin, NTT makin maju dan sejahtera.
Sumber: Victory News, 22 Agustus 2019
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!