DI AWAL pemerintahannya
bersama Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi, Gubernur NTT, Viktor Bungtilu
Laiskodat, dengan kebesaran jiwa mengajak semua warga Flobamora untuk berpikir
besar dan berbuat besar, disertai kemauan dan kerja keras ala buldozer untuk
mengubah ‘batu-batu dan karang’ menjadi roti, sayur, daging dan sebagainya.
Salah satunya adalah Revolusi Emas Hijau, yang lazim disebut kelor atau marungga;
menjadi ikon emas super nutrisi menuju "NTT Bangkit NTT Sejahtera".
Dalam pengantar
buku Dunia Tidak Selebar Daun Kelor
karya Pater Petrus Salu SVD, Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan,
dalam kepemimpinan lima tahun ke depan, ia mengatasi kemiskinan NTT dengan satu
pilihan yang mudah, murah dan cocok dengan alam NTT tetapi mampu menembus pasar
dunia dengan memanen triliunan rupiah dan miliaran dollar Amerika dengan "Revolusi
Emas Hijau", yang bernama marungga alias kelor.
"Inilah citra super
nutrisi yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Karena itu, marungga
hendaknya menjadi pilihan emas, termurah, tercepat untuk mengentaskan
kemiskinan dan menghapus berbagai label dan plesetan terhadap NTT. Saya, Viktor
Bungtilu Laiskodat, Gubernur NTT, mengangkat marungga sebagai ikon emas menuju
NTT Bangkit, NTT Sejahtera. Dengan kewenangan yang saya miliki sesuai dengan
konstitusi dan legislasi ‘Revolusi Emas Hijau’," tegas Gubernur Viktor
Laiskodat.
"Marungga
telah berkumandang dari ruangan gubernur, bergema ke ruang DPRD Provinsi NTT,
para bupati, dinas, instansi, badan, lembaga, segenap warga Flobamora dari
kota, desa, dusun dan kampung, untuk menanam, memelihara, memanen, mengolah,
memasarkan dan memelihara aliran triliunan rupiah dan miliaran dollar menuju
NTT Bangkit, NTT Sejahtera. Mari kita bergandeng tangan menanam marungga,
sekali tanam, Anda memanen hingga umur 60-70 tahun kemudian," tegas
Gubernur Viktor.
Menurut politisi
Nasdem ini, marungga adalah emas hijau sekaligus solusi untuk mengakhiri
kemiskinan kronis NTT. Sekali lagi, ia mengajak semua warga Flobamora bergandengan
tangan menanam marungga, memelihara marungga, memanen marungga, mengolah marungga,
memasarkan marungga ke seluruh dunia, dan terimalah triliunan rupiah dan
miliaran dolar yang sedang berarak menuju NTT Bangkit NTT Sejahtera. "Di atas
segalanya, saya meminta agar setiap warga NTT pertama-tama dan terutama harus
menjadi pemakai marungga sebelum berpikir untuk menjualnya. Untuk itu, saya
mengajak dengan serius seluruh masyarakat Flobamora untuk memahami benar-benar
hakekat dan nilai luhur marungga," katanya.
Menurut penulis buku Dunia Tidak Selebar Daun Kelor,
Pater Piet Salu, SVD, berbagai penelitian ilmiah dengan menggunakan
laboratorium paling mutakhir dan sangat sensitif oleh para ahli dunia, membuat
perbandingan gram dan menyatakan bahwa daun kelor mengandung 7 kali vitamin C
pada jeruk, 4 kali calcium pada susu, 4 kali vitamin A pada wortel, 2 kali protein pada susu, 4 kali potasium pada
pisang. Intinya, daun kelor, entah daun basah maupun tepung daun kelor
merupakan super nutrisi bagi seluruh umat manusia, baik yang masih sehat maupun
yang sedang terkungkung dalam lilitan gizi rendah atau gizi buruk.
Karena itu, menurut
Pater Piet Salu, berdasarkan penemuan besar itu, para ahli peneliti sepakat
dalam naungan PBB dalam organisasi WHO menobatkan kelor sebagai pohon ajaib
setelah melakukan studi dan menemukan bahwa tumbuhan yang satu ini berjasa
sebagai penambah kesehatan berharga murah selama 60-70 tahun ini di
negara-negara termiskin di dunia.
"Manfaat utama
daun kelor adalah meningkatkan ketahanan alamiah tubuh, menyegarkan mata dan
otak, meningkatkan metabolisme tubuh, meningkatkan struktur sel tubuh,
meningkatkan serum kolesterol alamiah, mengurangi kerutan dan garis-garis pada
kulit, meningkatkan fungsi normal hati dan ginjal, memperindah kulit,
meningkatkan energi, memudahkan pencernaan, antioksidan, memelihara sistem
imunitas tubuh, meningkatkan sistem sirkulasi yang menyehatkan, bersifat anti
peradangan, memberi perasaan sehat secara menyeluruh dan mendukung kadar gula
normal tubuh," papar Piet Salu.
Fary Francis, anggota
DPR RI berpendapat, marungga adalah aset
yang ada di kebun-kebun kita. Karena itu, dalam spirit pemberdayaan masyarakat,
marungga menepis anggapan bahwa perubahan ekonomi mesti datang dari produk luar
atau mengimpor konsep serta pendekatan dari luar. Dalam konteks ini, menurut
dia, budidaya marungga di NTT seperti yang dicanangkan Gubernur Viktor
Laiskodat, semestinya didukung penuh terutama dari pemerintah itu sendiri.
Sebab, pemerintah memiliki sumber daya dan sumber dana untuk menggerakkan
kelompok-kelompok usaha bersama di daerah-daerah guna membudidayakan marungga.
Pemerintah juga memiliki akses pasar dan jaringan industri.
"Jika marungga
mampu menggairahkan ekonomi NTT, mengapa kita mesti pusing-pusing membuat
program yang tidak mengakar dari bumi NTT sendiri? Marungga itu kita. Marungga
itu NTT. Tanam marungga, mengubah NTT lebih baik. Ini mesti yang menjadi spirit
bersama kita," tegas Fary.
Bagi dia, itulah
bentuk keajaiban yang berdampak pada banyak orang. Kelor atau marungga telah move on dari dunia dapur yang sempit ke
dunia industri. Kebanyakan kita masih memperlakukan marungga sebagai teman dapur.
Namun oleh tangan-tangan ajaib marungga terbang jauh bernilai pasar industri,
baik obat-obatan maupun makanan kesehatan, super nutrisi paling lengkap. "Kita
di NTT butuh keajaiban-keajaiban kecil berdampak besar agar masyarakat kita
bisa diberdayakan. Tanam marungga, tanam perubahan, bangun kampung, bangun NTT,
bangun Indonesia," kata Fary Francis.
Misionaris dan antropolog
Unwira Kupang, Gregor Neonbasu, SVD, Ph.D, juga menjelaskan komitmen utama
Gubernur NTT Viktor Laiskodat terhadap marungga di NTT adalah demi
mensejahterakan manusia dan masyarakat. Karena itu, usaha budidaya marungga ada
pada konsistensi untuk mendukung percepatan pembangunan daerah dalam koridor
memperhatikan kehidupan manusia setiap hari.
"Dinamika pembangunan
akan kehilangan aura jika manusia dan masyarakat selalu mengalami kekurangan
gizi. Paradigma pembangunan seakan menjadi mati, seandainya manusia dan
masyarakat selalu mengalami penyakit dan berbagai gangguan fisik,"
katanya.
Karena itu, menurut
dia, marungga inilah sebuah jalan emas yang menyiapkan segalanya agar manusia
dan masyarakat NTT sedapat mungkin terlibat dalam dinamika pembangunan sesuai
komitmen kehidupan bersama dalam ruang lingkup NKRI. Budidaya marungga tidak
saja merupakan sebuah pendekatan pemberdayaan wilayah secara fisik, melainkan
secara internal juga memberi inspirasi baru dan semangat baru bagi masyarakat
untuk melihat sisi dari kehidupan yang kaya arti dan bernas makna.
"Marungga
adalah tambang emas untuk mengais kehidupan yang lebih adil, makmur, beradab dan
sejahtera. Marungga adalah tanaman multiguna yang memang padat nutrisi dan
berkhasiat obat serta melindungi makna dan nilai kehidupan. Mari kita terus
mendukung program kelor dari Gubernur NTT Viktor Laiskodat, dan Wagub Josef Nae
Soi untuk NTT Bangkit NTT Sejahtera," tegas Neonbasu. (Kerja Sama Biro Humas
dan Protokol Setda NTT)
Ket foto: buku Dunia
Tidak Selebar Daun Kelor karya Pater Petrus Salu SVD
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!