BACHARUDDIN Jusuf Habibie. Nama BJ Habibie atau
Habibie boleh jadi tak tergantikan tatkala Presiden Soeharto mencari figur yang
pas menahkodai Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) Republik Indonesia
zaman Orde Baru. Selama menjabat Presiden RI, Habibie adalah sosok tepat di
mata Soeharto, Presiden sekaligus Panglima Tertinggi ABRI, yang mengendalikan
kekuasaan negara sehingga selama 32 tahun.
Sebelum akhirnya,
Soeharto lengser setelah mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR RI kemudian memaksa
Soeharto mundur dari jabatan Presiden dan menyerahkan kekuasaannya kepada Wakil
Presiden BJ Habibie. Beliau adalah Presiden ke-Republik Indonesia.
Mengapa Soeharto
melirik Habibie? Alasannya, Habibie, pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan
itu salah satu putera bangsa brilian lulusan Jerman. Bicara rekayasa pesawat
terbang dan urusan tetek bengek burung besi dan anatominya, Habibie adalah
jagonya.
Baik BJ Habibie dan
Pastor Yusuf Bilyarta Mangunwijaya Pr atau Romo Mangun, sama-sama lulusan di
kampus yang sama di Jerman, negeri yang pernah dikendalikan Kanselir Helmut
Kohl dan Angela Merkel. Kampus dengan lulusan siap pakai di mana mereka
bekerja.
Beda keduanya, baik
BJ Habibie dan YB Mangunwijaya: Habibie jago di teknik rekayasa pesawat
terbang. Sedang Romo Mangun hebat tak hanya urusan arsitektur tetapi juga
bidang sastra. Keduanya punya satu kesamaan: aset asli Indonesia.
Habibie sempat
tinggal di Jerman. Namun, panggilan tanah tumpah darah lebih dominan. Atas
permintaan Soeharto, Habibie diminta merevitalisasi PT Nurtanio, perusahaan
yang memproduksi pesawat terbang.
Sedang Romo Mangun,
sekembali dari Jerman meneruskan aktivitasnya sebagai seorang imam Katolik.
Romo Mangun, imam Projo Keuskupan Agung Semarang itu juga berbaur dengan
orang-orang kecil di Kali Code, Jogjakarta.
Ia menyulap
perumahan kumuh orang-orang kecil sepanjang bantaran Kali Code yang berbuntut
diberikan penghargaan Aga Khan Award. Bantaran Code menjadi asri bagi para
penghuninya. Tatkala menyusuri Kali Code dalam suatu kesempatan liburan di
Jogja, nampak indah. Beberapa rumah didesain menempel sepanjang tebing di sisi
kanan Kali Code. Warganya sangat ramah. Romo Mangun adalah sosok imam dan
arsitek yang rendah hati di mata warga penghuni Code.
Setelah Soeharto
lengser keprabon, Habibie meneruskan sisa masa jabatan. Habibie adalah Presiden
RI yang terbilang pendek masa kekuasaannya. Bicara ceplas ceplos. Ia bisa
bergurau kalau lagi santai. Misalnya, saat diundang menjadi pembicara di
Universitas Indonesia (UI), almamaternya, pada 23 Juli 2016, ia menceritakan
kisah unik saat menjadi mahasiswa baru UI. Ia bernostalgia.
Saat berbicara di
hadapan mahasiswa ia mengaku banyak kenangan
saat dirinya sebelum menjadi mahasiswa saat jadi mahasiswa dan setelah lulus
dari Fakultas Teknik UI. Ceritanya, awal ia masuk UI adalah dirinya pingin satu
jurusan. Masalahnya, saat baru masuk kampus, jurusan yang beliau inginkan itu
belum ada. Ia kemudian ambil jurusan lain dengan catatan bila jurusan yang
diinginkannya sudah dibuka, ia segera pindah.
"Saya
ini tamat SMA tahun 54 (1954). Jadi tahun 54 saya mau belajar dalam bidang
fisika, tetapi waktu itu jurusannya belum ada. Jadi saya disarankan masuk
bidang elektro. Waktu saya diterima dengan catatan mungkin dua tahun berikutnya
bagian fisika dibuka saya bisa masuk fisika," ujar Habibie mengutip sebuah
media online.
Pertama kali
menjadi mahasiswa, Habibie pun dipelonco seniornya. Agak konyol dan menggelitik
rasanya. Saat kuliah, Habibie tinggal tak jauh dari asrama wanita kakak
kelasnya. Selama 14 hari, Habibie mengemban misi khusus dari para senior.
"Tiap pagi
selama 14 hari saya setelah salat subuh harus ke asrama wanita senior saya.
Tugas saya adalah harus
mengeluarkan suara 'kukuruyuk' di depan jendela kakak senior saya. Itu
dilakukan dari satu jendela ke jendela kamar senior wanita saya," kata
Habibie, pria kelahiran Parepare, 25 Juni 1936. Hadirin ngakak dalam ruang di
Gedung Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.
Malam ini, Habibie,
si empunya suara "kukuruyuk" itu berpulang. Putra Habibie,
Thareq Kemal Habibie mengabarkan, Habibie meninggal di RSPAD Gatot Subroto,
Jakarta pada Rabu, 11 September 2019. "Saya harus menyampaikan ini, bahwa
Ayah saya, Presiden ke-3 RI, BJ Habibie, meninggal dunia pada pukul
18.05," kata Thareq.
Sebelumnya, Habibie
telah menjalani perawatan intensif di rumah sakit sejak 1 September 2019.
"Jantungnya sudah berhenti beraktivitas, seperti yang saya bilang. Karena
umur dan aktivitas yang banyak," lanjut Thareq.
Selamat jalan,
Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie. Terima kasih atas pengabdianmu
selama hidup. Jasamu akan kami kenang selalu. Doa kami juga untuk isteri
tercinta Ibu Hj. Ainun Habibie. Damailah di sisi-Nya.
Jakarta, 11 September
2019
Ansel Deri
(Catatan mengenang Prof Habibie)
Ket foto: Prof Dr Ing. Bacharuddin Jusuf
Habibie dan Ibu Ainun Habibie
Sumber foto: liputan6.com
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!