TARIAN Pado a asal Pulau Sabu-Nusa Tenggara Timur menghentak di beberapa hotel berbintang di Pulau Dewata-Bali, Selasa-Rabu (23-24/1/2010) lalu.
Sebanyak 25 orang penari yang didatangkan oleh Daniel Mone, SE yang juga owner Bravo Indonesia Tour & Travel di Bali untuk memeriahkan HUT ke-25 Perhimpunan Keluarga Suka Duka KOLORAI HAWU Bali.
Tim kesenian yang datang langsung dari Sabu ini tampil pertama di Hotel Shanti-Bali. Pertunjukan dengan menampilkan original tradisonal Sabu, mulai dari busana hingga gerak ini langsung mengundang perhatian yang luar biasa dari para tamu yang hadir dalam acara tersebut.
Putra NTT yang berkarya di Bali, Mario Kundus Bano dari Bali melaporkan, pertunjukan yang spektakuler tersebut merupakan perjuangan keras anak-anak Sabu di Bali. Tidak saja tenaga, namun juga biaya yang tidak kecil untuk bisa menghadirkan tarian khas Sabu tersebut.
Dengan make up seadanya mereka berhasil memukau warga Sabu di Bali yang kebanyakan orang Sabu kelahiran Bali dan masih banyak diantaranya yang belum pernah ke Pulau Sabu, tanah asal tercinta.
Acara semakin seru ketika para penari mulai membawakan Tarian Pado’a. Penonton dibuat terkesima melalui gerakan-gerakan dinamis para penari yang rata-rata masih berusia remaja.
Namun keterpanaan dan keingintahuan penonton akhirnya terobati ketika semua hadirin diajak untuk ikut serta menari Tarian Pado’a. Dalam bentuk lingkaran besar, penari dan penonton seakan akan menunjukkan bahwa malam itu tidak ada perbedaan, semua satu dan seolah-olah tengah berada di Pulau Sabu tercinta.
Seperti yang diungkapkan Mince, wanita asal Sabu kelahiran Bali yang sama sekali belum pernah ke Sabu. Begitu pun Janet Sulaeman, wanita asal Manado yang bersuamikan Jefry Rade asal Sabu.
Menurutnya, "Minimal saya bisa melihat dan memahami karakteristik orang Sabu berupa sifat dan keramahan-tamahan, keceriaan, serta keterbukan walaupun hanya ditunjukkan melalui pertunjukan tarian Ledo dan Pado’a," jelas Janet.
Menurut Daniel yang juga seorang Consultant Management and Accounting ini, kegiatan ini membutuhkan biaya yang tidak kecil, namun hal tersebut tidak menjadi masalah utama untuk menyelenggarakan kegiatan memperkenalkan Sabu kepada para wisatawan lokal maupun mancanegara ini.
"Kalau berbicara mengenai jumlah biaya, ya, relatiflah, namun yang terpenting adalah niat. Setiap niat yang tulus pasti selalu ada jalan," ungkap Daniel.
Ternyata niat ini tidak sia-sia. Justru kedatangan tim kesenian tersebutlah yang menjadikan perayaan HUT ke-25 Perhimpunan Keluarga Suka Duka KOLORAI HAWU Bali menjadi berbeda dengan perayaan tahun-tahun sebelumnya.
Kurang Perhatian Pemerintah
Lebih lanjut Daniel Mone dari Bravo Indonesia Tour & Travel Bali yang menjadi salah satu sponsor dalam acara ini mengatakan, Pemerintah Kabupaten Sabu-Raijua kurang memberikan perhatian pada kegiatan ini.
Padahal ini merupakan salah satu bentuk promosi pariwisata di kabupaten yang baru terbentuk itu.
Kurangnya perhatian dari Pemda tidak akan menyurutkan niat kami, Walaupun upaya ini terbilang masih sangat kecil, namun itulah setitik upaya orang Sabu di Bali terutama Perhimpunan Keluarga Suka Duka KOLORAI HAWU Bali, telah mengawali event ini, selanjutnya tergantung Pemda setempat apa perlu dilanjutkan," ungkap Daniel.
Menurutnya, harapan warga Sabu di Bali adalah event-event seperti ini bisa berlanjut. "Minimal kami sudah mengawali sebagai salah satu bentuk pengabdian orang Sabu di rantauan untuk mempromosikan Pulau Sabu bagi wisatawan mancanegara di Pulau Bali. (alf/*)
Tarian Asal Sabu:
* Tari Padoa: melambangkan kesenangan masyarakat Sabu akan hasil panen yang
berhasil.
* Tari Ledo Hawu: Tarian ini biasa dibawakan pada saat upacara kematian kepala adat,
dengan maksud mengusir setan di tengah jalan agar perjalanan arwah ke hadapan
pencipta tidak dihalangi. Istilah lain dari tari ini dapat dikatakn sebagai penyapu
Tarian Asal Sabu:
* Tari Padoa: melambangkan kesenangan masyarakat Sabu akan hasil panen yang
berhasil.
* Tari Ledo Hawu: Tarian ini biasa dibawakan pada saat upacara kematian kepala adat,
dengan maksud mengusir setan di tengah jalan agar perjalanan arwah ke hadapan
pencipta tidak dihalangi. Istilah lain dari tari ini dapat dikatakn sebagai penyapu
ranjau. (www.kab-kupang.go.id)
Ket. Foto: Tarian Padoa asal Pulau Sabu, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Sumber: Pos Kupang, 8 Februari 2010
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!