Headlines News :
Home » » Pers: Media Profetis

Pers: Media Profetis

Written By ansel-boto.blogspot.com on Tuesday, February 09, 2010 | 6:40 PM

Oleh Inozenzio Nahak Berek
Kru KMK, St. Michael Kupang

KETIKA Hillary Clinton, istri mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, berpidato berapi-api bahwa pemerintahan George W Bush Jr merupakan pemerintahan terlemah dalam sejarah Amerika, maka seluruh media massa di Amerika menjadikannya head line. Bahkan media massa yang berada jauh dari benua Amerika pun tak menampik fenomena produksi kalimat dari mulut Hillary Clinton.

Media massa mengetahui, bahwa apa yang terlontar dari mulut wanita itu, bukan sekadar gumam orang biasa yang tidak puas oleh pemerintahan Bush Jr. Media massa tahu bahwa kalimat itu merupakan 'genderang perang' dari Partai Demokrat yang akan ancang-ancang menghadapi pemilu presiden. Ada 'perlawanan' terhadap kubu Bush Jr.

Inilah perlawanan verbal yang dimaksud para jurnalis, sastrawan dan intelektual. Kadang oposisi verbal pun menuai badai. Kita dapat menyimak peristiwa yang dialami oleh Mochtar Lubis dan Enggak Bahauidin. Mereka ditangkap dan diinterogasi polisi militer atas perintah Komando Militer Jakarta Raya tahun 1957, karena kritikan pedas terhadap pemerintah melalui media massa. Maka pada September 1975, ketika berlangsung Musyawarah Nasional di Jakarta, penguasa militer membredel sepuluh surat kabar harian. Beberapa di antaranya seperti Harian Rakyat, Indonesia Raya, Bintang Timur, Abadi serta tiga kantor Berita besar, termasuk Antara (Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat, 2009). Posisi pers di zaman dulu dan sekarang mempunyai sejarahnya tersendiri. Dalam masa demokrasi terpimpin tahun 1959-1966, peran pers masih dikendalikan oleh pemerintah. Bila disandingkan dengan pemerintah di zaman reformasi ini, kebebasan pemberitaan pers lebih tampak, dengan tetap berlandas pada kode etik jurnalistik.

Kehadiran pers memberi nilai plus bagi kemajuan bangsa. Pers berperan mem- back-up kebijakan pemerintah agar bisa diketahui masyarakat dalam pemberitaannya. Kenyataan demikian menjadi dukungan pers dalam pengabdian kepada masyatakat. Kehadiran pers bagi masyarakat sangat penting. Kita bisa mengetahui banyak hal lewat pers. Ini berarti pers menjadi sarana komunikatif bagi masyarakat. Masyarakat dapat mengetahui peristiwa harian dan menyalurkan aspirasinya melalui pers. Karakteristik pemberitaan sangat mempengaruhi massa. Kita bisa menyaksikan isu-isu global tentang masalah korupsi, kemiskinan, illegal logging dan sebagainya. Permasalahan ini menjadi keprihatinan bersama. Dengan menyaksikan peristiwa-perisiwa demikian, masyarakat semakin tahu gerak maju mundur kehidupan ini. Peran pers adalah mewartakan peristiwa aktual bangsa.

Problem kemasyarakatan sangat kompleks. Keluhan masyarakat tentang lambannya penanganan bencana alam dan krisis ekonomi, belum maksimal diatasi. Aspirasi dari bawah bahkan tidak ditanggapi secara regular. Berhadapan dengan kondisi ini, pers tampil dengan suara profetisnya. Pers mewadahi aspirasi masyarakat serta mempublikasikan fenomena publik demi kebaikan bersama. Pers membeberkan keluhan masyarakat tentang kebijakan pemerintah yang tidak optimal dalam menangani krisis kebangsaan. Justru dengan mengambil langkah seperti ini, pers sebagai media pewartaaan, sungguh eksis bagi masyarakat.

Pers hadir sebagai mediator aspiratif bagi masyarakat. Pers menjadi sarana pewartaan kontekstual bagi masyarakat. Inilah nilai esensiil pers. Pemberitaan yang akurat merupakan bukti otentisitas dunia pers. Preseden pers tetap diminati masyarakat karena telaten mengupas fakta tanpa unsur manipulatif. Dengan berpijak pada perihal ini, pers telah mengemban visi murni keberpihakannya kepada masyarakat. Bahasa pers berkarakter profetis (wewartakan) karena tereksplisit nilai humanis, terimplisit nilai keabadian. Inilah kekuatan pers yang tampak dalam kaca mata insani. Pers mengkultuskan nilai kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Pers mengorbirkan spirit option for wisdom. Tugas pewartaan pers, tetap menjadi titik acuan membangun relasi harmonis dengan masyarakat.

Jadikan pers sebagai media profetis yang mengabdi kebenaran. Kehadiran pers sebagai media profetis sangat diharapkan masyarakat. Peringatan hari pers tahun ini, hendaknya menjadi wacana publik yang patut didengungkan. Nilai dari peristiwa ini adalah membangkitkan suara profetis pers demi pelayanan publik. Keunggulan media nampak dalam pemberitaannya yang lugas, benar, aktual dan bertanggung jawab.
Sumber: Pos Kupang, 9 Februari 2010
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger