Headlines News :
Home » » Kuasa Rakyat Menentukan Pemimpinnya

Kuasa Rakyat Menentukan Pemimpinnya

Written By ansel-boto.blogspot.com on Tuesday, October 30, 2012 | 10:14 AM

Oleh Puti Guntur Soekarno
Anggota Komisi X DPR RI Fraksi PDI Perjuangan

BANYAK hikmah dan kebijaksanaan bisa dipetik dari perjalan an proses demokrasi di Indonesia. Terutama, demokrasi memberikan ruang belajar bagi rakyat. Negara demokratis menjadi kuat jika ada kemampuan mengambil pelajaran hikmah dan kebijaksanaan dari apa yang terjadi. Itulah fungsi pendidikan politik yang terbuka bagi kuasa rakyat. Itulah bagian dari kedewasaan politik yang dibutuhkan dalam proses demokratisasi. Kedewasaan politik semacam itu yang saya nilai sebagai sebuah kecerdasan publik.

Kedewasaan publik dalam berdemokrasi, salah satunya, tampak dalam kesadaran rakyat untuk menentukan pemimpinnya. Kemampuan memilih pemimpin publik berdasarkan pertimbangan adanya karya politik pemimpin sangat menunjukkan itu semua. Kuasa dalam memilih pemimpin didasarkan pada karya politik yang bervisi kerakyatan dan kebangsaan. Itu tentu baik untuk demokratisasi di Indonesia ke depan.

Karya Politik

Karya bagi seorang pelukis adalah lukisan, karya bagi seorang arsitek adalah lanskap dan bangunan, karya bagi seorang penari adalah kreasi tari, karya bagi seorang musikus adalah mementaskan musik atau mencipta tembang dan lagu. Bangsa Indonesia sejak dahulu memiliki karya yang bagus. Para empu menghasilkan keris yang hingga saat ini pun keberadaannya diakui sebagai warisan budaya dunia oleh PBB.

Bagi seorang pemimpin politik, tentunya karya politiknya adalah tindakan dan kebijakan yang juga sangat dibutuhkan.

Patut disyukuri, demokrasi kita hari ini dalam politik masih menyisakan ruang dialog bagi masyarakat untuk dapat memilah siapa pemimpin yang akan dipilihnya. Siapakah pemimpin yang memiliki karya. Siapakah pemimpin yang memang memihak kepentingan rakyat banyak. Itulah kedewasaan politik yang berharga.

Kita saksikan bagaimana peranan pers nasional menjadi bagian yang sangat penting dalam memublikasikan karya p politik seorang pemimpin. Mis salnya saja yang ramai akhirakhir ini ialah pemberitaan mengenai Gubernur DKI Jakarta yang baru, yaitu Joko Widodo. Ada pernyataannya yang saya catat, “Saya ingin tahu kesulitannya menyelesaikan masalah itu (penggusuran), ternyata tidak ada kesulitannya. Masalahnya hanya komunikasi dengan warga saja, melakukan pendekatan individu. Ini sudah berpuluh-puluh tahun tidak diselesaikan.“

Pendekatan pribadi Jokowi yang persuasif mampu menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan kebijakan pemerintah dengan dukungan dari warganya. Itulah hikmah yang bisa diambil. Dalam era demokrasi, ketika watak partisipatoris dikerjakan dan musyawarah untuk mufakat benar-benar diterapkan, ternyata respons masyarakat Indonesia begitu besar. Itulah hal positif yang dapat kita ambil sebagai hikmah kebijaksanaan. Karya politik dalam kebijakan dan tindakan pemimpin politik sangatlah penting, terutama jika semua itu didasarkan pada visi kerakyatan yang kuat.

Visi Kerakyatan

Watak `kerakyatan' sesungguhnya menjadi dasar penting yang menjadi bintang penunjuk arah bagi seorang pemimpin. Pemerintah ialah alat kekuasaan dan dasar negaralah yang menyedia kan seperangkat nilai dasar yang menjadi kewajiban bagi pemimpin untuk menjalankannya agar pemerintahan berjalan sesuai dengan amanat penderitaan rakyat. Tidak hanya secara moral dan etika.

Lebih dari itu, harus dikerjakan dalam praktik kekuasaan di mana pun tingkatannya. Kita sebagai bagian dari bangsa dan negara Indonesia dapat memberikan sumbangsih yang dapat kita berikan kepada negara. Sekecil apa pun, ketika itu membawa manfaat bagi rakyat, tidak akan ada kesiasiaan dalam perjuangan.

Kedewasaan politik rakyat akan terlihat dalam kemampuannya menentukan siapa pemimpinnya. Sering kali pemimpin adalah cerminan dari kehendak dan apa yang terjadi pada masyarakatnya. Untuk itu, pentingnya pendidikan politik terus dilakukan haruslah disadari agar masyarakat mendapatkan pemimpin yang bisa mengemban amanah penderitaannya.

Banyak yang dapat diteladani dari para pemimpin rakyat. Panglima Besar Jenderal Soedirman, misalnya, harus bergerilya dalam keadaan sakit-sakitan. Bung Karno membuat kebijakan reforma agraria dan peraturan bagi hasil untuk pertambangan demi melindungi ekonomi nasional. Di negara lain, Aung San Suu Kyi berjuang gigih bersama anak-anak muda dan rakyat Burma (Myanmar) untuk menolak junta militer dan memperjuangkan kehidupan demokratis bagi rakyat.

Evo Morales di Bolivia menggugat hegemoni liberalisme. Watak kerakyatan itu sangatlah penting, sebab dapat menyatukan banyak orang dengan asal usul, keyakinan, dan agama berbeda untuk menjadi bagian dari kekuatan baru. Rakyat bukan hanya menjadi sebuah konsep abstrak yang sering dilontarkan para elite di panggung tanpa persentuhan dan kehadiran jiwa mereka di dalam perbuatan pemimpin. Rakyat Indonesia dari ujung paling barat sampai timur kepulauan Indonesia dapat dipastikan sangat merindukan seorang pemimpin yang mau mendengar kehidupan mereka. Mengerti, dan sekaligus merasakan jiwa mereka yang semakin terpinggirkan dalam kehidupan demokrasi yang menempatkan uang di atas segalanya saat ini.

Sebuah harapan lama tentang keadilan yang hilang dalam arus demokrasi di Indonesia saat ini menjadi lahan yang menanti bagi keterlibatan anak-anak muda dan generasi masa depan Indonesia untuk terjun di dalam kancah perjuangan. Setiap manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Bangsa Indonesia adalah bangsa besar dan bangsa pemimpin.

Suara dan antusiasme rakyat menjadi harapan tersendiri bagi perubahan. Rakyat mem butuhkan keadilan dan seorang pemimpin yang mampu mewujudkan visi kerakyatan dalam karya politiknya akan mampu menciptakan keadilan itu. Kemenangan perjuangan rakyat merupakan kristalisasi perjuangan rakyat itu sendiri. Kuasa rakyat menentukan pemimpin dapat menjadi peluang bagi anak-anak muda bangsa Indonesia yang sanggup melangkah maju dan berbuat layaknya seorang pemimpin.

Menjadi penting tentunya untuk melembagakan hal itu dalam kebijakan dan sistem rekrutmen kepemimpinan ke depan demi kemajuan dan kejayaan bangsa Indonesia. Bangsa kita perlu mengader sebanyak-banyaknya calon pemimpin masa depan. Sudah cukup lama kita terpuruk.

Bangkitlah sebagai satu bangsa yang kuat. Berdirilah di atas kedua kaki sendiri. Bersatu dan berjuang bersama rakyat rasanya harus dikerjakan putra-putri bangsa Indonesia. Think and rethinking juga shape and reshaping, ambillah hikmah dari apa yang terjadi. Jangan sampai dosa sejarah terbebankan kepada generasi kita karena ketidakmampuan menyelamatkan dan meneruskan perjuangan untuk kejayaan bangsa Indonesia. Kembali kepada rakyat, sebab kuasa rakyatlah yang menentukan pemimpinnya.
Sumber: Media Indonesia, 30 Oktober 2012
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger