Anggota Komisi X DPR RI Fraksi PDI Perjuangan
BANYAK hikmah dan kebijaksanaan bisa dipetik
dari perjalan an proses demokrasi di Indonesia. Terutama, demokrasi memberikan
ruang belajar bagi rakyat. Negara demokratis menjadi kuat jika ada kemampuan
mengambil pelajaran hikmah dan kebijaksanaan dari apa yang terjadi. Itulah
fungsi pendidikan politik yang terbuka bagi kuasa rakyat. Itulah bagian dari
kedewasaan politik yang dibutuhkan dalam proses demokratisasi. Kedewasaan
politik semacam itu yang saya nilai sebagai sebuah kecerdasan publik.
Kedewasaan publik dalam berdemokrasi, salah
satunya, tampak dalam kesadaran rakyat untuk menentukan pemimpinnya. Kemampuan
memilih pemimpin publik berdasarkan pertimbangan adanya karya politik pemimpin
sangat menunjukkan itu semua. Kuasa dalam memilih pemimpin didasarkan pada
karya politik yang bervisi kerakyatan dan kebangsaan. Itu tentu baik untuk
demokratisasi di Indonesia ke depan.
Karya Politik
Karya bagi seorang pelukis adalah lukisan,
karya bagi seorang arsitek adalah lanskap dan bangunan, karya bagi seorang
penari adalah kreasi tari, karya bagi seorang musikus adalah mementaskan musik
atau mencipta tembang dan lagu. Bangsa Indonesia sejak dahulu memiliki karya
yang bagus. Para empu menghasilkan keris yang hingga saat ini pun keberadaannya
diakui sebagai warisan budaya dunia oleh PBB.
Bagi seorang pemimpin politik, tentunya karya
politiknya adalah tindakan dan kebijakan yang juga sangat dibutuhkan.
Patut disyukuri, demokrasi kita hari ini
dalam politik masih menyisakan ruang dialog bagi masyarakat untuk dapat memilah
siapa pemimpin yang akan dipilihnya. Siapakah pemimpin yang memiliki karya.
Siapakah pemimpin yang memang memihak kepentingan rakyat banyak. Itulah
kedewasaan politik yang berharga.
Kita saksikan bagaimana peranan pers nasional
menjadi bagian yang sangat penting dalam memublikasikan karya p politik seorang
pemimpin. Mis salnya saja yang ramai akhirakhir ini ialah pemberitaan mengenai
Gubernur DKI Jakarta yang baru, yaitu Joko Widodo. Ada pernyataannya yang saya
catat, “Saya ingin tahu kesulitannya menyelesaikan masalah itu (penggusuran),
ternyata tidak ada kesulitannya. Masalahnya hanya komunikasi dengan warga saja,
melakukan pendekatan individu. Ini sudah berpuluh-puluh tahun tidak
diselesaikan.“
Pendekatan pribadi Jokowi yang persuasif
mampu menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan kebijakan pemerintah dengan
dukungan dari warganya. Itulah hikmah yang bisa diambil. Dalam era demokrasi,
ketika watak partisipatoris dikerjakan dan musyawarah untuk mufakat benar-benar
diterapkan, ternyata respons masyarakat Indonesia begitu besar. Itulah hal
positif yang dapat kita ambil sebagai hikmah kebijaksanaan. Karya politik dalam
kebijakan dan tindakan pemimpin politik sangatlah penting, terutama jika semua
itu didasarkan pada visi kerakyatan yang kuat.
Visi Kerakyatan
Watak `kerakyatan' sesungguhnya menjadi dasar
penting yang menjadi bintang penunjuk arah bagi seorang pemimpin. Pemerintah
ialah alat kekuasaan dan dasar negaralah yang menyedia kan seperangkat nilai
dasar yang menjadi kewajiban bagi pemimpin untuk menjalankannya agar
pemerintahan berjalan sesuai dengan amanat penderitaan rakyat. Tidak hanya
secara moral dan etika.
Lebih dari itu, harus dikerjakan dalam
praktik kekuasaan di mana pun tingkatannya. Kita sebagai bagian dari bangsa dan
negara Indonesia dapat memberikan sumbangsih yang dapat kita berikan kepada
negara. Sekecil apa pun, ketika itu membawa manfaat bagi rakyat, tidak akan ada
kesiasiaan dalam perjuangan.
Kedewasaan politik rakyat akan terlihat dalam
kemampuannya menentukan siapa pemimpinnya. Sering kali pemimpin adalah cerminan
dari kehendak dan apa yang terjadi pada masyarakatnya. Untuk itu, pentingnya
pendidikan politik terus dilakukan haruslah disadari agar masyarakat
mendapatkan pemimpin yang bisa mengemban amanah penderitaannya.
Banyak yang dapat diteladani dari para
pemimpin rakyat. Panglima Besar Jenderal Soedirman, misalnya, harus bergerilya
dalam keadaan sakit-sakitan. Bung Karno membuat kebijakan reforma agraria dan
peraturan bagi hasil untuk pertambangan demi melindungi ekonomi nasional. Di
negara lain, Aung San Suu Kyi berjuang gigih bersama anak-anak muda dan rakyat
Burma (Myanmar) untuk menolak junta militer dan memperjuangkan kehidupan
demokratis bagi rakyat.
Evo Morales di Bolivia menggugat hegemoni
liberalisme. Watak kerakyatan itu sangatlah penting, sebab dapat menyatukan
banyak orang dengan asal usul, keyakinan, dan agama berbeda untuk menjadi
bagian dari kekuatan baru. Rakyat bukan hanya menjadi sebuah konsep abstrak
yang sering dilontarkan para elite di panggung tanpa persentuhan dan kehadiran
jiwa mereka di dalam perbuatan pemimpin. Rakyat Indonesia dari ujung paling
barat sampai timur kepulauan Indonesia dapat dipastikan sangat merindukan
seorang pemimpin yang mau mendengar kehidupan mereka. Mengerti, dan sekaligus
merasakan jiwa mereka yang semakin terpinggirkan dalam kehidupan demokrasi yang
menempatkan uang di atas segalanya saat ini.
Sebuah harapan lama tentang keadilan yang
hilang dalam arus demokrasi di Indonesia saat ini menjadi lahan yang menanti
bagi keterlibatan anak-anak muda dan generasi masa depan Indonesia untuk terjun
di dalam kancah perjuangan. Setiap manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin.
Bangsa Indonesia adalah bangsa besar dan bangsa pemimpin.
Suara dan antusiasme rakyat menjadi harapan
tersendiri bagi perubahan. Rakyat mem butuhkan keadilan dan seorang pemimpin
yang mampu mewujudkan visi kerakyatan dalam karya politiknya akan mampu
menciptakan keadilan itu. Kemenangan perjuangan rakyat merupakan kristalisasi
perjuangan rakyat itu sendiri. Kuasa rakyat menentukan pemimpin dapat menjadi
peluang bagi anak-anak muda bangsa Indonesia yang sanggup melangkah maju dan
berbuat layaknya seorang pemimpin.
Menjadi penting tentunya untuk melembagakan
hal itu dalam kebijakan dan sistem rekrutmen kepemimpinan ke depan demi
kemajuan dan kejayaan bangsa Indonesia. Bangsa kita perlu mengader
sebanyak-banyaknya calon pemimpin masa depan. Sudah cukup lama kita terpuruk.
Bangkitlah sebagai satu bangsa yang kuat.
Berdirilah di atas kedua kaki sendiri. Bersatu dan berjuang bersama rakyat
rasanya harus dikerjakan putra-putri bangsa Indonesia. Think and rethinking
juga shape and reshaping, ambillah hikmah dari apa yang terjadi. Jangan sampai
dosa sejarah terbebankan kepada generasi kita karena ketidakmampuan
menyelamatkan dan meneruskan perjuangan untuk kejayaan bangsa Indonesia.
Kembali kepada rakyat, sebab kuasa rakyatlah yang menentukan pemimpinnya.
Sumber: Media Indonesia, 30 Oktober 2012
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!