Headlines News :
Home » » Masa Depan Amerika

Masa Depan Amerika

Written By ansel-boto.blogspot.com on Tuesday, November 13, 2012 | 11:50 AM

Oleh R William Liddle
Profesor Emeritus Ilmu Politik,
Ohio State University, Amerika Serikat 

Selesailah sudah masa pemilihan presiden Amerika Serikat. Setelah pertarungan seru antara petahana Presiden Barack Obama dan penantang utamanya, mantan Gubernur Negara Bagian Massachusetts Mitt Romney, Obama terpilih kembali secara meyakinkan.

Namun, Obama meraih mayoritas pemilih dan suara elektoral yang lebih kecil ketimbang empat tahun lalu. House of Representatives atau Dewan Perwakilan tetap dikontrol Partai Republik, sementara Senat masih dikuasai Partai Demokrat, partainya Obama.

Apa makna dari hasil pemilihan ini? Banyak pengamat menyimpulkan bahwa hasil utamanya adalah stagnasi. Mereka tekankan kesinambungan polarisasi tajam antara dua kutub, kiri dan kanan, yang jumlah pendukungnya hampir sama. Mengenai kebijakan sosial, ekonomi, dan luar negeri, tak terbantahkan bahwa dua partai itu berbeda secara signifikan.

Meski demikian, kenyataan itu tak berarti bahwa pemerintahan Obama gagal memecahkan berbagai masalah penting. Lagi pula, kemenangan Obama berarti bahwa beberapa solusi itu pasti dipertahankan empat tahun ke depan. Tak kurang penting, potret stagnasi itu tidak mencerminkan gelombang demografis yang sedang merombak peta pemilih di Amerika.

Asuransi Kesehatan

Prestasi terbesar Obama adalah Affordable Care Act, Undang- Undang (UU) Perawatan bagi Semua, program asuransi kesehatan nasional. Pada 2010, sayap paling kanan dalam Partai Republik memanfaatkan ketidakpopuleran undang-undang yang mereka juluki Obamacare ini, untuk mengalahkan Partai Demokrat dalam pemilihan Dewan Perwakilan. Mitt Romney berkoar bahwa seusai dilantik, ia akan langsung menghentikan UU tersebut. Para pendukung Obamacare kini tentu bisa bernapas lega.

Perjuangan masyarakat LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transjender) juga disambut baik oleh Presiden Obama. Diskriminasi di tentara diakhiri pada 2011. Hak sipil gay dan lesbian untuk nikah didukung dalam konvensi Partai Demokrat pada September lalu. Lagi pula, para pemilih di tiga negara bagian meluluskan resolusi-resolusi yang mengesahkan kesetaraan pernikahan. Transformasi budaya ini hampir mustahil dibalikkan oleh Partai Republik seandainya mereka berkuasa kembali pada 2016.

Di bidang ekonomi, keberhasilan utama adalah Undang-Undang Reformasi Wall Street dan Perlindungan Konsumen. UU itu ditandatangani Presiden Obama pada Juli 2010 ketika Dewan Perwakilan masih dikuasai partainya sendiri. Tujuannya untuk memperbaiki akuntabilitas dan transparansi sistem perbankan.

Kemenangan Obama pada Pemilu 2012 hanya menjamin bahwa UU itu akan dipertahankan sampai 2016. Berbeda dengan Obamacare dan hak LGBT, peran negara dalam ekonomi merupakan masalah tak terselesaikan sejak masa Presiden Franklin Delano Roosevelt, 1933-1945. Roosevelt yang Demokrat dimusuhi pebisnis dan bankir meskipun ekonomi nasional diselamatkannya. Sejak itu, sikap masyarakat pemilih bergeser terus, bergantung penilaian sesaat terhadap keadaan ekonomi negara.

Di bidang luar negeri, Obama mengecewakan banyak orang yang mengharapkan transformasi kebijakan Presiden George W Bush, 2001-2009. Namun, Obama memenuhi janji untuk menarik pasukan Amerika dari Irak dan sedang melakukan hal yang sama di Afganistan.

Fokus utama pada masa jabatan keduanya kemungkinan besar akan bergeser ke Asia, terutama China. Namun, masih menjadi tanda tanya apakah China akan dilihat Amerika lebih sebagai mitra atau musuh.

Akhirnya, para pembaca perlu memperhatikan gelombang demografi yang sedang melanda Amerika. Singkatnya, persentase pemilih putih sedang menyusut, sementara persentase berbagai minoritas membengkak. Tahun 1992, orang kulit putih masih merupakan 87 persen dari seluruh pemilih. Angka itu menciut menjadi 74 persen pada Pemilu 2008 dan 72 persen pada Pemilu 2012. Sebaliknya, pemilih Latino, keturunan Amerika Latin, naik dari 9 persen pada Pemilu 2008 menjadi 10 persen pada Pemilu 2012. Dalam kurun waktu sama, pemilih Amerika-Asia naik dari 2 persen menjadi 3 persen. Persentase-persentase itu diperkirakan akan naik terus.

Suara Nonkulit Putih

Dalam pemilihan 2012, Obama hanya meraih 39 persen suara orang putih, persentase seorang pemenang yang paling kecil dalam sejarah Amerika. Namun, Obama bertahan sebab ia memperoleh 93 persen suara orang Amerika-Afrika (13 persen dari semua pemilih), 71 persen suara orang Latino, dan 73 persen suara orang Amerika-Asia. Selain itu, Obama menggondol 60 persen suara pemilih muda (umur 18-29), yang mewakili 19 persen dari semua pemilih. Kaum perempuan, 53 persen dari total pemilih, juga lebih suka Obama: 55 persen lawan 44 persen.

Tentu pertanyaan berikutnya adalah sejauh mana para pemimpin Partai Republik mampu mengubah pendekatan sebelum Pemilu 2016. Selama ini, khususnya mengenai kaum perempuan dan masyarakat Latino, belum ada tanda bahwa mereka sudah mulai menangani secara serius tantangan besar ini. 
Sumber: Kompas, 10 November 2012
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger