Pengamat ekonomi
dari Universitas Widya Mandiri Kupang, Dr. Thomas Ola Langoday, menilai,
pelayaran KMP Ile Boleng dari Lewoleba, Kabupaten Lembata ke Kabupaten
Wakatobi, Propinsi Sulawesi Tenggara semata untuk kepentingan pragmatis pemkab.
Sifatnya jangka pendek, tidak efisien, tidak efektif, tidak ekonomis dan semata
menggunakan feeling.
Thomas mengatakan hal ketika dihubungi Pos Kupang di Kupang, Kamis (1/11/2012). Ia menjawab pertanyaan soal pelayaran ke Wakatobi tanpa kajian ekonomis. Menurut Thomas, hampir semua program/proyek dilaksanakan berdasarkan feeling saja atau karena tujuan politik pragmatis.
"Sama halnya
dengan pelayaran ke Wakatobi itu," kata lelaki asal Ile Ape, Lembata
ini. Semua itu kata dia, terjadi karena pemerintah tidak menggunakan ilmu
sebagai salah satu sumber daya ekonomi. Ada banyak ahli yang "tumpah
ruah" tetapi jarang dimanfaatkan keilmuannya. Padahal ilmu itu harus
digunakan untuk kemaslahatan bersama.
Thomas menilai,
penghargaan pemerintah terhadap ilmu pengetahuan sangat rendah. Padahal di
negara-negara maju ada kemitraann yang disebut ABG, yakni akademisi, busnessman
dan government.
Menurut Thomas,
pada umumnya pemerintah di negara-negara sedang berkembang ingin bekerja
sendiri. Kalau ada kerjasama pun hanya dengan pengusaha. Itu pun karena
pengusaha yang bermitra sejak pemilu/pemilukada atau pun keluarga.
Ia mengatakan,
jarang sekali pemerintah/pemda di negara-negara sedang berkembang bermitra
dengan akademisi/ilmuwan.
Ia juga tak
sependapat dengan statement yang menyebutkan bahwa pelayaran ke Wakatobi
adalah untuk memberdayakan masyarakat Lembata di bidang ekonomi.
Thomas
memandang, masyarakat Lembata saat ini berada pada tahapan pure
comodity. Jagung, kacang-kacangan, ikan dan ternak masih belum cukup untuk
dikonsumsi sendiri. Masih menjadi kebutuhan domestik, kecuali pemerintah sudah
melakukan terobosan di bidang pertanian hingga surplus. Pelayaran perdana ke
Wakatobi sudah dilakukan Pemkab Lembata, Minggu (21/10/2012).
Salah seorang
kepala desa yang mengikuti pelayaran ini mengatakan, pelayaran itu sangat
melelahkan. "Kami star dari Lewoleba, Minggu (21/10/2012) pukul
14.00 Wita dan sampai di Binongko, Senin (22/10.2012) pukul 11.00 Wita atau
menempuh selama 21 jam dari Lewoleba," katanya.
Perjalanan kemudian
dilanjutkan ke Kota Wangi-Wangi, Ibukota Kabupaten Wakatobi dengan menempuh
perjalanan selama lima jam atau membutuhkan lama perjalanan dari Lewoleba
ke Wang-Wangi selama 26 jam.
Kepala desa itu
mengatakan, tak ada yang istimewa di daerah itu. Gersang dan apa yang mau
didapat? Sejumlah komoditi terutama pisang laris dibeli, tapi ternak ayam dan
kambing serta buah kelapa terpaksa dibawa pulang ke Lembata.
Dari perjalanan
itu, kepala desa itu mengatakan, sangat melelahkan, kurang efisien dan tak
membawa nilai ekonomis bagi warga Lembata.
Informasi lain yang
berkembang menyebutkan bahwa ada kepentingan lain yang terselip di dalamnya,
yakni mafia kayu dari daerah itu. "Bila informasi itu benar, maka
sebaiknya pelayaran itu dihentikan saja karena akan menyuburkan praktik
penyelundupan kayu ke Lembata," kata sebuah sumber.
Sumber: Pos
Kupang, 3 November 2012
Ket foto:
Thomas Langoday
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!