Alumnus STFT Widya Sasana Malang &
Seminari St Vincent de Paul
Akhir-akhir ini pembicaraan tentang Hari
Akhir atau Kiamat terasa marak dan menghangat. Ini bisa terlihat dari liputan
yang mem-blow-up prediksi 21-12-2012 akan terjadi kiamat. Konon prediksi ini
didasarkan pada penanggalan suku bangsa Maya.
Penanggalan mereka berganti setiap 5.126
tahun dan pada 21-12-2012 penanggalan itu akan berakhir lalu memasuki fase baru
pada 22-12-2012 yang disebut bakhtun. Padahal, suku bangsa itu sendiri tidak
yakin kiamat akan terjadi pada 21-12-2012.
Pedro Celestino Yac Noj, seorang bijak dari
suku Maya berkomentar, "Tanggal 21 (Desember) adalah saat untuk berterima
kasih dan menyatakan rasa syukur dan tanggal 22 (Desember) menyambut datangnya
siklus baru, fajar baru." (Sinar Harapan, 10/12/2012)
Kepercayaan akan datangnya Hari Kiamat memang
merupakan salah satu ajaran utama dalam agama-agama samawi, seperti Yahudi,
Kristen atau Islam. Ketiga agama ini eskatologi.
Eskatologi adalah bagian dari ajaran resmi
agama yang khusus membahas persoalan tentang hari akhir. Istilah eskatologi berasal
dari kata "eskatos" yang berarti hal-hal yang terakhir (the last
thing) dan “logos” berarti pembicaraan atau ilmu.
Sebagai bagian integral dari iman
kepercayaan, eskatologi biasanya dihayati secara wajar dan berimbang oleh arus
besar (mainstream) umat. Mereka secara sederhana mengungkapkan, “Saya percaya
pada Hari Kiamat”, sama seperti halnya “saya” percaya pada Allah Yang Esa,
percaya malaikat dan para nabi, juga Kitab Suci. Pokoknya tipe dari arus besar
umat yang seperti ini biasanya tetap dalam koridor kewajaran dan tidak
“aneh-aneh”.
Tetapi, biasanya sebagian kecil dari
mainstream umat memang punya pemahaman eskatologi yang berbeda dari arus utama.
Terkait prediksi kiamat 21-12-2012, ada cukup banyak sekte dalam agama Kristen
juga percaya. Ada berbagai sekte Kristen memberi sambutan terkait kiamat, yang
mereka yakini akan terjadi pada 21-12-2012.
Adanya sekte-sekte yang percaya pada prediksi
kiamat 2012, mengingatkan pada keberadaan sekte-sekte serupa, yang pada masa
lalu juga meramalkan kiamat. Biasanya ramalan akan kiamat disertai dengan
ramalan akan kedatangan Yesus. Ini karena di mana terjadi kiamat, pada waktu
itulah Yesus datang.
Di Amerika khususnya kerap terjadi prediksi
kiamat. Pada 2011, Harold Camping, presiden Radio Keluarga di California
memprediksi kiamat bakal terjadi pada 21-05-2011 berdasarkan analisis
numerikalnya.
Tak perlu jauh-jauh di Amerika. Di negeri
kita juga pernah terjadi. Kita mungkin masih ingat Mangapin Sibuea, pemimpin
Sekte Pondok Nabi di Bandung juga pernah menyimpulkan akhir dunia sudah dimulai
pada 10-11-2003 dan kiamat akan berpuncak pada 11-05-2007. Sepanjang tarikh
Masehi, sering kali muncul ramalan, seperti pada 500, 1000, 1260, 1420, 1533,
1992, 1998, 1999, 2000, 2002, 2003, 2011, dst.
Sebenarnya kalau dikaji, eskatologi para
peramal seperti Mangapin tidak begitu beda dalam isi dengan eskatologi Kristen
mainstream. Tetapi, kesalahan fatalnya, boleh jadi terletak pada sikap
arogannya yang berani meramal tanggal sekian, jam sekian, tahun sekian kiamat
itu pasti terjadi.
Eskatomania
Bisa jadi para peramal kiamat sudah mengidap
apa yang disebut dengan “penyakit” eskatomania, yakni kecenderungan kesukaan
yang berlebihan terhadap pembahasan tentang doktrin akhir zaman. Orang yang
mempunyai "penyakit" ini akan terus-menerus berbicara tentang akhir
zaman. Pokoknya fantasi mereka akan kiamat sudah sangat berlebihan.
Segala fenomena yang terjadi di dunia ini
terus-menerus dikait-kaitkan dengan akhir zaman. Mereka tidak hanya berbicara,
tetapi juga terjebak dalam praktik beragama yang fatalistis. Karena merasa
kiamat sudah dekat, mereka akhirnya tidak menjalankan aktivitas sebagaimana
orang normal lainnya.
Coba cermati rata-rata pengikut sekte yang
percaya bahwa kiamat sudah dekat, rata-rata mereka rela meninggalkan pekerjaannya,
sekolahnya, dan seterusnya. Mereka akhirnya juga terjebak dalam kesalahan yang
terus berulang: menghitung hari kedatangan Yesus.
Sepanjang sejarah kekristenan sudah tidak
terhitung berapa kali muncul prediksi kiamat. Mereka semula tampak yakin kiamat
terjadi pada tahun kesekian, tetapi semua prediksi mereka tidak ada satu pun
yang benar.
Meskipun meleset, mengapa prediksi dan
sekte-sekte semacam itu akhirnya muncul kembali dalam kurun waktu tertentu. Apa
kira-kira yang menjadi pemicunya, sehingga prediksi dari seorang pemimpin sekte
selalu saja dipercaya oleh pengikutnya?
Sejarawan Prof Dr Sartono Kartodirdjo
berpendapat bahwa munculnya sekte atau gerakan mesianis yang meramalkan kiamat
sesungguhnya merupakan protes terhadap kekuatan mapan yang lebih dominan.
Kekuatan itu bisa pemerintah, bisa pula agama induk dari sekte-sekte yang
dinilai menindas.
Sekte-sekte kiamat seperti Pondok Nabi tanpa
disadari oleh Mangapin atau jemaatnya sendiri sebenarnya juga ingin protes atas
denominasi Kristen lainnya. Kelompok Mangapin meyakini Kristen lain sesat,
sementara hanya kelompoknya yang selamat. Jadi, diam-diam ada protes untuk
agama induk.
Prof Dr Ahmad Syafi'i Ma'arif, mantan Ketua
Umum Muhammadiyah berpendapat, sekte-sekte yang pemimpinnya suka berjualan isu
kiamat atau malah mengklaim kiamat, memang akan selalu muncul.
Konsep mesianis yang fatalistis biasanya
mudah menyebar di kalangan mereka yang merasa tertindas dan ini diperparah oleh
tingkat pemahaman terhadap ajaran agamanya yang sangat sederhana. Keyakinan
demikian memang hanya ilusi. Dengan kata lain, praktik keyakinan semacam itu
sesungguhnya sama saja dengan menipu diri sendiri atau bagian dari penipuan
spiritual.
Peringatan Ron Enroth
Menindaklanjuti pendapat Syafi’i Ma’arif,
rasanya kita perlu mencermati peringatan pakar sekte berbahaya Ron Enroth dalam
buku How to Identify a Dangerous Religious Group (Bagaimana Mengenali Sekte
Berbahaya). Pasalnya, kerap kali muncul kasus sekte-sekte itu melakukan bunuh
diri massal guna menyambut terjadinya kiamat. Dunia pernah gempar ketika
sekitar 235 orang tewas dalam bunuh diri massal pada 16 Maret 2000. Ini
dilakukan sekte pemujaan Hari Kiamat di Uganda Barat.
Ron Enroth menyebut sekitar 15 teknik
indoktrinasi yang bisa membuat seorang pengikut sekte percaya buta pada
pemimpinnya sehingga mau melakukan tindakan-tindakan bodoh seperti bunuh diri
massal.
Meski demikian, menurut hemat penulis,
kehadiran dari sekte-sekte itu tidak perlu disikapi dengan reaktif, apalagi
represif. Seharusnya umat kristiani (mainstream) perlu melakukan autokritik.
Boleh jadi dalam penghayatan keagamaan kita selama ini, kita menjadi kurang
peka pada penderitaan, kerumitan dan keputusasaan sesama sehingga mereka
gampang terbujuk masuk sekte dan percaya pada prediksi kiamat.
Meski ada saudara-saudara yang terjebak masuk
sekte dan mengidap “eskatomania”, mudah-mudahan, kita juga tidak bakal terjebak
dalam ekstrem lain, yakni mengidap eskatofobia, yakni ketakutan berlebihan
terhadap pembahasan tentang doktrin akhir zaman.
Orang yang mempunyai "penyakit" ini
akan menganggap semua pembicaraan tentang akhir zaman selalu sesat dan menyesatkan.
Oleh karena itu, mereka cenderung menolak pembahasan doktrin akhir zaman.
Praksis hidup beragama memang butuh
keseimbangan. Mudah-mudahan, kita tidak akan terjebak dalam dua ekstrem entah
eskatomania atau eskatofobia. Mari kita pegang saja eskatologi yang seimbang
bahwa Hari Kiamat pasti akan datang, tetapi tentang waktunya kita tidak tahu.
Pada 21-12-2012 juga kiamat pasti tidak terjadi. Kita serahkan saja itu pada
urusan dan kepastian Allah sendiri.
Sumber: Sinar Harapan, 21 Desember 2012
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!