Headlines News :
Home » » Pasien Meninggal Gara-Gara Ketiadaan Obat di RSUD Lewoleba

Pasien Meninggal Gara-Gara Ketiadaan Obat di RSUD Lewoleba

Written By ansel-boto.blogspot.com on Saturday, August 09, 2014 | 11:05 AM

Maria Vinsensia Beribin Burin (38), salah seorang pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lewoleba, menghembuskan nafas terakhir, Selasa (5/8/2014) sekitar pukul 08.00 Wita, diduga karena obat yang dibutuhkan tidak tersedia di rumah sakit tersebut.

Informasi yang dihimpun Pos Kupang, menyebutkan, Vinsensia masuk rumah sakit, Minggu (3/8/2014). Pasien masuk ke rumah sakit itu karena menderita panas, mual-mual, muntah, perut kembung dan tak bisa buang air besar (BAB). Bahkan buang air kecil pun susah.

Sejak masuk rumah sakit itu, korban yang baru lulus seleksi penerimaan pegawai negeri sipil untuk Kabupaten Lembata dari Kategorial K-2 itu pun dirawat intensif. Selama dirawat pasien diberi obat perangsang untuk mengatasi perut kembung. Bahkan dipasang slang untuk memudahkan buang air besar.

Hal itu dibenarkan Yohanes Vianey K Burin, kakak kandung almarhumah yang dihubungi Pos Kupang melalui telepon selulernya (ponsel), Selasa (5/8/2014) petang. Vian menyebutkan, saat dirawat, adiknya Vinsensia mendapat pelayanan intensif.

Selain dipasang slang untuk memudahkan buang air besar, sempat pula dilakukan pemeriksaan melalui USG. Pasien juga dipasangi infus. Selama dirawat, pasien diberikan obat sesuai resep dokter. 

"Memang pasien mendapat obat di rumah sakit, tapi kami juga harus membeli obat di luar rumah sakit, karena persediaan obat yang dibutuhkan pasien, tidak ada di rumah sakit itu," ujarnya.

Menurut Vian, ketiadaan obat di rumah sakit itu pantas dipertanyakan. Pasalnya, rumah sakit yang menjadi rujukan dari semua tempat pelayanan kesehatan di Kabupaten Lembata, malah kurang memperhatikan persediaan obat-obatan.

"Bagaimana mungkin pasien dirawat di RSUD Lewoleba tapi kami dari keluarga harus membeli obat di Larantuka dan Kupang? Mestinya ini tidak boleh terjadi. RSUD Lewoleba tidak boleh hanya menyiapkan obat-obat generik untuk pasien, tetapi juga obat yang lebih baik, lebih manjur ," ujar Vian.

Dia mengungkapkan, adiknya Vinsensia masuk ke rumah sakit tersebut, Minggu (3/8/2014). Vinsensia dibawa ke rumah sakit karena menderita mual-mual, muntah, perut kembung dan tidak bisa buang air besar (BAB). Buang air kecil pun tidak bisa.

Setelah masuk rumah sakit, lanjut Vian, Vinsensia kemudian menjalani pemeriksaan medis melalui USG. Hasil pemeriksaan dokter itu diketahui ada semacam penyempitan usus. Dokter juga menduga ada tumor yang bersarang di usus pasien.

Atas diagnosa para medis tersebut, tutur Vian, keluarga diminta untuk membeli sejumlah obat yang tidak tersedia di rumah sakit tersebut. Keluarga menyanggupinya dengan membeli obat ke Larantuka, Ibukota Kabupaten Flores Timur (Flotim) dan obat lainnya dibeli di Kupang.

Pada Senin (4/8/2014) pagi, keluarga berangkat ke Larantuka membeli obat yang dibutuhkan. Keluarga mendapat obat tersebut hari itu juga kemudian membawanya ke Lewoleba untuk diserahkan kepada petugas di rumah sakit itu.

Sementara obat lainnya harus dibeli di Kupang, sehingga baru tiba di Lewoleba, Selasa (5/8/2014) pagi. Obat yang dibeli di Kupang itu, dititipkan pada salah satu penumpang pesawat TransNusa yang baru tiba di Lewoleba sekitar pukul 09.00 Wita.

Sayangnya, ketika obat itu tiba pasien telah meninggal dunia. Vinsensia menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 08.00 Wira, sebelum obat yang diminta oleh para medis di RSUD Lewoleba itu tiba di tangan petugas rumah sakit.

"Di rumah sakit itu, manajemen obat sangat lemah. Banyak obat yang dibutuhkan pasien malah tidak tersedia di rumah sakit. Untuk memenuhi kebutuhan pasien, keluarga harus membelinya di apotek-apotek. Dan, jika obat di apotek tidak ada, maka keluarga harus membelinya ke Larantuka atau Kupang. Bagi kami, ketimpangan ini harus diperbaiki. Bila tidak, pelayanan kesehatan di rumah sakit tetap pincang seperti sekarang," ujar Vian kesal.

Direktur RSUD Lembata, dr. Aditya Yoga, ketika dihubungi Pos Kupang melalui telepon selulernya, Selasa (5/8//2014) petang, enggan menjelaskan sebab musebab meninggalnya pasien tersebut. Ia beralasan bahwa apa yang terjadi pada pasien merupakan rahasia kedokteran.

"Untuk masalah ini kami tidak bisa jelaskan secara transparan. Ini merupakan rahasia kedokteran. Bagaimana mungkin kami membeberkan penyakit yang dialami pasien kepada publik? Itu tidak bisa kami lakukan. Yang namanya penderitaan pasien itu merupakan rahasia kedokteran," ujar Yoga.

Ketika ditanya tentang persediaan obat-obatan di rumah sakit tersebut, termasuk kosongnya obat yang dibutuhkan pasien, seperti halnya yang dialami pasien Vinsensia, Yoga enggan menjelaskan. Ia mengatakan, stok obat ada. Namun penderitaan pasien tak bisa dijelaskan kepada publik.

"Obat ada, tapi yang namanya penderitaan pasien, itu rahasia kami, rahasia kedokteran," ujarnya.

Informasi yang dihimpun Pos Kupang, jenazah disemayamkan di rumah duka di Eropaun, Kelurahan Lewoleba, Kecamatan Nubatukan. Sehari-hari Vinsensia bekerja sebagai guru di Taman Kanak-Kanak Sta. Marieta, Lewoleba. Vinsensia meninggalkan seorang suami dan tiga orang anak.
Sumber: Pos Kupang, 7 Agustus 2014 
Ket foto: Alm. Maria Vinsensia Beribin Burin
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger