Papua dan Papua Barat menyimpan beragam potensi pariwisata, seni, dan budaya. Dari pameran di silang Monas, pesona tanah Papua disuguhkan.
DUA PEREMPUAN hitam manis dengan dandanan
tradisional khas Papua nampak sibuk di salah satu sudut stan arena pameran di
silang Monas, Jakarta Pusat, Jumat (23/5 2014) siang. Keduanya dengan ramah
menjelaskan berbagai produk khas Papua yang digelar dalam ruang berukuran
kurang lebih 3 x 5 meter itu. Para pengunjung yang mampir dibuat terkagum-kagum
dengan aneka asesori dan kerajinan terbaik buah karya putra-putri asli Papua
dari berbagai kabupaten di Bumi Cenderawasih.
Di samping dua perempuan itu, seorang seniman ukir
tengah asyik dan telaten memperagakan proses pembuatan berbagai asesori dan
aneka patung kecil di hadapan sejumlah pengunjung stan. Sedang di atas sebuah
meja kecil, dipajang Buah Merah dalam kemasan botol kecil. Buah Merah merupakan
salah satu produk menarik dalam pameran kali ini. Iseng-iseng bertanya kepada
penjaga stan, ternyata diketahui buah merah mengandung khasiat dan sejumlah
keunggulan lain.
Buah merah diketahui pula menghasilkan beberapa
produk ikutan seperti juce, permen, sabun, dan shampoo. Hal ini diketahui
setelah melewati penelitian panjang dan uji laboratorium yang melibatkan
anggota tim seperti Dr Nyoman Artha, Dr Martin Tjahjono, dan Lia Lidya dari
Surya Institute pimpinan Prof Yohanes Surya, Ph.D.
"Ini adalah sirup Buah Merah yang dihasilkan
dari tanaman unggulan buah merah khas Papua. Khasiatnya sangat besar. Kami
bertekad dan berusaha sekuat tenaga mendorong buah merah sebagai produk
unggulan kami. Ini juga dalam rangka menyukseskan Program Gerbangmas Hasrat
Papua (Gerakan Bangkit Mandiri Sejahtera Harapan Seluruh Rakyat Papua) yang
dicanangkan Bapak Gubernur Lukas Enembe dan Bapak Wakil Gubernur Klemen
Tinal," ujar David Pagawak, S.Sos, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Provinsi Papua kepada kontributor Majalah Papua Bangkit di sela-sela kegiatan
pameran.
Hari baru beranjak merapat ke pukul 11.00 WIB lebih.
Ribuan pengunjung tumpah di silang Monas, Jumat, (23/5 2014), tak jauh dari
panggung utama, arena pentas seni dan tari-tarian khas Papua dan Papua Barat.
Kehadiran pengunjung di hari pertama tersebut dalam rangkaian menyaksikan
langsung kegiatan Pekan Seni Budaya Papua dan Papua Barat dalam rangkaian Pekan
Wisata Nasional ke-2 yang berlangsung selama tiga hari: 23-25 Mei 2014.
Para pengunjung tak hanya warga asal Papua dan Papua
Barat yang tinggal di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi,
tetapi juga warga Ibu Kota. Para pengunjung juga berasal dari luar Jakarta
seperti Yogyakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, Riau, Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Sumatera Utara, dan beberapa wilayah
lainnya di seluruh Indonesia dan luar negeri. Mereka nyaris menyemut di
sejumlah stan dinas dan instansi Papua dan Papua Barat sekadar melihat-lihat
dan membeli oleh-oleh berupa souvenir kecil yang disediakan peserta pameran.
Rindu terobati
Dua mahasiswa asal Mimika, Papua: Alion dan Milson,
juga tak ketinggalan menyaksikan langsung gebiar pesta seni dan budaya
masyarakat dari kampung halamannya. Alion, misalnya. Jauh-jauh dari Amerika
Serikat ke Jakarta untuk memperpanjang ijin tinggal di AS, ia mengaku rasa
rindunya terobati menyaksikan suasana pameran seni dan budaya masyarakat tanah
Papua.
Mahasiswa asal Timika ini merasa seperti di kampung
sendiri. Ia bisa melihat miniatur honai dan berbagai produk pariwisata dan seni
dalam pameran tersebut. Ada rasa haru, bangga, dan syukur menyatu dalam hati.
Begitu juga Milson, rekan Alion. "Kegiatan pameran ini positif untuk
memperkenalkan kekayaan alam, seni, budaya, dan hasil kerajinan industri
kecil-menengah tanah Papua kepada masyarakat umum. Ini sungguh langkah positif
dan perlu diapresiasi," kata Milson.
Memasuki arena pameran, berdiri gapura berarsitektur
khas Papua. Mata pengunjung segera diarahkan pada tulisan, Kampung Papua yang
terpampang di gapura. Berikut tulisan lainnya di atasnya, Pekan Seni Budaya
Papua dan Papua Barat. Sekitar tiga atau empat meter dari gapura, mata
pengunjung segera dimanjakan dengan suguhan dua miniatur honai tak jauh dari
arena pameran.
Bagi pengunjung asal Papua di rantau, pemandangan
itu boleh jadi kian menambah rasa rindu kampung halaman. Berikut apresiasi
kepada perwakilan pemerintah dan masyarakat yang telah ikut menyukseskan
kegiatan pameran berskala nasional tersebut. "Saya kagum, pemerintah dan
masyarakat begitu giat memperkenalkan potensi seni, budaya, dan hasil kerajinan
masyarakat tanah Papua dalam event nasional ini," ujar Alion, mahasiswa
asal Timika, yang kini sedang kuliah di Texas University, Amerika Serikat.
Para pengunjung lain juga terkagum-kagum menyaksikan
berbagai kekayaan alam dan budaya serta berbagai atraksi seni masyarakat tanah
Papua yang diperagakan dalam event nasional kedua itu. Bila selama ini mereka
tak pernah melihat honai Papua, maka dalam event ini dengan mudah melihat
langsung.
Sekadar tahu. Honai adalah rumah tradisional khas
Papua. Honai dengan mudah ditemui, terutama komunitas suku yang mendiami
wilayah Pegunungan Papua. Misalnya, suku Mukoko di Lembah Baliem atau suku Lani
di Lembah Bogo. Juga sejumlah suku lain seperti Toli, Yamo, Sinak, dan Yali.
Honai berbentuk bulat dengan diameter sekitar 2-4
dengan tinggi 3-5 meter. Rumah tradisional ini dibuat menggunakan bahan kayu
dan dengan atap jerami. Honai didesain dengan sentuhan rasa arsitektur yang
tinggi dan mengandung filosofi bagi para penghuninya.
Perlu Dukungan
Cahyo Adji, seorang pengunjung mengaku baru pertama
kali melihat langsung honai dan stan-stan dari dinas dan instansi di Papua dan
Papua Barat yang ditata bernilai artistik yang kuat. Pesona Papua juga diakui
Cahyo dengan mudah dijumpai melalui suguhan musik, dan tari-tarian tradisional.
Selama ini ia memperoleh informasi melalui berbagai literatur atau searching di
internet. Pameran seperti ini sangat positif untuk memperkenalkan potensi
wisata alam dan budaya serta kesenian Papua ke masyarakat luas bahkan dunia
internasional.
"Saya mengapresiasi semangat pemerintah dan
masyarakat seluruh tanah Papua terlibat dan ikut ambil dalam event ini. Apalagi
didukung kementerian terkait, lembaga maupun organisasi profesi dan perbankan.
Pemerintah Papua beserta dinas-intansi terkait cerdas membaca peluang ini untuk
memperkenalkan Papua kepada dunia luar. Saya percaya ada manfaat besar
diperoleh dari pameran ini," ujar Cahyo Adji, wartawan EVENTGUIDE, majalah
internal Jakarta International Expo, pengelola Pekan Raya Jakarta di kawasan
bekas Bandar Udara Kemayoran, Jakarta
Pusat.
Wartawan kelahiran kota Gudeg, Yogyakarta, ingin
suatu saat bisa menginjakkan kaki di tanah Papua untuk menggali berbagai
informasi seni dan budaya masyarakat kemudian menyebarluaskan kepada publik
melalui tulisannya. Selama ini, ia mengaku baru beberapa kali melakukan
peliputan di beberapa wilayah timur Indonesia seperti Maluku, Maluku Utara,
Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan lain-lain.
Potensi seni, budaya, dan hasil kerajinan masyarakat
di wilayah Indonesia timur terutama Papua dan Papua Barat sangat besar. Namun,
pengelolaan dan pengembangannya tentu tak hanya mengandalkan kemampuan keuangan
daerah tetapi dukungan pemerintah pusat melalui komitmen anggaran yang memadai.
"Saya pikir Indonesia perlu berterima kasih kepada Papua dan Papua Barat yang telah menyumbang negara melalui APBN yang bersumber dari perusahaan-perusahaan berskala besar yang beroperasi di seluruh wilayah tanah Papua, sehingga saatnya Papua dan Papua Barat juga dihargai melalui komitmen anggaran dari pusat," ujar Cahyo, wartawan lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.
"Saya pikir Indonesia perlu berterima kasih kepada Papua dan Papua Barat yang telah menyumbang negara melalui APBN yang bersumber dari perusahaan-perusahaan berskala besar yang beroperasi di seluruh wilayah tanah Papua, sehingga saatnya Papua dan Papua Barat juga dihargai melalui komitmen anggaran dari pusat," ujar Cahyo, wartawan lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.
Potensi Daerah
Sebagai wilayah yang kaya akan potensi sumber daya
alam, Gubernur Lukas Enembe dan Wakil Gubernur Klemen Tinal jauh-jauh hari
sudah memetakan potensi Papua. Sejumlah langkah pun diambil. Pertama, pemetaan
terhadap komoditas unggulan seperti pariwisata, kelautan, perikanan, dan
lain-lain di lima wilayah pembangunan.
"Masing-masing wilayah pembangunan itu kemudian
ditetapkan komoditas unggulannya seperti pariwisata, kelautan, dan perikanan di
wilayah Saereri, Biak, Supiori, Yapen, dan Mamta," ujar Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Papua Dr Drs Muhammad Musaad, M.Si
kepada Majalah Papua Bangkit di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Jumat (23/5).
Kedua, setelah pemetaan dilakukan, kini pihak
Bappeda Papua sedang melakukan berbagai program secara terpadu, integrated
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Papua dikenal memiliki potensi alam
luar biasa besar namun secara riil, belum memberikan hasil yang optimal. Dari
dulu publik tahu Papua kaya raya dengan potensi itu tetapi pemanfaatan untuk
kesejahteraan rakyat masih minim. Karena itu, perlu dikembangkan pariwisata dan
ekonomi kreatif.
"Tahap pertama, kita masukkan dalam dokumen
RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Kemudian kita buat road map
pembangunan ekonomi berbasis rakyat. Setelah itu, kita minta semua kementerian
dan lembaga ikut terlibat dalam wilayah-wilayah yang sudah kita petakan,"
lanjut Musaad.
Meski demikian, ia menjelaskan, kondisi topografi
Papua yang sangat sulit bukan jadi kendala. Namun, tentunya bersinergi dengan
instansi terkait yang mengurus infrastruktur. Dalam konteks ini, fokusnya tak
hanya pada transportasi darat atau laut tetapi juga udara. "Artinya,
mobilitas manusia dan barang tak perlu terputus dengan satu transportasi tetapi
semua terintegrasi baik darat, laut maupun udara," ujarnya.
Menurut David Pagawak, keikusertaan dalam event
Pekan Seni Budaya Papua dan Papua Barat dalam rangka Pekan Wisata Nasional ke-2
tahun 2014 di silang Monas sekaligus memenuhi undangan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Undangan ini diakui David merupakan bentuk penghargaan Presiden
Yudhoyono bagi masyarakat dan pemerintah baik di Provinsi Papua maupun Papua
Barat.
"Kami datang ikut pameran di Ibu Kota. Karena
itu kami semua berkumpul di honai adat Papua di Monas kemudian menampilkan semua
potensi dan kemampuan yang kami miliki kepada masyarakat umum," kata
David, pria kelahiran Kampung Kelila, Memberamo Tengah, 21 Juni 1960.
Para peserta sangat senang berkesempatan hadir dalam
pameran. Ia menambahkan, hampir semua kabupaten/kota di seluruh Papua dan Papua
Barat ikut ambil bagian dalam pameran. Potensi pariwisata Papua sangat besar
dan strategis untuk dikembangkan memajukan kesejahteraan masyarakat, bangsa,
dan negara.
"Kita akan bekerja sekuat tenaga untuk
mengembangkannya guna menambah pendapatan asli daerah. Kita akan mengembangkan
semacam proyek percontohan (pilot project) destinasi unggulan dengan melibatkan masyarakat untuk melayani
wisatawan yang datang ke Papua," ujar David.
David menambahkan, pihaknya sangat berharap
pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan atau Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia memberikan kemudahan berupa
kapal laut guna membantu wisatawan yang datang dan berlibur di Teluk
Cenderawasih.
Jika pemerintah membantu, maka secara tidak langsung
ikut menggerakkan roda pariwisata Papua sekaligus membuka peluang tumbuhnya
inisiatif kegiatan ekonomi masyarakat bahkan kelompok-kelompok usaha
kecil-menengah di kampung-kampung di sekitar kawasan wisata Teluk Cenderawasih.
"Kami berharap melalui pameran ini persoalan-persoalan yang kami hadapi di
Papua, khususnya di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif mendapat sambutan
positif kementerian terkait," tandas David. (Ansel Deri)
Sumber: Majalah 'Papua Bangkit' edisi Agustus 2014
Ket foto: Gapura berarsitektur khas Papua di jalan
masuk arena pameran di silang Monas, Jumat (23/5 2014)
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!