Headlines News :
Home » » Pesona Papua di Silang Monas

Pesona Papua di Silang Monas

Written By ansel-boto.blogspot.com on Sunday, September 14, 2014 | 1:02 AM


Papua dan Papua Barat menyimpan beragam potensi pariwisata, seni, dan budaya. Dari pameran di silang Monas, pesona tanah Papua disuguhkan.

DUA PEREMPUAN hitam manis dengan dandanan tradisional khas Papua nampak sibuk di salah satu sudut stan arena pameran di silang Monas, Jakarta Pusat, Jumat (23/5 2014) siang. Keduanya dengan ramah menjelaskan berbagai produk khas Papua yang digelar dalam ruang berukuran kurang lebih 3 x 5 meter itu. Para pengunjung yang mampir dibuat terkagum-kagum dengan aneka asesori dan kerajinan terbaik buah karya putra-putri asli Papua dari berbagai kabupaten di Bumi Cenderawasih.

Di samping dua perempuan itu, seorang seniman ukir tengah asyik dan telaten memperagakan proses pembuatan berbagai asesori dan aneka patung kecil di hadapan sejumlah pengunjung stan. Sedang di atas sebuah meja kecil, dipajang Buah Merah dalam kemasan botol kecil. Buah Merah merupakan salah satu produk menarik dalam pameran kali ini. Iseng-iseng bertanya kepada penjaga stan, ternyata diketahui buah merah mengandung khasiat dan sejumlah keunggulan lain.

Buah merah diketahui pula menghasilkan beberapa produk ikutan seperti juce, permen, sabun, dan shampoo. Hal ini diketahui setelah melewati penelitian panjang dan uji laboratorium yang melibatkan anggota tim seperti Dr Nyoman Artha, Dr Martin Tjahjono, dan Lia Lidya dari Surya Institute pimpinan Prof Yohanes Surya, Ph.D.

"Ini adalah sirup Buah Merah yang dihasilkan dari tanaman unggulan buah merah khas Papua. Khasiatnya sangat besar. Kami bertekad dan berusaha sekuat tenaga mendorong buah merah sebagai produk unggulan kami. Ini juga dalam rangka menyukseskan Program Gerbangmas Hasrat Papua (Gerakan Bangkit Mandiri Sejahtera Harapan Seluruh Rakyat Papua) yang dicanangkan Bapak Gubernur Lukas Enembe dan Bapak Wakil Gubernur Klemen Tinal," ujar David Pagawak, S.Sos, Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Papua kepada kontributor Majalah Papua Bangkit di sela-sela kegiatan pameran.

Hari baru beranjak merapat ke pukul 11.00 WIB lebih. Ribuan pengunjung tumpah di silang Monas, Jumat, (23/5 2014), tak jauh dari panggung utama, arena pentas seni dan tari-tarian khas Papua dan Papua Barat. Kehadiran pengunjung di hari pertama tersebut dalam rangkaian menyaksikan langsung kegiatan Pekan Seni Budaya Papua dan Papua Barat dalam rangkaian Pekan Wisata Nasional ke-2 yang berlangsung selama tiga hari: 23-25 Mei 2014.

Para pengunjung tak hanya warga asal Papua dan Papua Barat yang tinggal di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi, tetapi juga warga Ibu Kota. Para pengunjung juga berasal dari luar Jakarta seperti Yogyakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, Riau, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Sumatera Utara, dan beberapa wilayah lainnya di seluruh Indonesia dan luar negeri. Mereka nyaris menyemut di sejumlah stan dinas dan instansi Papua dan Papua Barat sekadar melihat-lihat dan membeli oleh-oleh berupa souvenir kecil yang disediakan peserta pameran.

Rindu terobati

Dua mahasiswa asal Mimika, Papua: Alion dan Milson, juga tak ketinggalan menyaksikan langsung gebiar pesta seni dan budaya masyarakat dari kampung halamannya. Alion, misalnya. Jauh-jauh dari Amerika Serikat ke Jakarta untuk memperpanjang ijin tinggal di AS, ia mengaku rasa rindunya terobati menyaksikan suasana pameran seni dan budaya masyarakat tanah Papua.

Mahasiswa asal Timika ini merasa seperti di kampung sendiri. Ia bisa melihat miniatur honai dan berbagai produk pariwisata dan seni dalam pameran tersebut. Ada rasa haru, bangga, dan syukur menyatu dalam hati. Begitu juga Milson, rekan Alion. "Kegiatan pameran ini positif untuk memperkenalkan kekayaan alam, seni, budaya, dan hasil kerajinan industri kecil-menengah tanah Papua kepada masyarakat umum. Ini sungguh langkah positif dan perlu diapresiasi," kata Milson.

Memasuki arena pameran, berdiri gapura berarsitektur khas Papua. Mata pengunjung segera diarahkan pada tulisan, Kampung Papua yang terpampang di gapura. Berikut tulisan lainnya di atasnya, Pekan Seni Budaya Papua dan Papua Barat. Sekitar tiga atau empat meter dari gapura, mata pengunjung segera dimanjakan dengan suguhan dua miniatur honai tak jauh dari arena pameran.

Bagi pengunjung asal Papua di rantau, pemandangan itu boleh jadi kian menambah rasa rindu kampung halaman. Berikut apresiasi kepada perwakilan pemerintah dan masyarakat yang telah ikut menyukseskan kegiatan pameran berskala nasional tersebut. "Saya kagum, pemerintah dan masyarakat begitu giat memperkenalkan potensi seni, budaya, dan hasil kerajinan masyarakat tanah Papua dalam event nasional ini," ujar Alion, mahasiswa asal Timika, yang kini sedang kuliah di Texas University, Amerika Serikat.

Para pengunjung lain juga terkagum-kagum menyaksikan berbagai kekayaan alam dan budaya serta berbagai atraksi seni masyarakat tanah Papua yang diperagakan dalam event nasional kedua itu. Bila selama ini mereka tak pernah melihat honai Papua, maka dalam event ini dengan mudah melihat langsung.

Sekadar tahu. Honai adalah rumah tradisional khas Papua. Honai dengan mudah ditemui, terutama komunitas suku yang mendiami wilayah Pegunungan Papua. Misalnya, suku Mukoko di Lembah Baliem atau suku Lani di Lembah Bogo. Juga sejumlah suku lain seperti Toli, Yamo, Sinak, dan Yali.

Honai berbentuk bulat dengan diameter sekitar 2-4 dengan tinggi 3-5 meter. Rumah tradisional ini dibuat menggunakan bahan kayu dan dengan atap jerami. Honai didesain dengan sentuhan rasa arsitektur yang tinggi dan mengandung filosofi bagi para penghuninya.

Perlu Dukungan

Cahyo Adji, seorang pengunjung mengaku baru pertama kali melihat langsung honai dan stan-stan dari dinas dan instansi di Papua dan Papua Barat yang ditata bernilai artistik yang kuat. Pesona Papua juga diakui Cahyo dengan mudah dijumpai melalui suguhan musik, dan tari-tarian tradisional. Selama ini ia memperoleh informasi melalui berbagai literatur atau searching di internet. Pameran seperti ini sangat positif untuk memperkenalkan potensi wisata alam dan budaya serta kesenian Papua ke masyarakat luas bahkan dunia internasional.

"Saya mengapresiasi semangat pemerintah dan masyarakat seluruh tanah Papua terlibat dan ikut ambil dalam event ini. Apalagi didukung kementerian terkait, lembaga maupun organisasi profesi dan perbankan. Pemerintah Papua beserta dinas-intansi terkait cerdas membaca peluang ini untuk memperkenalkan Papua kepada dunia luar. Saya percaya ada manfaat besar diperoleh dari pameran ini," ujar Cahyo Adji, wartawan EVENTGUIDE, majalah internal Jakarta International Expo, pengelola Pekan Raya Jakarta di kawasan bekas Bandar Udara Kemayoran, Jakarta  Pusat.

Wartawan kelahiran kota Gudeg, Yogyakarta, ingin suatu saat bisa menginjakkan kaki di tanah Papua untuk menggali berbagai informasi seni dan budaya masyarakat kemudian menyebarluaskan kepada publik melalui tulisannya. Selama ini, ia mengaku baru beberapa kali melakukan peliputan di beberapa wilayah timur Indonesia seperti Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan lain-lain.

Potensi seni, budaya, dan hasil kerajinan masyarakat di wilayah Indonesia timur terutama Papua dan Papua Barat sangat besar. Namun, pengelolaan dan pengembangannya tentu tak hanya mengandalkan kemampuan keuangan daerah tetapi dukungan pemerintah pusat melalui komitmen anggaran yang memadai. 

"Saya pikir Indonesia perlu berterima kasih kepada Papua dan Papua Barat yang telah menyumbang negara melalui APBN yang bersumber dari perusahaan-perusahaan berskala besar yang beroperasi di seluruh wilayah tanah Papua, sehingga saatnya Papua dan Papua Barat juga dihargai melalui komitmen anggaran dari pusat," ujar Cahyo, wartawan lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta.

Potensi Daerah

Sebagai wilayah yang kaya akan potensi sumber daya alam, Gubernur Lukas Enembe dan Wakil Gubernur Klemen Tinal jauh-jauh hari sudah memetakan potensi Papua. Sejumlah langkah pun diambil. Pertama, pemetaan terhadap komoditas unggulan seperti pariwisata, kelautan, perikanan, dan lain-lain di lima wilayah pembangunan.

"Masing-masing wilayah pembangunan itu kemudian ditetapkan komoditas unggulannya seperti pariwisata, kelautan, dan perikanan di wilayah Saereri, Biak, Supiori, Yapen, dan Mamta," ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Papua Dr Drs Muhammad Musaad, M.Si kepada Majalah Papua Bangkit di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Jumat (23/5).

Kedua, setelah pemetaan dilakukan, kini pihak Bappeda Papua sedang melakukan berbagai program secara terpadu, integrated untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Papua dikenal memiliki potensi alam luar biasa besar namun secara riil, belum memberikan hasil yang optimal. Dari dulu publik tahu Papua kaya raya dengan potensi itu tetapi pemanfaatan untuk kesejahteraan rakyat masih minim. Karena itu, perlu dikembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif.

"Tahap pertama, kita masukkan dalam dokumen RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Kemudian kita buat road map pembangunan ekonomi berbasis rakyat. Setelah itu, kita minta semua kementerian dan lembaga ikut terlibat dalam wilayah-wilayah yang sudah kita petakan," lanjut Musaad.

Meski demikian, ia menjelaskan, kondisi topografi Papua yang sangat sulit bukan jadi kendala. Namun, tentunya bersinergi dengan instansi terkait yang mengurus infrastruktur. Dalam konteks ini, fokusnya tak hanya pada transportasi darat atau laut tetapi juga udara. "Artinya, mobilitas manusia dan barang tak perlu terputus dengan satu transportasi tetapi semua terintegrasi baik darat, laut maupun udara," ujarnya.

Menurut David Pagawak, keikusertaan dalam event Pekan Seni Budaya Papua dan Papua Barat dalam rangka Pekan Wisata Nasional ke-2 tahun 2014 di silang Monas sekaligus memenuhi undangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Undangan ini diakui David merupakan bentuk penghargaan Presiden Yudhoyono bagi masyarakat dan pemerintah baik di Provinsi Papua maupun Papua Barat.

"Kami datang ikut pameran di Ibu Kota. Karena itu kami semua berkumpul di honai adat Papua di Monas kemudian menampilkan semua potensi dan kemampuan yang kami miliki kepada masyarakat umum," kata David, pria kelahiran Kampung Kelila, Memberamo Tengah, 21 Juni 1960.

Para peserta sangat senang berkesempatan hadir dalam pameran. Ia menambahkan, hampir semua kabupaten/kota di seluruh Papua dan Papua Barat ikut ambil bagian dalam pameran. Potensi pariwisata Papua sangat besar dan strategis untuk dikembangkan memajukan kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan negara.

"Kita akan bekerja sekuat tenaga untuk mengembangkannya guna menambah pendapatan asli daerah. Kita akan mengembangkan semacam proyek percontohan (pilot project) destinasi unggulan  dengan melibatkan masyarakat untuk melayani wisatawan yang datang ke Papua," ujar David.

David menambahkan, pihaknya sangat berharap pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan atau Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia memberikan kemudahan berupa kapal laut guna membantu wisatawan yang datang dan berlibur di Teluk Cenderawasih.

Jika pemerintah membantu, maka secara tidak langsung ikut menggerakkan roda pariwisata Papua sekaligus membuka peluang tumbuhnya inisiatif kegiatan ekonomi masyarakat bahkan kelompok-kelompok usaha kecil-menengah di kampung-kampung di sekitar kawasan wisata Teluk Cenderawasih. "Kami berharap melalui pameran ini persoalan-persoalan yang kami hadapi di Papua, khususnya di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif mendapat sambutan positif kementerian terkait," tandas David. (Ansel Deri)
Sumber: Majalah 'Papua Bangkit' edisi Agustus 2014
Ket foto: Gapura berarsitektur khas Papua di jalan masuk arena pameran di silang Monas, Jumat (23/5 2014)
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger