Oleh R
William Liddle
Profesor Emeritus Ohio
State University, Columbus, Ohio, AS
MENURUT Artikel 1, Pasal 9, Klausul 4, UUD AS, disahkan pada 1789, semua
pejabat pemerintah "dilarang, tanpa persetujuan Kongres, menerima hadiah,
pembayaran, jabatan, atau gelar apa pun dari raja, pangeran, atau negara asing
mana pun." Klausul ini terkenal sebagai emoluments clause atau klausul
pembayaran.
Kenapa hubungan
pihak asing dengan pejabat pemerintah begitu diutamakan dalam konstitusi kami?
Di Federalist No 22, Alexander Hamilton menjelaskan: "Salah satu titik
lemah republik selaku bentuk negara, antara manfaatnya yang banyak, adalah
keterbukaannya yang berlebihan kepada korupsi asing." The Federalist Papers
ditulis Hamilton, James Madison dan John Jay, para pendiri bangsa, untuk
mendukung ratifikasi konstitusi yang baru disusun pada 1787.
Dalam sejarah
Amerika, belum pernah ada presiden yang dimakzulkan berdasarkan klausul
pembayaran. Setelah Richard Nixon meletakkan jabatannya pada 1974 sebab
terbukti menutupi pembobolan kantor Partai Demokrat di kompleks Watergate, ada
konsensus baru tentang makna konflik kepentingan dan cara terbaik mengatasinya.
Sejak itu semua calon presiden mengumumkan rekor pembayaran pajak pendapatannya
selama beberapa tahun agar masyarakat bisa menilai sendiri kemungkinan konflik
kepentingan ke depan. Setelah terpilih, semua asetnya ditaruh dalam suatu blind
trust, tempat aset itu dikelola secara rahasia oleh seorang trustee selama masa
kepresidenannya untuk meyakinkan masyarakat bahwa keputusan presiden didasarkan
pada keperluan bangsa.
Donald Trump adalah
presiden pertama sejak Nixon yang tak merilis rekor pembayaran pajaknya atau
melepaskan kekuasaan atas asetnya. Ia juga presiden pertama yang mengangkat
anaknya sendiri, Ivanka Trump, dan menantunya, Jared Kushner, selaku staf resmi
di Gedung Putih. Masing-masing punya perusahaan sendiri: Ivanka di dunia mode
perempuan dan Jared di sektor realestate.
Menurut laporan
Jared pada pemerintah ketika diangkat sebagai penasihat senior presiden, ia
punya aset sebanyak 761 juta dollar AS dalam bentuk realestate dan investasi
lain. Jared maupun Ivanka belum menuruti saran Departemen Keadilan untuk
menaruh aset mereka dalam sebuah blind trust.
Apa dampak
penampikan Trump dan keluarganya atas norma etika politik yang sudah lama
ditaati dua partai besar kami? Plunder, penjarahan, menurut David Frum,
intelektual publik konservatif ternama, dalam buku barunya Trumpocracy: The
Corruption of the American Republic. Wawasan Frum: "Korupsi merupakan
keadaan normal dalam kehidupan masyarakat; sebaliknya, kejujuran adalah suatu
perjuangan sungguh-sungguh yang tak terhenti terhadap inersia budaya dan
gravitasi politik."
Contohnya banyak
sekali tentang Trump sendiri. Dalam triwulan pertama 2017 Hotel Trump di
Washington menerima 4,1 juta dollar AS di atas proyeksinya, berkat pilihan
berbagai pemerintahan asing dan perusahaan menggunakan fasilitasnya, meski
tarifnya dinaikkan jauh di atas hotel sekitar. Di Mara Lago, klub golf
swastanya di Florida, fee menjadi anggota dinaikkan dua kali ke 200.000 dollar
AS. Berbagai instansi Partai Republik, seperti Asosiasi Gubernur Republik,
mengeluarkan 1,3 juta dollar AS di properti Trump pada paruh pertama 2017. "Korupsi
merupakan keadaan normal dalam kehidupan masyarakat; sebaliknya, kejujuran
adalah suatu perjuangan sungguh-sungguh yang tak terhenti terhadap inersia
budaya dan gravitasi politik."
Dari satu segi,
contoh-contoh ini bikin saya tersenyum mengingat reputasi Trump selaku orang
kikir yang sering dituntut pemborongnya sebab tak dibayar sesuai kontraknya.
Kenaikan tarif di propertinya adalah segi lain kekerdilannya sebagai manusia.
Selama ini mungkin
berbagai ulah Jared Kushner lebih memprihatinkan sebagai ancaman terhadap mutu
demokrasi kami. Pada 27 Februari 2018, The Washington Post memberitakan bahwa
"pejabat di setidaknya empat negara telah membicarakan secara rahasia
bagaimana memanipulasi Jared Kushner dengan memanfaatkan kerumitan bisnisnya,
kesulitan keuangannya, dan kekurangpengalamannya tentang kebijakan luar
negeri." Keempat negara itu: Uni Emirat Arab, RRT, Israel, dan Meksiko.
Kesimpulan Frum
persuasif: "Suatu negara hukum bisa bertahan atas sejumlah korupsi
pejabatnya. Ia tak bisa bertahan terhadap suatu culture of impunity, budaya
berciri kebebasan dari hukuman. Inilah alasan kenapa rezim korup lekas jadi
otoriter; rezim otoriter lekas jadi korup."
Sumber: Kompas, 14 Maret 2018
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!