Ketika ia dan beberapa teman ditodong dengan
senjata oleh orang tak dikenal, ia pasrah dalam doa. “Tuhan, ampunilah saya
karena saya sangat berdosa di hadapan-Mu! Itulah doa saya,” kenang Lukas Ahal
Tolok.
AWAL-awal menjalani kehidupan rumah tangga,
suasana kehidupan keluarga pasangan suami-isteri (Pasutri) Lukas Ahal Tolok dan
Anjella Demarice Suan tak menentu. Setiap kali bertengkar, pilihannya adalah
perceraian.
Jika amarah dua pasangan ini memuncak,
benda-benda tajam seolah mau ikut bicara. “Jadi, pilihan saya adalah pisah dan
menjalani hidup masing-masing. Padahal, kami sudah disatukan lewat sakramen
perkawinan,” ujar Lukas Ahal Tolok.
Sikap frontal dan cepat marah, memang masih
membekas ketika ia hengkang dari kampung halamannya, Lerek, Kecamatan Atadei,
Kabupaten Lembata, NTT. Padahal, saat itu Lukas masih di bangku kelas II SMA
Swasthika Lewoleba, Kota Kabupaten Lembata.
Menurut Lukas, tahun 1979, ia melarikan diri
tanpa sepengetahuan orangtua. Ayah dari Gian Frank Xavier Anjelo Fernando Tolok
dan Sergio Jose Feliciano Benolo Tolok ini kemudian merantau ke Makassar.
Tekadnya waktu itu adalah menjadi anggota ABRI (TNI), khususnya Resimen
Penggempur Komando Angkatan Darat (kini Kopassus). “Setelah berada di Makasaar
cita-cita itu buyar. Saya kemudian bekerja di bengkel Mersedes Benz,” kenang
Lukas.
Taruhan doa dan prestasi kerja saat itu, bagi
Lukas adalah segala-galanya. Tak heran, Lukas dikirim bengkel Mersedez Benz
mengikuti pelatihan, training di Ciputat, Jakarta Selatan. “Tapi di Jakarta,
saya mulai merasa bahwa pekerjaan yang saya geluti tidak sesuai dengan bakat
saya. Karena itu, saya mengundurkan diri,” cerita Lukas.
Lepas dari perusahaan itu, bukan berarti
nganggur di ibukota. Segala pekerjaan yang halal, coba ia jalani. Awalnya, pada
malam hari Lukas bekerja sebagai tenaga satuan pengaman (satpam) di PT Mugi, Jl
Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
Dan keinginan melanjutkan studi muncul terus.
Siang, satpam ini belajar di SMIP dan pagi mengajar Bahasa Inggris di SMEA
Sanctus. Siang ia sekolah sedangkan pagi mengajar mata Bahasa Inggris.
“Saat di bangku kelas II SMIP, dipercayakan
mengajar Bahasa Inggris untuk kelas III SMEA,” ujar Lukas tertawa. Maklum,
modal Bahasa Inggris sudah ia peroleh di SMA Swasthika Lewoleba, Lembata.
Menyadari Talenta
Diam-diam, satpam ini memiliki bakat
menyanyi. Ia mengakui, talenta ini adalah rahmat Tuhan. Tapi, jauh sebelumnya
ia tak pernah menyadari bakat menyanyi. Nah, karena tak punya uang setamat dari
SMIP tahun 1987/1988, ia bergabung dengan Group Musik U-Brothers.
“Kami tampil kalau ada acara-acara
pernikahan, acara perpisahaan di kelas III dan sejenisnya. Saat itu juga ia
sering ikut show Group Musik Black Sweet,” katanya lagi.
Ketajaman sebagai seorang calon penyanyi
terus terasah. Ia bertekad dan berusaha memperhatikan bagaimana cara mengolah
vokal yang baik dari Black Sweet. Baik itu saat show di daerah ataupun tampil
di televisi.
Keinginan yang besar menjadi seorang penyanyi
selalu jadi harapannya. Ia akhirnya membeli sebuah buku yang memuat bagaimana
teknik mengolah vokal yang baik. “Ternyata, teknik olah vokal yang dilakukan
Black Sweet itu tak jauh berbeda dengan yang ditulis dalam buku itu,” jelasnya.
Jiwa petualangan Lukas belum pupus. Ia
menceritakan, tahun 1991, ia ke Bali dan bekerja di sebuah kantor perjalanan
wisata. Posisinya memang sangat menjanjikan. Lagi-lagi, ia tak betah hanya
karena merasa hanya duduk dan bekerja di belakang meja.
“Saya kemudian bergabung dengan teman-teman
dari Medan, Ambon dan lain-lain untuk nyanyi di hotel-hotel,” ujar Lukas.
Memutuskan Menikah
Sejak dari Bali, Lukas mulai percaya diri
untuk menyanyi bersama teman-temannya. Tak ayal, mereka sering bernyanyi untuk
menghibur tamu-tamu negara saat berlangsung sidang PATA/IATA. Merasa sudah
mapan, Lukas mencari pendamping hidupnya. Ia mendekati Anjela Demarice Suan,
gadis asal Timor Tengah Selatan (TTS), NTT.
Melalui rencana yang matang, pasangan ini
memutuskan untuk menikah. “Kami menikah tanggal 4 Juni 1994 di Gereja Keluarga
Kudus Cibinong, Jawa Barat. Kami diberkati Romo Lory Pr,” kenang Lukas.
Padahal, sebelumnya, ia harus bolak balik Jakarta – Bali untuk urusan nyanyi.
Jadi, “Masa pacaran kami singkat dan acara pernikahan pun sederhana,”
lanjutnya.
Awal menjalani kehidupan keluarga, bagi
pasangan ini memang berat. Setiap kali berbeda pendapat, ujungnya adalah bicara
soal cerai. Kalau tidak bicara soal cerai, maka benda-benada tajam selalu mau
ikut bicara dalam pertentangan pasangan ini. “Saya pernah ke Pengadilan Agama
di Bogor untuk meminta cerai,” cerita Lukas.
Cobaan
Ada satu pengalaman yang tak pernah Lukas
lupakan. Dalam sebuah perjalanan show ke sebuah pulau di Provinsi Maluku, ia
dan beberapa rekan sesama group nyanyi mendapat cobaan maut.
Ketika kapal yang mereka tumpangi merapat di
dermaga, muncul beberapa pria yang membawa senjata tajam, senapan otomat
kemudian menghadang mereka. “Kami diperintahkan tak boleh bergerak. Kalau
bergerak, maka nyawa akan melayang,” ujarnya.
Lukas dan teman-temannya memang tak bisa
banyak ngomong. Saat itu, ia malah menyarankan teman-temannya agar menenangkan
hati dan berdoa menurut agama dan kepercayaan mereka masing-masing.
Sedangkan, ia menyiapkan diri untuk berdoa
Salam Maria dan Bapa Kami. “Selain doa Salam Maria dan Bapa Kami, saya berdoa
begini, ‘Tuhan, Ampunilah aku. Aku sangat berdosa kepada-Mu! Doa itu tak pernah
aku lupa,” katanya dengan nada rendah.
Dari peristiwa penghadangan di Ambon itu,
Lukas merasa dilahirkan kembali. Pasalnya, ia merasakan kuasa Tuhan yang begitu
hebat terjadi padanya. Maka, mulailah Lukas mengungkapkan rasa syukur itu
dengan mengeluarkan album-album rohani.
”Tiga album rohani saya merupakan ungkapan
terima kasih saya. Saya mengikuti apa yang Tuhan maui pada saya dan keluarga
saya,” ujar Lukas yang baru saja meluncurkan album ketiga Agustus 2002.
Kaset rekaman album rohani pertama itu pun
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga, tetapi untuk gereja.
“Saya ke pastor Paroki Katedral Bogor dan saya katakan mau mempersembahkan
album saya ini untuk gereja,” ujar Lukas mengisahkan hasil kerjanya itu. (Ansel
Deri/Ernie Botoor)
Ket Foto: Penyanyi yang juga mantan tenaga satuan pengaman
alias security Lukas Ahal Tolok dan istrinya, Demarice Suan.
Foto: Dok. Ansel Deri
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!