Persoalan pelik Bandara Udara (Bandara) Wunopito-Lewoleba tak pernah tuntas. Setelah pemilik pohon kelapa keberatan penebangan tanamannya menghalangi penerbangan, kali ini penjaga bandara, Michael Pehang (98) memalang landasan pacu (run way) menggunakan belasan potongan batang pohon kelapa dan lontar.
Aksi Pehang dilakukan, Minggu (26/10/2008 ) pagi, sebagai ungkapan protes karena belum dibayarnya honor menjaga bandara selama 34 tahun.
Keterangan yang dihimpun Pos Kupang di Bandara Wunopito, kemarin, menyebutkan, aksi Pehang (panggilan Michael Pehang) dilakukan seorang diri. Saat itu staf bandara berdomisili di kompleks bandara itu ke gereja. Pehang mengangkat belasan potong batang kelapa dan lontar lalu meletakkannya memalang jalur run way. Meski ada beberapa orang yang menyaksikan, mereka tak kuasa melarangnya dan membiarkan Pehang melancarkan aksinya.
Pemalangan dilakukan di luar jadwal penerbangan pesawat Merpati ke Lewoleba pada Rabu pukul 07.30 Wita dan Kamis pukul 14.00 Wita. Andaikan pada Senin, kemarin, ada jadwal penerbangan pemalangan ini sangat membahayakan keselamatan penerbangan.
Staf Bandara Wunopito, Michael Hire Wake, dan Kepala Tata Usaha, Wungubelen Konradus, mengatakan, aksi Pehang sebagai ungkapan ketidakpuasannya karena tidak pernah menerima honor menjaga bandara dijanjikan pemerintah daerah. Kornelis mengakui, Pehang sadar aksinya menghalangi landasan pacu membahayakan penerbangan, namun ia mau melakukannya.
Menurut Kornelis, pemalangan di landasan pacu sudah dilaporkan kepada kepala bandara, Dapini, yang sementara berdinas di luar Lembata dan kepada KPPP-Udara Polres Lembata. Polisi telah datang ke lokasi mengambil gambar.
"Kami tak berani bongkar, takut masalah dengan Pehang. Yang kami dengar pemalangan ini dilakukan Pehang sebagai aksi protes kepada pemerintah karena dia tidak menerima honor menjaga bandara selama 34 tahun," kata Kornelis.
Wake menambahkan, pemerintah seharusnya membayar honor Rp 50.000,00/bulan atau sekitar Rp 20 juta lebih selama 34 tahun. Pehang mengakui ada surat keputusan pemerintah pada masa Pembantu Bupati Lembata yang menetapkannya menjadi penjaga bandara. Surat itu disimpan aparat pemerintahan Lembata dan aslinya dipegang anaknya.
Pehang yang dikonfirmasi ke rumahnya di Jalan Trans Lembata mengatakan, ia melakukan pemalangan supaya pemerintah menyelesaikan janji honor Rp 50.000,00/bulan.
Pengangkatannya berdasarkan surat keputusan mantan Pembantu Bupati Lembata, Drs. Anton Patimangoe, bersamaan dengan pembangunan bandara tahun 1985.
"Ada surat keputusannya. Foto kopinya ada di anaknya Rewot (maksudnya Drs. Ansel Rewot, mantan Asisten Setda Lembata yang telah pensiun tahun lalu) dan Mansyur Purab, Sekretaris BPKAD). Ada aslinya di anak saya, Gabriel Ola Elan, di Denpasar," kata Pehang dengan bahasa Indonesia bercampur Lamaholot.
Menurutnya, ia telah berulangkali minta uang menjaga bandara kepada pemerintah daerah, tetapi tidak pernah dikabulkan. Dua tahun silam ia juga pernah memalang landasan pacu dan akhirnya dinegosiasikan akan dibayar dan ia membukanya kembali. Namun janji membayar belum pernah direalisasikan sampai saat ini.Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan dan Pariwisata Lembata, Drs. Apol Manuk, dikonfirmasi via SMS soal kasus itu, tak membalasnya. (ius)
Aksi Pehang dilakukan, Minggu (26/10/2008 ) pagi, sebagai ungkapan protes karena belum dibayarnya honor menjaga bandara selama 34 tahun.
Keterangan yang dihimpun Pos Kupang di Bandara Wunopito, kemarin, menyebutkan, aksi Pehang (panggilan Michael Pehang) dilakukan seorang diri. Saat itu staf bandara berdomisili di kompleks bandara itu ke gereja. Pehang mengangkat belasan potong batang kelapa dan lontar lalu meletakkannya memalang jalur run way. Meski ada beberapa orang yang menyaksikan, mereka tak kuasa melarangnya dan membiarkan Pehang melancarkan aksinya.
Pemalangan dilakukan di luar jadwal penerbangan pesawat Merpati ke Lewoleba pada Rabu pukul 07.30 Wita dan Kamis pukul 14.00 Wita. Andaikan pada Senin, kemarin, ada jadwal penerbangan pemalangan ini sangat membahayakan keselamatan penerbangan.
Staf Bandara Wunopito, Michael Hire Wake, dan Kepala Tata Usaha, Wungubelen Konradus, mengatakan, aksi Pehang sebagai ungkapan ketidakpuasannya karena tidak pernah menerima honor menjaga bandara dijanjikan pemerintah daerah. Kornelis mengakui, Pehang sadar aksinya menghalangi landasan pacu membahayakan penerbangan, namun ia mau melakukannya.
Menurut Kornelis, pemalangan di landasan pacu sudah dilaporkan kepada kepala bandara, Dapini, yang sementara berdinas di luar Lembata dan kepada KPPP-Udara Polres Lembata. Polisi telah datang ke lokasi mengambil gambar.
"Kami tak berani bongkar, takut masalah dengan Pehang. Yang kami dengar pemalangan ini dilakukan Pehang sebagai aksi protes kepada pemerintah karena dia tidak menerima honor menjaga bandara selama 34 tahun," kata Kornelis.
Wake menambahkan, pemerintah seharusnya membayar honor Rp 50.000,00/bulan atau sekitar Rp 20 juta lebih selama 34 tahun. Pehang mengakui ada surat keputusan pemerintah pada masa Pembantu Bupati Lembata yang menetapkannya menjadi penjaga bandara. Surat itu disimpan aparat pemerintahan Lembata dan aslinya dipegang anaknya.
Pehang yang dikonfirmasi ke rumahnya di Jalan Trans Lembata mengatakan, ia melakukan pemalangan supaya pemerintah menyelesaikan janji honor Rp 50.000,00/bulan.
Pengangkatannya berdasarkan surat keputusan mantan Pembantu Bupati Lembata, Drs. Anton Patimangoe, bersamaan dengan pembangunan bandara tahun 1985.
"Ada surat keputusannya. Foto kopinya ada di anaknya Rewot (maksudnya Drs. Ansel Rewot, mantan Asisten Setda Lembata yang telah pensiun tahun lalu) dan Mansyur Purab, Sekretaris BPKAD). Ada aslinya di anak saya, Gabriel Ola Elan, di Denpasar," kata Pehang dengan bahasa Indonesia bercampur Lamaholot.
Menurutnya, ia telah berulangkali minta uang menjaga bandara kepada pemerintah daerah, tetapi tidak pernah dikabulkan. Dua tahun silam ia juga pernah memalang landasan pacu dan akhirnya dinegosiasikan akan dibayar dan ia membukanya kembali. Namun janji membayar belum pernah direalisasikan sampai saat ini.Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan dan Pariwisata Lembata, Drs. Apol Manuk, dikonfirmasi via SMS soal kasus itu, tak membalasnya. (ius)
Sumber: Pos Kupang, 28 Oktober 2008
Tuntutlah hakmu sebelum kering keringatmu.Istilah klasik tetapi memiliki makna yang mendalam....kepada para penguasa lembata tolonglah melihat seluruh komponen yang membuatmu tegak berdiri,menikmati harimu dalam karir politikmu.semoga
ReplyDelete