Headlines News :
Home » » 1.000 Lilin untuk Langodai

1.000 Lilin untuk Langodai

Written By ansel-boto.blogspot.com on Monday, August 31, 2009 | 11:30 AM

Sejak polisi berhasil mengurai tirai kematian Yohakim Laka Loi Langodai (53), perhatian dan harapan masyarakat pencari keadilan dan kebenaran, terutama masyarakat Lembata, bangkit kembali. Apalagi salah seorang terdakwa adalah Erni Manuk, putri Bupati Lembata, Drs. Andreas Manuk.

Perhatian itu semakin kuat karena almarhum tampil sebagai simbol orang kecil yang seringkali mendapat perlakuan tidak adil. Bisa dikatakan Langodai telah menjadi martir untuk warga Lembata yang lagi haus akan keadilan.

Tak pelak, perayaan 100 hari meninggalnya Langodai, Jumat (28/8/2009) malam, ratusan warga simpatisan dari berbagai desa dan kampung di Leragere dan Ile Ape menyatakan solidaritasnya dengan turut hadir di rumah almarhum di Lamahora, Jalan Trans Lembata, Lewoleba.

Yohakim dibunuh, Selasa (19/5/2009). Sehari setelah dibunuh, jasadnya ditemukan di hutan bakau dekat Bandara Wunopito. Peringatan 100 hari itu ditandai dengan perayaan ekaristi (misa) berikut pembakaran seribu lilin untuk almarhum.

Terang lilin menyala memenuhi pinggir jalan Trans Lembata di depan rumahnya ke arah barat dan ke arah timur menandakan malam terangnya sang pembela kebenaran menghadap Sang Pencipta. Sebagai penghormatan, jalan lorong membelah ke utara di sebelah kuburnya diberi nama Jalan Yohakim Langodai.

Sekitar 700-an umat Katolik, biarawati dan kaum muslim larut dalam suasana hening dan duka mengenang masa lalu Yohakim. Renungan sederhana yang dibawakan Pater Vande Raring, SVD, mengingatkan kepada umat yang hadir betapa beratnya beban derita menimpa Yohakim di saat-saat kritis di depan para eksekutor bertindak sadis membunuhnya.

Yohakim dihabisi dalam skenario perencana Erni Manuk dan mitranya Bambang Trihantara. Sedangkan Muhamad Kapitan, Mathias Bala, dan adik kandung Yohakim, Lambertus Bedi Langodai, sebagai eksekutor. Jenazahnya ditemukan keesokan hari Rabu petang (20/5/2009) di sebelah timur Bandara Wunopito Lewoleba.

Kini kelima tersangka meringkuk di dalam tahanan Mapolres Lembata menunggu rampungnya berita acara pemeriksaan sebelum dilimpahkan ke meja persidangan Pengadilan Negeri Lewoleba.

Sebelum upacara lilin, diadakan misa dipimpin Pater Yos Maulana, CSSR. Di dalam pengantarnya, Pater Yos mengingatkan kepada umat supaya menyimak kematian Yohakim dengan pikiran dan langkah maju. Dia mati sebagai martir. Kemartiran itu karena memperjuangkan suatu kebenaran.

Dalam kotbahnya, Pater Yos menyatakan tanpa mendahului keputusan pengadilan dan mengedepankan azas praduga tak bersalah, tetapi dari berbagai isu yang kita dengar dari keterangan saksi maupun informasi media menyakitkan kita bahwa Yohakim meninggal dari tangan orang lain. Ia mati bukan kehendak Tuhan.

Yohakim, dalam kesehariannya bukan hanya sebagai pegawai pemerintahan yang mengemban jabatan Kepala Bidang Pengawas Laut dan Pantai di Dinas Kelautan dan Perikanan. Dalam kehidupan sosial masyarakat, ia juga mengembang misi pelayanan sebagai Ketua Lingkungan St. Petrus Paroki Lamahora Lamahora.

"Kita (umat) harus sepakat bahwa kematian Yohakim akibat tindakan kemartiran yang dilakukannya. Dia mati oleh tindakan sekelompok orang yang tidak berhati-nurani, tidak sesuai apa yang benar sebagai suatu kebenaran. Orang yang berjuang untuk suatu kebenaran mati sebagai martir. Kematiannya menjadi sumber kebenaran kita dan menaruh hati kepada orang-orang yang berbuat benar," kata Pater Yos. (eugenius moa)
Lilin-lilin ini dinyalakan di kubur Yohakim Laka Loi Langodai,pada peringatan 100 hari kematiannya, Jumat malam (28/8/2009).
Sumber: Pos Kupang, 30 Agustus 2009
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger