Headlines News :
Home » » Pembunuhan Yohakim Langoday: Yohan Dijemput Penyidik

Pembunuhan Yohakim Langoday: Yohan Dijemput Penyidik

Written By ansel-boto.blogspot.com on Sunday, September 06, 2009 | 2:26 PM


Tim penyidik Direktorat Resese dan Kriminal (Direskrim) Kepolisian Daerah (Polda) NTT menjemput paksa Yohanes Reda alias Yohan (20). Putra tersangka Lambertus Bedi Langodai dijemput di kediamannya di Kampung Waiwejak, Desa Nubahaeraka, Kecamatan Atadei, Jumat (4/9/2009) dini hari.

Informasi yang dihimpun Pos Kupang di Markas Polres Lembata, Jumat (4/9/2009) pagi menyebutkan, Yohan dijemput penyidik supaya bisa meminta keterangannya terkait pembunuhan Yohakim Laka Loi Langodai. Selama hari Jumat kemarin, Yohan dimintai keterangan marathon oleh penyidik.

Ikut bersama Yohan, mamanya, Ny.Yustina Peni, dan adik iparnya Edu Keraf. Ny. Yustina nampak terpukul dengan penjemputan anaknya yang dikaitkan dengan kasus kematian 'besa' Kim (pangilan untuk Yohakim Langodai).

Kepala Bidang Pengawasan Laut dan Pantai Dinas Kelautan dan Perikanan Lembata, dibunuh Selasa (19/5/2009). Jenazahnya ditemukan di sebelah timur Bandara Wunopito, Rabu (20/5/2009).

Dalam kasus ini tim penyidik telah menangkap dan menahan lima tersangka, yakni dua perencana pembunuhan, Erni Manuk, dan mitranya Bambang Trihantara. Tiga eksekutor, yaitu Mathias Bala, Muhammad Pitan, dan Lambertus Bedi Langodai, adik kandung Yohakim Langodai.

Ketua Tim Penyidik Direskrim Polda NTT, AKP Yeter Benediktus Selan, tidak bersedia menjelaskan penyidikan terhadap Yohan. Sementara Kapolres Lembata, AKBP Marthin Johannis, S.H, belum bisa dikonfirmasi karena masih bertugas di luar daerah.

Pantauan Pos Kupang di Mapolres Lembata, Jumat kemarin, Yohan sempat dibawa ke Mapolres sekitar satu jam lebih. Setelah itu, bersama tim penyidik, Yohan dibawa keluar dari Mapolres. Kemungkinan mereka minta keterangan di luar Mapolres. Sampai Jumat siang, Yohan belum kembali.

Koordinator Advokasi Justice Peace Integrity of Creation (JPIC) Wilayah Lembata, Pater Vande Raring, SVD, mengharapkan peran Ny.Yustina menyampaikan kepada Yohan agar terus terang mengungkapkan semua hal yang diketahui, dilihat dan dialaminya dalam kematian Yohakim. Keterangan Yohan sangat membantu penyidik menelusuri kasus kematian Yohakim.

Sejak kedatangan kembali tim penyidik Direskrim Polda NTT ke Lewoleba, Selasa (1/9/2009), penyidikan kembali diintensifkan. Tim beranggotakan penyidik Buang Sine, dan Moris Ilu, telah memeriksa lagi tersangka Mathias Bala, dan saksi Yohana Langodai. Keterangan dua saksi ini memberikan keyakinan mengenai identias Mr. X. Kabar beredar, Mr. X ini saban hari masih mondar-mandir di Kota Lewoleba.

Teganya Bedi
Dijemputnya Yohan oleh tim penyidik menciptakan suasana batin sangat lain di hati Ny. Yustina Peni. Ia mengaku khawatir jangan-jangan anaknya ikut andil dalam kasus kematian 'besa'. Namun, Yustina percaya, putranya tak mungkin terlibat jauh bersama bapaknya membunuh 'besa'.

Ditemui di Mapolres Lembata, Yustina duduk dekat ruang penjagaan. Ia menangis saat menunggu putranya yang dibawa tim penyidik. Air matanya mengundang iba Koordinator Advokasi JPIC untuk Lembata, Pater Vande Raring, SVD, dan Penanggungjawab Aldiras Watch, Piter Bala Wukak, S.H.

Sejak pagi sampai sekitar pukul 13.00 Wita, sesuap nasi dan air putih belum sempat dimakan Ny. Yustina. Wanita paruh baya ini terus menangis. Ia memikirkan nasib putranya Yohan yang kini telah memiliki tunangan, wanita asal Atadei. Yang ia pikirkan apakah mantan suaminya Bedi sampai hati menggiring Yohan terlibat dalam kasus pembunuhan 'besa'.

"Saya dan anak saya ditinggalkan belasan tahun. Tak ada komunikasi antara kami. Saya kuli di kebun orang supaya bisa kasih makan anak-anak. Sekarang anak sudah besar, malah urusan dengan polisi," keluh Yustina.

Yustina mengisahkan, ia dan Bedi hidup berumah tangga sekitar tiga tahun, menikah 1989 di Gereja Lamahora. Ketika Yohan masih balita, Bedi merantau ke Irian Jaya (Papua) membawa seorang wanita. Sejak itu pula, Yustina ditinggalkan dan akhirnya dilupakannya. Ia membawa anaknya kembali ke rumah orang tuanya. Kerja banting tulang mencari sesuap nasi agar bisa membesarkan anak-anak yang sangat membutuh perhatian.

Ketika Yohan merencanakan bertunangan dengan wanita pujaanya, tutur Yustina, sekitar April 2009, ia memberanikan diri menemui 'besa' di Lamahora. Ia menyampaikan niatnya kepada Yohakim. Yohana mengutarakan niatnya dan dialog sempat berlangsung antar keduanya. Yohakim berkata "Yohan, kami punya anak suku. Setulusnya kami akan urus," tutur Yustina menirukan Yohakim.

Menurut Yustina, Yohakim menjanjikan mengurus pertunangan keponakanya, sekembalinya dari tugas di Manado, Sulawesi Utara. Niatnya kesampaian dan Yustina kembali ke Waiwejak dengan senang hati.

Namun harapannya tinggal mimpi. Hari Jumat (22/5/2009), ia menerima telepon dari familinya di Lewoleba mengabarkan 'besa' telah meninggal dunia. "Hari itu (Jumat) juga saya turun dari kampung. Saya ikut penguburan dan kembali ke kampuang keesokan hari," kisah Yustina.

Yustina mengatakan, Yohan tak pernah cerita kematian 'besa'. Ketika Bedi ditangkap dan ditahan polisi, ia tak pernah cerita apapun kepadanya. Semenjak ditahan, Yohan tak pernah membesuknya. "Kata polisi, kami tak boleh kunjung," kata Yustina. (ius)

Ny.Yustina Peni menyampaikan curahan hatinya (curhat) kepada Koordinator JPIC Lembata, Pater Vande Raring, SVD, dan penanggung jawab Aldiras, Piter Bala Wukak, S.H, di Lewoleba, Jumat (4/9/2009).
Sumber: Pos Kupang, 5 September 2009
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger