Headlines News :
Home » » Sekilas Geliat Demokrasi di Indonesia

Sekilas Geliat Demokrasi di Indonesia

Written By ansel-boto.blogspot.com on Tuesday, November 03, 2009 | 1:06 PM

Oleh Ansel Deri
wartawan kelahiran Lembata tinggal di Jakarta

Ledakan bom di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton pada Jumat, (17/7) di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan membuat bangsa ini terpukul. Insiden tersebut menimbulkan reaksi beragam.

Ada yang prihatin, kecewa, bahkan mengutuk para pelaku. Insiden itu juga menguras akal sehat melakukan reposisi rasa kebangsaan. Dalam konteks pemilihan presiden ada kecurigaan para pelaku menciptakan kegaduhan politik menyusul keunggulan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan calon wakil presiden Boediono atas dua paket lainnya dalam perolehan suara.

Dalam bahasa yang sama, persis seperti dikemukakan analis politik nasional Alfan Alfian yang menyebutkan bahwa teror bom memunculkan kegaduhan, ketakutan, dan ketidakamanan. Sang teroris berupaya memunculkan sensasi di tengah situasi damai dan dinamis. Masyarakat segera bertanya: ada apa?

Pertanyaan itu belum segera terjawab, mengingat tidak ada kelompok yang mengaku bertanggungjawab. Aparat keamanan masih menelisik apa sesungguhnya yang terjadi di balik ledakan itu.

Tapi, apabila dikaitkan dengan situasi politik pasca-pilpres terdapat dua spekulasi yang merebak saat khalayak menyaksikan laporan pemberitaan berbagai media massa. Spekulasi pertama menyebut bahwa ledakan itu ada kaitannya dengan pilpres. Spekulasi lainnya: ledakan itu tidak ada kaitannya dengan pilpres.

Satu hal pasti bahwa bom Kuningan telah menimbulkan kegaduhan politik yang bisa dipastikan berimbas pada pelaksanaan demokrasi di Indonesia yang sudah berjalan baik. Hal mana sebagaimana diakui Ketua Asosiasi Konsultan Politik Asia Pasifik Prita Sulisto: Indonesia berpotensi menjadi kiblat demokrasi di kawasan Asia berkat keberhasilannya mengembangkan dan melaksanakan sistem demokrasi.

Keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan Asia yang hingga saat ini –beberapa di antaranya– masih diperintah dengan ‘tangan besi’. Indonesia juga bisa menjadi contoh, bahwa pembangunan sistem demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya pembangunan ekonomi.

Keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi yang tidak banyak disadari itu, membuat pihak luar termasuk Asosiasi Internasional Konsultan Politik membuka mata bangsa Indonesia, bahwa keberhasilan tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa. Prestasi tersebut juga menjadikan Indonesia sangat berpotensi mengantar datangnya suatu era baru di Asia yang demokratis dan makmur.

Demokrasi di Indonesia

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan hal yang penting terkait demokrasi tatkala menyampaikan pidato kenegaraan dalam rangka HUT RI ke-64 di Gedung DPR/MPR RI Senayan, Jakarta, pada Jumat 14/8 2009.

Presiden Yudhoyono mengajak semua komponen bangsa secara konsisten menjalankan demokrasi yang terus berkembang pasca reformasi 1998, untuk tetap menghormati nilai universal dan nilai lokal sehingga tidak mengganggu usaha mewujudkan kemakmuran rakyat.

Seluruh komponen harus memastikan bahwa bentuk demokrasi yang kita pilih harus tetap sejalan dengan nilai-nilai demokrasi yang universal. Di sisi lain, penerapan demokrasi juga mesti tetap memperhatikan nilai-nilai lokal, serta sifat dasar bangsa kita yang majemuk. Hanya dengan pilihan konsisten demikianlah, bangsa ini akan makin kokoh dalam alur pematangan demokrasi yang saat ini sedang dan terus kita jalankan.

Sejak tahun 1998, semua pihak bekerja keras untuk menapaki lagi jalan panjang pemurnian demokrasi. Setelah 10 tahun reformasi, yang mengemuka adalah praktik sistem demokrasi multipartai presidensial, yaitu pemerintahan presidensial yang berpijak pada sistem multipartai yang tidak sederhana.

Sistem demikian –meskipun ini merupakan koreksi dari demokrasi yang kita anut pada masa Orde Baru– dalam dirinya juga menghadirkan tantangan yang tidak ringan. Karena, di tengah beraneka ragamnya kepentingan partai politik, jalannya pemerintahan harus tetap berlangsung secara efektif.

Seluruh komponen bangsa hendaknya mendorong pematangan demokrasi Indonesia harus berjalan seiring dengan prinsip-prinsip dasar konstitusionalisme. Demokrasi mesti makin egaliter: demokrasi yang makin meneguhkan pelaksanaan mekanisme saling kontrol dan saling imbang, checks and balances, dalam praktik kehidupan politik nasional.

Demokrasi yang berlandaskan pada penghormatan dan pelaksanaan penegakan hukum yang adil dan bermartabat, rule of law. Demokrasi yang makin menjamin dan melindungi kebebasan dan hak-hak asasi manusia, serta demokrasi yang kehadirannya tetap menjamin terjaganya stabilitas dan ketertiban politik. Dengan demikian, demokrasi yang diterapkan dan diwujudkan akan selalu sejalan dan satu nafas dengan tuntutan dan kemajuan peradaban bangsa.

Terbitnya buku Geliat Demokrasi di Kampung Halaman karya Viktus Murin, wartawan senior asal lewotana (kampung halaman) hemat saya merupakan bagian tanggung jawab penulis dari upaya pelembagaan dan pendewasaan demokrasi di lewotana Lembata. (Sebelumnya Viktus menulis buku Mencari Indonesia: Balada Kaum Terusir dan Menabur Asa di Tanah Asal)

Buku ini merupakan salah satu bentuk tangggung jawab penulis yang bermaksud menuangkan gagasan dan pikirannya melalui karya tulisnya demi kemajuan kampung halaman. Buku ini tak sekadar kado 10 tahun otonomi Lembata. Ia menjadi oleh-oleh bagi para pemangku kepentingan, terutama pemerintah setempat agar tetap menjadikan rakyat kiblat pengabdian: kesejahteraan lahir-batin.

Gagasan Viktus yang tertuang dalam buku ini tentu juga merupakan sebuah bentuk pengawasan dan evaluasi atas dinamika pemerintahan. Boni Hargens dalam Trilogi Dosa Politik mengamini bahwa sebuah pemerintahan demokratik perlu diawasi dan dievaluasi.

Bukan saja karena pemerintahan dibentuk untuk kepentingan umum melainkan juga karena sistem demokrasi pada dirinya menuntut adanya pengawasan. Dalam konteks ini, Geliat Demokrasi di Kampung Halaman juga merupakan sebuah bentuk pengawasan penulis mencermati dinamika politik dan demokrasi di lewotana, kampung halaman.
Sumber: Buku 'Geliat Demokrasi di Kampung Halaman' karya Viktus Murin,
terbit Oktober 2009
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger