Headlines News :
Home » » Kewalahan Sambut Peziarah

Kewalahan Sambut Peziarah

Written By ansel-boto.blogspot.com on Monday, April 12, 2010 | 3:07 PM

Polikarpus Blolon bingung, tak tahu harus mencari penginapan di mana lagi. Padahal, untuk keperluan menginap awal April 2010, ia sudah mencoba memesan kamar hotel pada bulan Februari. Itu pun tak membuahkan hasil karena semua kamar hotel sudah dipesan habis.

Anggota DPRD Kabupaten Flores Timur itu berupaya mencarikan tempat menginap bagi salah seorang pejabat pemerintah dari Jakarta yang hendak mengikuti Semana Santa, Pekan Suci Paskah, di Larantuka, Nusa Tenggara Timur, awal April lalu. Semua hotel telah dihubungi, begitu pula rumah-rumah dinas pejabat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Flores Timur, yang biasanya juga dijadikan tempat menginap, semua sudah penuh dengan calon peziarah.

”Akhirnya terpaksa mencari tempat di rumah saudara, untungnya masih ada kamar yang kosong,” kata Polikarpus, akhir pekan lalu di Larantuka.

Apa yang dialami Polikarpus umumnya banyak pula dialami peziarah dari luar daerah yang kesulitan mendapatkan tempat menginap lantaran keterbatasan kamar hotel. Saat-saat perayaan Paskah, kota Larantuka seperti madu yang diserbu lebah. Kota ini dikunjungi ribuan peziarah yang ingin mengikuti secara langsung prosesi ritual Semana Santa di katedral setempat.

Saking membeludaknya peziarah dan terbatasnya kamar hotel, panitia dari Paroki Katedral Reinha Rosari Larantuka mengarahkan para peziarah untuk menginap di ruang-ruang kelas sekolah. Kebetulan, pada saat Pekan Suci Paskah, semua sekolah di Larantuka libur selama seminggu. Ruang-ruang kelas sekolah pun kemudian disulap menjadi kamar ”hotel” untuk sementara. Jika masih terdapat peziarah yang tidak kebagian tempat menginap, panitia mengarahkan mereka ke rumah-rumah penduduk.

Pekan Suci Paskah di Larantuka ibarat batang logam bermuatan magnet dengan daya besar. Umumnya para peziarah datang dari pulau-pulau sekitar Flores Timur, seperti Pulau Solor dan Pulau Adonara, serta beberapa kota di sekitar Pulau Flores dan Jawa. Mereka ingin secara langsung mengikuti jalannya prosesi mengarak patung Tuan Ma (Bunda Maria) dan Tuan Ana (Yesus Kristus) dari kapel menuju katedral setempat pada Jumat Agung pukul 14.00. Sebelum itu, para peziarah biasanya memanjatkan doa di kapel yang letaknya berdekatan itu. Sebagai puncaknya, ribuan peziarah itu menyemut untuk menghadiri misa Semana Santa yang dilakukan pada Jumat malam.

”Saya ke Larantuka sudah dua kali. Selain mempertebal iman, saya juga berdoa untuk kesejahteraan rumah tangga saya,” tutur peziarah bernama Yuliana Pong Foenay (60) yang mengaku datang dari Bogor.

Di luar bahwa para peziarah datang ke Larantuka dengan motif berdoa untuk kesembuhan dan kesejahteraan hidup, mereka juga tertarik pada tradisi prosesi yang merupakan akulturasi kebudayaan setempat dengan kebudayaan yang dibawa oleh orang-orang Portugis, hampir 500 tahun silam.

Unik

Ritual Pekan Suci Paskah di Larantuka diawali dengan Rabu Trewa, dua hari menjelang peringatan penyaliban Yesus Kristus. Warga Larantuka melakukan tikam turo, pembuatan pagar untuk tempat lilin di sepanjang lintasan prosesi Jumat Agung.

Pagar itu dibuat khusus dari batang kayu kukung, yang kemudian dikaitkan juga dengan lembar bambu belah sebagai tempat lilinnya. Pengikatan batang kukung dengan bambu belah itu khusus menggunakan daun gebang. Tradisi tersebut dihormati dan terus dipertahankan oleh warga setempat sampai saat ini.

Sementara Puncak Semana Santa pada Jumat Agung, dilakukan prosesi pengarakan patung Tuan Ana (Yesus Kristus) yang diikuti patung Tuan Ma (Bunda Maria), yang melambangkan prosesi salib, perjalanan penderitaan Yesus menuju Bukit Golgota untuk menebus dosa dunia.

Salah satu nyanyian atau lirik yang dilantunkan dalam prosesi itu berbahasa Portugis, seperti ”Sinyor Deo Missericordia” (Putra Allah Yang Maha Rahim). Lagu itu dinyanyikan dari armida (kemah persinggahan, juga dalam bahasa Portugis) ke armida yang lain. Dalam prosesi itu, perarakan melintasi delapan armida. Sebagaimana armida Tuan Ana (ke-8) melukiskan Yesus Kristus diturunkan dari salib kemudian dimakamkan.

Devosi Semana Santa sebagai kegiatan di luar liturgi gereja itu menarik perhatian peziarah dari berbagai daerah di Nusantara, bahkan luar negeri. Prosesi tersebut dipandang sakral dan para peziarah akan memanjatkan doa, permohonan, harapan, bahkan juga nazar mereka kepada Tuhan.

Mereka meyakini, doa yang dipanjatkan saat seluruh prosesi berlangsung, dengan penuh keimanan, akan terkabul. Malah, selain itu, ada pula peziarah yang datang khusus ke Larantuka untuk memanjatkan syukur atas doa mereka di tahun sebelumnya yang telah dikabulkan Tuhan.

Kemunduran

Pemkab Flores Timur belum melihat antusiasme kehadiran ribuan peziarah ke Larantuka sebagai sebuah potensi ekonomi. Bahkan, banyak pandangan mengatakan, wilayah itu sedang mengalami kemunduran dalam berbagai bidang.

Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandira di Kupang, Thomas Ola Langoday, melihat, pengembangan pariwisata Flores Timur terkesan stagnan. Padahal, ritual Semana Santa sudah menjadi perhatian dunia dan hal itu merupakan satu potensi di bidang pariwisata yang besar, khususnya wisata rohani.

Semestinya, dari pengalaman seperti membeludaknya peziarah tiap tahun dan banyaknya peziarah yang tak tertampung di penginapan-penginapan setempat, pihak Pemkab Flores Timur harusnya cepat merespons dengan melakukan pembenahan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Flores Timur tahun 2009, di kota Larantuka hanya ada 11 hotel dan dua hotel di Pulau Adonara dengan jumlah kamar 184 buah dan tempat tidur 348 buah. Jumlah yang relatif minim jika dibandingkan dengan jumlah peziarah yang mencapai ribuan orang. Hotel yang ada di sana pun bukan hotel berbintang.

Selain itu, kondisi hotel yang ada juga jauh di bawah standar hotel yang baik, apalagi kalau dilihat dalam standar internasional. Maka, tak mengherankan jika pada kunjungan kenegaraan atau kunjungan pejabat pemerintah ke Larantuka, bukan hotel yang dipakai, melainkan rumah dinas atau pribadi milik bupati atau wakilnya. Memang soal ini mengandung dilema. Jika pada Pekan Suci Paskah hotel-hotel dibanjiri para peziarah, pada hari-hari biasa tingkat hunian hotel di Larantuka hanya 10 persen per hari. Hotel-hotel baru sedikit lega jika terdapat acara-acara seperti pelatihan dan seminar yang diselenggarakan pemerintah atau institusi-institusi swasta.

Wakil Bupati Flores Timur Yoseph Laga Doni Herin mengakui, apabila dilihat dari aspek pengembangan pariwisata pascalima abad Portugis di daerah itu, pembangunan terkesan berjalan lamban.

”Hal itu harus diakui, kondisi pariwisata Flores Timur seperti ini saja, tidak ada kemajuan yang berarti. Akses jalan-jalan utama di kota ini mulai dibuka dan dirasakan manfaatnya tahun 1980-an pada masa Bupati Simon Soliwoa, setelah itu sampai saat ini berjalan stagnan,” kata Yoseph.

Yoseph juga mengemukakan, Pemkab Flores Timur kini menargetkan, hingga tahun 2015 daerah itu benar-benar dapat menjadi kota destinasi wisata internasional. Salah satu yang diprioritaskan adalah penataan wajah kota, juga sepanjang jalan utama menuju pusat kota. (Samuel Oktora/Arbain Rambey)
Sumber: Kompas, 11 April 2010
Ket foto: Larantuka dilihat dari Pulau Adonara.
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger