Headlines News :
Home » » Gelisah Sempat Mendera Hati

Gelisah Sempat Mendera Hati

Written By ansel-boto.blogspot.com on Monday, April 12, 2010 | 6:30 PM

Sejak baru berusia setahun lebih, pasangan suami-istri ini tak pernah merasa curiga dengan kemampuan Anov, putra mereka. Pasalnya, bocah ini mampu menghafal beberapa iklan televisi. “Kadang setiap hari ia baca koran. Setelah dibawa ke dokter, ternyata anak kami autis. Ini karunia terindah,” kata Rudy.

Kemampuan bocah Rushanov JYK Kadarisman (Anov), putra semata wayang pasangan Ir Rudolfus YB Kadarisman (Rudy) dan Ir Rozana A Awuy Matulandi Kadarisman (Sasha) tak hanya itu. Saat masih berusia setahun, Anov bisa berlari. Pengalaman ini membuat orangtua pasangan ini juga merasa heran. “Saat itu, Anov sangat susah ngomong. Kami putuskan untuk memeriksakan dia ke dokter,” ujar Rudy di rumahnya, Jati Rahayu, Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat.

Keduanya kaget saat mengetahui anak mereka autis. Bocah ini pun melewati serangkaian tes. Salah satu tes yang dijalani adalah memanggil nama Anov dengan suara yang agak keras dalam jarak dekat. Toh, bocah itu tak merespon. Ia hanya bisa menangkap frekuensi suara yang sudah akrab di telinga dan dikenalinya. Terutama kedua orangtua dan pengasuh, baby sitter, yang selama ini ikut merawatnya. “Kami sekeluarga sempat terpukul dengan kenyataan ini. Toh, kami sadar dan yakin dia adalah karunia terindah Tuhan bagi kami berdua dan keluarga besar kami,” kata Rudy.

Rasa gelisah sempat mendera hati pasangan ini. Saat itu tak ada pilihan lain kecuali menjual semua barang berharga guna memulihkan penyakit anaknya. Apalagi, dr Rudy, seorang dokter autis menyarankan bocah ini diperiksa dan sampelnya dikirim ke Amerika Serikat dengan metode perawatan dr Rudy yang biayanya sekitar Rp. 400 juta.

“Pikiran kami berdua, rumah kami bisa dijual demi pengobatan anak kami. Tapi, masih ada pertimbangan lain. Mungkin tak menggunakan metode dr Rudy yang begitu besar biayanya. Maka dengan upaya mencari alternatif biaya yang lebih murah, saya juga konsultasi dengan beberapa dokter. Salah satunya, dr Melly dan dr Kardiono. Dokter Melly juga yang menangani putra Farhan, yang juga autis,” lanjutnya.

Saat itu mereka juga dihadapkan dalam cobaan berat. Tapi, selama itu pula mereka larut dalam doa dan pasrah pada kehendak Sang Ilahi. Melalui dr Melly mereka menemukan jalan keluar. Dokter ini menyarankan agar sample itu dikirim secara kolektif beberapa anak autis sehingga biaya untuk pemeriksaan ke AS hanya Rp. 8 juta. Pemeriksaan meliputi rambut, kotoran, dan lain-lain. Kemudian hasilnya dikirim ke Amerika. Jalan ini akhirnya ditempuh.

Tak Hanya Berdoa

Sejak tahu anaknya autis, Rudy dan Sasha berjuang demi kesembuhan putra semata mayang mereka. Keduanya memutuskan, apa yang yang mereka miliki dijual semua. Menurut Rudy, ia dan istrinya pun tak hanya larut dalam doa kemudian meminta melulu kepada Tuhan guna kesembuhan anak mereka. Ia khawatir jika doa dan permohonan belum dikabulkan maka mereka bisa frustrasi.

Meski demikian, bukan berarti doa dan usaha berhenti. Selama dalam proses belajar di sekolah autis, misalnya, Rudy bersama Sasha, Anov, dan keluarga besarnya bertolak ke Semarang, Jawa Tengah. Mereka berdoa secara khusus untuk kesembuhan anak mereka. Doa mereka benar-benar dikabulkan. Bocah itu, kata Rudy, juga memiliki tanda besar di pipi kirinya. Semacam tahi lalat. Bagi mereka, pengalaman ini adalah berkat luar biasa dan terindah yang diterima dari Tuhan.

Menurut Rudy, sembari Anov sekolah di Playgroup Corrdkids Permadi, Rudy dan istrinya memasukkan putra mereka di Klinik Anakku di Pulomas, Kampung Ambon, Jakarta Timur. Klinik khusus anak autis ini di bawah pengawasan dr Kardiono. Juga di sekolah Mandiga, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Setelah beberapa tahun, Rudy membawa putranya untuk menjalani pemeriksaan ke dr Melly. Setelah dites ada kemajuan luar biasa dalam diri Anov.

Rudy menceritakan, dokter kaget karena anak mereka benar-benar normal. Dokter menanyakan di mana Rudy menyekolahkan putranya. Ia menyampaikan bahwa putra mereka aktif di play group biasa sembari masuk di dua sekolah khusus anak autis yakni di Pulomas dan Kebayoran. Sejak itu, si bocah sudah terbiasa bermain dengan teman-temannya.

“Bahkan pelajaran Bahasa Inggrisnya juga bagus. Puji Tuhan karena doa dan sikap pasrah kami benar-benar didengar Tuhan. Setelah itu saya kursuskan dia sesuai dengan keinginannya. Bahkan saya menyediakan sopir dan perawat khusus. Kami bangga karena play group, TK, dan SD Parmadi Pondok Gede tempat yang belajar yang bisa menerima anak autis,” jelas Rudy, warga Paroki Calvary, Bekasi, Jawa Barat.

Di sekolah, cerita Rudy, Anov termasuk siswa mampu. Buktinya, ia selalu naik kelas. Meski demikian, Anov masih mengikuti kursus kumon, renang, dan les pelajaran sekolah. Kursus itu pun sesuai keinginannya. Melihat kenyataan seperti itu, keduanya memotivasi orangtua yang memiliki anak autis dan tidak memiliki uang agar tetap semangat. “Kita tahu bahwa upaya mengobati anak autis juga butuh uang. Kadang jumlahnya besar. Nah, saya selalu share pengalaman kami karena pernah memiliki anak autis,” jelas Rudy.

Menikah

Rudy menceritakan, ia dan Sasha sudah saling kenal sejak masih kuliah di jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik (FT) Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta. Keduanya makin akrab terutama dalam kegiatan kemahasiswaan, terutama ekstrakurikuler. Setelah menjalin kisah cinta sekian lama, Rudy dan Sasha sepakat menjadi suami istri. Mereka akhirnya dikukuhkan dalam ikatan perkawinan menurut adat dan tata cara Gereja Katolik.

“Kami menikah 2 Februari 2000 di Gereja Santo Antonius Padua Bidaracina, Jakarta Timur. Prosesi pemberkatan nikah suci dilakukan pastor paroki dan dihadiri juga pendeta. Saat itu, pastor meminta agar pendetanya hadir karena sebelumnya, calon istri penganut Protestan. Selang beberapa lama setelah menikah, kami dikaruniai anak,” cerita Rudy.

Sebagai keluarga baru, aktivitas Rudy sebagai seorang sarjana teknik terus dijalaninya. Ia misalnya, dipercayakan dalam sejumlah proyek besar di wilayah Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Pusat, Bekasi, Bogor, Bali, Depok, dan sejumlah tempat lainnya. Tahun 1994-1996, dipercayakan sebagai Site Manager PT Nuansa Graha Jakarta untuk proyek Pembangunan Real Estat Perum Permata Timur.

Sedangkan pada 1996-1998, menjadi Project Manager PT Nuansa Graha untuk proyek Pembangunan Perum BTN Permata Sari Sawangan, Depok, Jawa Barat. Begitu pula pada 1999-2001, menjadi Direktur CV Yomar untuk proyek Pekerjaan Konstruksi Billboard Telkomsel di Gilimanuk, Bali dan sejumlah proyek besar lainnya, dan GM PT Semesta Segar Abadi (importir) dan Dirut PT Cakrawala Buana Kencana (forwarding) sampai tahun 2004. Hingga kini, ia menjadi Direktur Operasional PT Langgeng Sukses Makmur (forwarding).

Pergaulannya yang luas dan luwes membuat Rudy mudah diterima. Termasuk dalam lingkungan dan komunitas di wilayah Jatirahayu, Pondok Melati, Pondok Gede, Bekasi. Ia misalnya, pernah aktif sebagai pengurus RT dan RW. Sedangkan di bidang sosial dan keagamaan, ia juga masih mengambil peran meskipun tak secara intens. Keterlibatan itu tak hanya dalam lingkup Katolik tetapi juga lembaga-lembaga yang dikelola tokoh Islam.

“Sejak 2006-2008, saya dipercayakan warga sebagai salah satu penasehat Rehabilitasi Narkoba Darul Iman, Bekasi. Pusat pengajian, rehabilitasi narkoba dan gelandangan ini dipimpin Pak Haji Agus Saan. Jumlah jemaatnya sekitar 6 ribu di Kota Bekasi dan Depok. Di sana saya sudah dianggap seperti saudara. Bagi saya, tugas membebaskan seseorang dari ketergantungan narkoba atau problem hidup merupakan tugas kemanusiaan universal,” kata Rudy.

Keterlibatan dalam panti rehabilitasi ini juga mendapat tanggapan positif rekan-rekannya dari kalangan Muslim. Mereka menilai, keterlibatan itu merupakan bentuk pengabdian kepada Allah yang dalam aplikasinya adalah hubungan antarmanusia yang sangat mulia, hablum minannas. Itu kalau bicara soal hubungan antarmanusia.

“Mereka memuji kalau saya sangat akrab dengan kalangan tokoh pemuda dan ulama Islam. Bagi saya itu tak membuat saya bangga. Hal lebih penting adalah bagaimana sebagai umat Katolik bisa masuk dalam setiap denyut kehidupan masyarakat tanpa melihat asal usulnya. Ini bentuk nyata bagaimana menjadi garam dan terang bagi dunia di sekitar kita. Saya pikir dari sana nama Yesus dimuliakan,” lanjut Rudy.

Peran Gereja

Menurut Rudy, sebenarnya banyak kegiatan sosial kemasyarakat telah melibatkan Gereja Katolik. Misalnya, pengobatan gratis, donor darah, kunjungan ke panti-panti asuhan, aksi sosial menjelang Natal, Paskah, dan lain-lain. Hal itu merupakan bukti nyata keterlibatan gereja sebagai bagian tak terpisahkan dalam kehidupan bermasyarakat.

“Sebagai umat kita tentu mengapresiasi peran gereja seperti itu. Bahwa Gereja Katolik harus menolong orang yang susah dan membutuhkan pertolongan. Dengan demikian, lingkungan sekitar melihat bahwa ikut memperhatikan orang kecil. Sebagai umat Katolik, sewajarnya kita terus terjun untuk mengerjakan hal-hal itu. Dengan demikian, kita semua ikut mengubah wajah dunia agar semakin damai,” katanya.

Sebagai penganut Katolik, Rudy juga ikut memperjuangkan kebebasan beribadah. Ia punya pengalaman kecil. Suatu saat sebuah gereja diprotes karena para penganutnya mengadakan kebaktian bersama. Setelah mendengar kabar itu, ia menyampaikan kepada rekannya, seorang ulama yang disegani. Setiba di rumah itu, rekannya meminta agar tak perlu diprotes karena kehadiran gereja itu juga memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menjalankan ibadah agamanya. “Para pemrotes akhirnya mengurungkan niatnya,” cerita Rudy.

Berkat komitmen dan pergaulan yang ditunjukkan pria peranakan Jawa–Belanda ini, rekan-rekannya mendorong ia masuk bursa calon legislatif (caleg) DPR RI tahun 2009 melalui Partai Demokrat. Rudy mewakili daerah pemilihan (Dapil) Jawa Barat VI yang meliputi Kota Depok, Kabupaten Bekasi, dan Kota Bekasi.

Dorongan ini bukan langsung diterima, tetapi melalui pergumulan panjang dalam doa bersama istrinya, Sasha. Apalagi, sejak 2004 ia sudah aktif sebagai Sekretaris Bidang Pertahanan Keamanan (Hankam) Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat. “Saya menerima dorongan rekan-rekan. Saya berpikir melalui politik, saya ikut memperjuangkan kepentingan masyarakat. Terutama orang-orang kecil yang membutuhkan bantuan. Juga kaum yang tertindas,” kata Rudy.

Rudy mengaku, sekalipun rutinitas kantor dan berbagai aktivitas lainnya menyita waktunya, toh, keluarga merupakan kiblat pengabdian penting dalam seluruh ziarah hidupnya. Begitu pula dengan istri dan putra semata wayangnya, Anov, yang telah memberi pelajaran dan inspirasi tentang makna kehidupan.

“Bagi saya, keluarga merupakan sumber cinta dan inspirasi saya dalam bekerja dan mengabdi di dunia. Keluarga telah mengajarkan saya tentang peran seorang kepala keluarga. Keluarga menjadi tiang dan fondasi gereja,” kata Rudy. (Ansel Deri)
Ket foto: Rudolfus YB Kadarisman dan Ir Rozana A Awuy Matulandi Kadarisman bersama putra tercinta, Anov.
Sumber: Naskah asli yang sudah dimuat HIDUP edisi 4 April 2010
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger