Headlines News :
Home » » Anas Urbaningrum: Doa Para Pinisepuh Itu Tajam

Anas Urbaningrum: Doa Para Pinisepuh Itu Tajam

Written By ansel-boto.blogspot.com on Monday, May 31, 2010 | 4:42 PM

Lewat persaingan seru, Anas Urbaningrum berhasil menjadi ketua umum partai. Dia menyi sihkan Andi Mallarangeng, Menteri Negara Urusan Pemuda dan Olahraga, yang semula difavo rit -kan karena dianggap mengantongi "restu" Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Begitu pula Marzuki Alie, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat sekaligus mantan sekretaris jenderal partai, yang dianggap lebih senior.

Kendati berusia muda, 41 tahun, Anas sudah banyak mengecap pengalaman politik. Dia dibesarkan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang melahirkan banyak tokoh nasional. Namun, di arena kongres, riwayat itu sempat muncul dalam nada miring. Anas dianggap disokong tokoh HMI, Akbar Tandjung, bekas Ketua Umum Golkar. Namun dia menepis semua tudingan itu. "Benar-benar fiksi," ujarnya.

Rabu pekan lalu, didampingi beberapa anggota tim suksesnya, Anas berkunjung ke kantor majalah Tempo. Selama dua jam lebih dia bercerita seputar Kongres Partai Demokrat dan menjawab semua pertanyaan dengan tangkas, meski beberapa kali dia meminta jawabannya diperlakukan sebagai informasi latar.

Anda siap untuk posisi lebih tinggi, misalnya menjadi presiden?
Posisi tak selalu menjadi definisi sukses. Definisi substantif dari keberha silan adalah ketika tugas dilaksanakan dengan baik. Jadi, yang paling penting, amanat kongres saya tunaikan sebaik mungkin. Selebihnya berjalan sesuai dengan aturan alam.

Apa karena pemilihan presiden masih jauh?
Tugas pokok ketua umum adalah menyukseskan pemilu legislatif dan presiden. Kongres mematok target 30 persen pemilu legislatif. Angka serius dan sangat tinggi dalam ukuran pemilu multipartai di Indonesia. Kalau pemilu le gislatif berhasil, saya kira itu prestasi sangat luar biasa. Jadi saya berkonsentrasi di sana. Soal siapa calon presiden kan ada rumus standar yang dipahami publik, yakni popularitas dan elektabilitas. Tak mungkin mengajukan calon presiden kalau tak dikenal, disukai, dan dipercaya publik. Siapa orangnya, partai akan menentukan yang tepat dan terbaik melalui kewenangan majelis tinggi.

Apa kunci keberhasilan Anda menjadi ketua umum?
Pelajaran yang bisa dipetik dari kong res adalah dukungan politik kuat serta otentik tak diperoleh secara ins tan. Kalau Anda datang tiba-tiba, dukungan lebih cair dan pertimbangannya bukan otentisitas. Saya merasakan bahwa dukungan itu merupakan kelanjutan atau fungsi kerja politik. Proses itu berlangsung selama lima tahun sehingga ada pertemuan gagasan, pemi kiran, dan cita-cita.

Anda sudah lama menggarap dewan pimpinan cabang?
Kalau dalam arti menggarap untuk kongres, baru tiga bulan menjelang hari-H. Tapi kerja politik berlangsung sejak musyawarah daerah dan cabang. Saya menjalin komunikasi, interaksi, dan silaturahmi, lalu memberikan solusi kalau ada persoalan di tingkat lokal. Dalam bahasa teman-teman di cabang disebut "ada ikatan hati". Ungkapan dari berbagai cabang itu kami sambut dengan tagline, "memimpin dengan hati".

Berapa dana yang Anda keluarkan untuk bertarung di arena kongres?
Saya tak menghitung, karena bagian saya menjadi pengantin. Sebetulnya publik dengan mudah bisa membaca peta, modal Anas pasti tidak besar.

Ada dukungan dari pengusaha?
Ada sahabat membantu, tapi tak punya agenda menagih rekening.

Apa yang membuat Anda berani maju terus pantang mundur, sedangkan sinyal ketua dewan pembina jelas mengarah ke Andi Mallarangeng?
Saya yakin betul apa yang saya kerjakan dalam rangka loyalitas kepada SBY dan kemajuan partai ke depan. Dukungan dewan pimpinan daerah dan cabang juga sudah sampai pada level desakan. Bahkan banyak yang mengancam saya. "Awas kalau mundur dan tak melanjutkan pencalonan, berarti tak sayang dan tak berpikir tentang masa depan partai." Lalu sikap SBY juga jelas. Silakan berkompetisi secara demokratis. Silakan pilih sesuai dengan hati nurani. Yang penting kompetisinya baik. Jadi pegangannya itu.

Ada yang menyebutkan bahwa faktor yang membuat SBY mengerucut ke Andi Mallarangeng adalah ada yang menghubungkan Anda dengan HMI atau Akbar Tandjung?
Ah, itu hanya fantasi, betul-betul fiksi.

Anda menggunakan jaringan HMI untuk menang dalam kongres?
Faktor itu dalam Kongres Partai Demokrat sangat kecil. Bagaimana menjelaskan mayoritas warga Papua mendukung saya; Bali, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur? Atau Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Selatan yang memperoleh suara penuh. Jadi warna-warni.

Dalam suasana paternalistik, orang biasa maju dengan restu. Anda maju sebagai ketua umum karena melihat belum ada pernyataan Ketua Dewan Pembina yang memberikan restu kepada satu calon tertentu?
Karena saya tak dilarang untuk maju. Saya dipersilakan maju.

Anda punya modal sosial untuk menjadi presiden: Jawa, NU, dan HMI, sehingga dianggap "bahaya", dengan asumsi Yudhoyono ingin meneruskan kepemimpinan melalui Ibu Ani....
Pak SBY mempunyai sikap jelas dan tegas soal kepemimpinan 2014. Beliau menegaskan tak akan berpikir untuk maju lagi, bahkan dengan ide amendemen konstitusi. Memang ada pikiran dan aspirasi ke beliau untuk menjaga momentum. Beliau diharapkan tak berhenti pada periode kedua, toh ada jalan konstitusional bernama amendemen konstitusi. Tapi sikap beliau cukup tegas: no, cukup dua periode. Beliau menegaskan yang penting bekerja dengan baik dan meninggalkan legasi kuat. Menjawab aspirasi agar Ibu Negara maju pada 2014, beliau juga mengatakan "tidak", sama seperti alasan pertama.

Ibu Ani belum pernah menyatakan langsung penolakannya?
Ibu Ani dalam pertemuan terbatas malah menyampaikan terima kasih kepada Pak Mubarok yang membuat pernyataan di media. Pak Mubarok menyatakan mustahil Ibu Ani mau. Ibu Ani menyampaikan, "Terima kasih Pak Mubarok sudah membela saya." Itu pernyataannya. Jadi dinamika kongres jauh dari terawangan konstelasi politik dan kepemimpinan 2014.

Ada kabar Anda dipanggil Ketua Dewan Pembina Yudhoyono yang meminta Anda menjadi sekretaris jenderal dengan ketua umum Andi Mallarangeng?
Sebelum deklarasi, saya menghadap beliau, mohon izin dan doa restu. Arahan beliau, silakan maju dan berkompetisi dengan baik. Jangan saling menyerang. Jangan melakukan kampanye hitam. Kongres harus menjadi sarana konsolidasi partai. Itu sikap beliau. Jadi tak pernah dilarang untuk maju. Tak pernah dihalangi berkompetisi. Walaupun beliau punya pendapat.

Anda bertemu dengan mertua Presiden Yudhoyono, Sunarti Sri Hadiyah atau Ibu Ageng?
Saya baru sowan ke Ibu Sepuh pagi hari ini (Rabu pekan lalu). Kurang etis melibatkan keluarga dalam kompetisi kongres, walaupun saya percaya beliau ikut mendoakan. Dan doa beliau terkonfirmasi. Pesan moral Ibu Ageng (sapaan lain Sunarti): jalankan amanah dengan ikhlas. Laksanakan tugasmu sebagai ketua umum dengan lurus.

Anda melihat Ibu Ageng menjadi faktor menentukan?
Doa para pinisepuh itu kan tajam sekali.

Mengapa Anda mundur dari fraksi dan DPR?
Ada prinsip moral dalam memegang amanat yang menjadi pendirian. Saya harus berkonsentrasi penuh waktu, tak boleh sambilan dan setengah-setengah. Karena itu, saya akan berkonsentrasi penuh menjalankan tugas sebagai ketua umum dan konsekuensinya harus berhenti dari Senayan.

Anda cuma menjadi ketua partai, dari mana memperoleh penghasilan?
Saya percaya ajaran yang mengatakan bahwa rezeki dari langit dan bumi sering kali datang tak terduga. Tentu saya punya persiapan pribadi untuk kebutuhan subsisten, rasanya cukup.

Apakah ada mekanisme insentif untuk ketua umum?
Tidak ada ketua umum partai yang digaji. Tapi Demokrat ingin merintis tradisi baru. Minimal memadai secara finansial. Itu sudah menjadi garis kebijakan partai. Rasanya cukup untuk menjamin bahwa roda organisasi partai akan berjalan. Contohnya, dengan pasukan 148 orang di DPR, dengan iuran bulanan sudah cukup untuk biaya operasional DPP.

Urusan partai kan bisa didelegasikan ke sekretaris jenderal. Ada yang menyebutkan Anda mundur dari DPR untuk mempersiapkan pencalonan presiden?
Prinsip moral keputusan ini adalah berkonsentrasi pada tugas. Soal lain, yakni kurang elok ada ketua umum partai menjadi ketua fraksi atau anggota DPR. Sehari-hari harus menjalankan tugas sebagai anggota DPR, berarti sering bolos. Saya tak mau daftar absen di DPR kosong.

Atribut yang selalu melekat pada Anas adalah tokoh muda. Padahal orang memi lih karena kualitas intelektualnya. Anda terganggu selalu dianggap tokoh muda tanpa memandang kualitas?
Kadang muda dalam politik Indo nesia bermakna peyoratif. Dalam dinamika kompetisi di kongres, terasa makna peyoratif itu. Masih terlalu muda, belum berpengalaman, nanti saja, dan seterusnya. Saya lebih nyaman dengan substansi spirit meritokrasi bahwa usia biologis tak selalu menggambarkan usia politik. Jadi sudah waktunya ditanam bibit meritokrasi dalam politik Indonesia. Bagaimana politikus harus tekun dan bekerja. Mau berpayah-payah dari bawah dan berkeringat. Bibit seperti itu harus ditanam dan dipupuk.

Dengan konsep meritokrasi itu, apakah nanti komposisi pengurus partai akan dirombak?
Partai Demokrat memiliki banyak stok kader dengan kompetensi cukup baik di bidangnya. Nah, yang harus di-upgrade sungguh-sungguh adalah jam terbang politik. Saya yakin jam terbang politik tak bisa dibeli di supermarket, tapi butuh proses dan pengalaman lapangan. Dengan stok kader yang ada, rasanya tak akan banyak berubah, justru bertambah. Apalagi struktur dewan pimpinan pusat akan makin besar. Bukan gemuk gembrot, melainkan gemuk sehat dan berisi karena struktur disusun berdasarkan isu dan agenda.

Kalau memilih anak Ketua Dewan Pembina sebagai sekretaris jenderal, apakah yakin konsep meritokrasi itu diterapkan?
Mas Ibas (Edhie Baskoro Yudhoyono) itu punya potensi, kemampuan, dan karakternya humble. Karena itu, potensial untuk didorong dengan cepat. Saya bergaul dua tahun terakhir ini dan merasakan akselerasi kemampuan tinggi. Mas Ibas mudah menyambungkan chemistry dengan banyak teman.

Apakah tak berisiko menaruh orang sangat muda di posisi sekretaris jenderal?
Saya kira sama sekali tak berisiko. Justru kalau kami bisa mengemas dengan baik akan mencerminkan optimisme Partai Demokrat ke depan.

Apakah pasti Ibas akan menjadi sekretaris jenderal?
Saya tak ingin mendahului kerja formatur. Tapi pikiran, gagasan, dan aspirasi Mas Ibas untuk menjadi sekretaris jenderal nyata adanya. Tapi tentu saya harus bicara dengan Mas Ibas. Saya harus bicara dengan Ketua Dewan Pembina dan tim formatur.

Benarkah di arena kongres Ibas pernah mengatakan tak mau menjadi sekretaris jenderal di bawah Anas?
Tim kami belum pernah melakukan pembicaraan atau negosiasi posisi dengan siapa pun. Tapi pikiran menjadikan Mas Ibas sebagai sekretaris jenderal itu berkembang di tim serta peserta kongres.

Ketua tim pemenangan Yahya Sacawirya membelot tapi tak berpengaruh pada hasil....
Sebab, kami tahu ukuran. Misalnya, cabang di Jawa Barat itu intensif komunikasi dengan siapa. Dalam tim kami ada koordinator wilayah dan lapangan di tiap provinsi. Jadi presisi tentang angka itu akurat.

Ada yang menganggap, dengan hasil itu, SBY kalah dua kali. Tafsirnya pada putaran pertama dan kedua?
SBY menang karena Anas kan anaknya juga.

Beberapa anak muda di lingkungan Istana cium tangan kepada SBY. Anda juga melakukannya?
Saya cium tangan pada saat-saat tertentu. Kalau di depan publik tidak, nanti membuat beliau kurang nyaman. Baru kalau pertemuan empat mata. Menurut saya, itu kesantunan Timur. Saya melakukan kepada siapa pun orang tua yang saya hormati. Itu juga bagian dari tradisi kultural yang saya serap sejak kecil.

Kalau ada kritik terhadap SBY, apa kritik Anda?
Kritik dan saran langsung saya sampaikan ke beliau. Saran, masukan, dan kritik bukan hal yang aneh. SBY tak alergi dengan itu. Tapi tentu ada cara yang disebut teknologi politik.
Sumber: Tempo, 31 Mei 2010
Ket foto: Ketua Umum DPP Partai Demokrat 2010-2015 Anas Urbaningrum (gbr 1) bersama keluarga (gbr 2). Foto: dok. google.co.id

SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger