Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ
Uskup Koajutor Keuskupan Agung Jakarta &
Uskup Agung Keuskupan Agung Jakarta
Para Bapak Uskup, segenap imam, biarawan-biarawati, seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta yang terkasih. Gereja semesta telah menutup Tahun Imam pada pesta Hati Yesus yang Maha Kudus, yang jatuh pada tanggal 11 Juni 2010 hari Jumat yang lalu. Karena alas an praktis keuskupan kita menutup Tahun Imam di tingkat paroki pada hari ini dengan tetap merayakan pesta Hati Yesus yang Maha Kudus. Penutupan tingkat keuskupan akan dilaksanakan pada hari Senin esok pukul 18.00 di Gereja Katedral, juga dengan merayakan Pesta Hati Yesus yang Maha Kudus. Perayaan ini dilaksanakan oleh para Bapak Uskup dan semua imam KAJ bersama umat yang hadir.Uskup Koajutor Keuskupan Agung Jakarta &
Uskup Agung Keuskupan Agung Jakarta
Mengapa kita menutup Tahun Imam dengan merayakan Hati Yesus yang Maha Kudus? Karena Tuhan Yesus Kristus yang diutus Bapa menebus dosa dan menyelamatkan kita, pada hari Jumat Agung sengsara dan wafat di kayu salib, bertindak serentak sebagai imam dan korban. Korban dan kasih-Nya ini secara tuntas tampak ketika Yesus yang sudah wafat tergantung di salib, hati-Nya ditembusi tombak dan mengalirkan tetes darah terakhir. Merayakan Hati Yesus yang Maha Kudus adalah memuji dan memuliakan kasih Imam Agung yang sekaligus korban. Memuji dan memuliakan Gembala Baik yang tak ingin seorang anak manusia pun tak terselamatkan karena dosanya tak terampuni. Merayakan Tahun Imam adalah mensyukuri Kasih Allah, menyampaikan terima kasih penuh syukur kepada Hati Yesus yang Maha Kudus, menghargai Imama Yesus yang memiliki daya penyelamatan dan penebusan bagi seluruh umat manusia. Hati Yesus yang Maha Kudus adalah kasih Allah yang sekaligus memiliki kuasa menyelamatkan yang bersumber dari Imamat-Nya yang diwariskan dalam Gereja.
Dengan mewarisi Imamat Yesus, Gereja seluruhnya ditugasi untuk menghadirkan kuasa kasih penyelamatan tersebut untuk semua orang di sepanjang jaman. Sesuai kekhasan panggilan masing-masing sebagai awam, biarawan-biarawati atau imam, seluruh Gereja diharapkan agar bersama dengan Tuhan Yesus dan Roh-Nya ikut serta memastikan agar karya penyelamatan Tuhan Yesus yang pada dasarnya telah paripurna, tidak sia-sia. Di sini para imam tertabhis memiliki peran sentral, karena mereka ini memghadirkan Yesus Imam Agung sendiri di tengah Gereja-Nya lewat pelayanan sakramen, lebih-lebih dalam perayaan Ekaristi.
Sejak kita resmi membuka perayaan Tahun Imam sudah banyak acara kita lakukan untuk memahami dan mendalami makna imamat dalam Gereja. Apalagi para imam telah menutup Tahun Imam ini dengan melakukan retret baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri. Umat pun banyak yang aktif terlibat mendukung acara dan mendoakan para imam. Hasil yang dapat diharapkan adalah pembaruan hubungan kasih seluruh umat, biarawan-biarawati dan para imam dengan Yesus Imam Agung yang begitu besar kasih-Nya kepada kita semua orang yang berdosa. Kesadaran ini pasti membarui sikap seluruh umat, biarawan-biarawati dan para imam untuk semakin terlibat dalam usaha bersama Yesus dan Roh Kudus agar sengsara kematian Yesus di salib tidak sia-sia. Bagi para imam ini akan berarti selalu siap sedia dalam setiap saat dan di mana pun menghadirkan kuasa penyelamatan Yesus lewat pelayanan sakramen, yang akan disuburkan dengan pelayanan sabda, bahkan lewat doa dan puasa serta bentuk-bentuk matiraga pribadi lainnya. Para imam pasti semakin sadar bahwa tugas imamatnya menempati posisi kunci dalam memaknai perutusan umat, para biarawan-biarawati sebagai ragi, garam, dan terang bagi perilaku dan cara hidup masyarakat sekitarnya. Karenanya akan sangat tekun menyatukan usaha misioner mereka dengan sumber daya dan kuasa penyelamatan itu sendiri yaitu Yesus, Imam Agung, dan Gembala Sejati, lewat diri-Nya saat mempersembahkan Ekaristi bersama mereka. Dengan demikian ada pembaruan komitmen terhadap panggilan hidup dan tugas utama sebagai imam, menjadi semakin setia sebagai teman sekerja Yesus dan semakin tepat menjadi alat di tangan Yesus yang menyelamatkan di tengah umat, bahkan semua orang. Sari situ hidup dan karya imam semakin terfokus, teliti, dan cermat melaksanakan visi dan misi keuskupan, menerapkan tata kelola pastorang yang baik berdasarkan data, dapat diukur, dan transparan.
Meskipun demikian, semakin kita ingin makin baik dan makin tepat guna melayani imamat Kristus, pertanyaan berikut tetap menggelitik: “Betulkan pengorbanan kasih Yesus tidak sia-sia di keusukupan kita bagi banyak sekali orang? Bagi mereka itu apakah sengsara dan wafat, bilur-bilur did aging dan darah yang tercurah tidak menjadi sia-sia? Kelihatannya memang benar mengingat umat Katolik hanya 461.455 dari sekitar 20 juta masyarakat. Semangat pastoral Gembala Baik menantang kita hanya dalam menggembalakan kawasan yang telah berada dalam kandang, tetapi juga mereka yang tak pernah akan masuk menjadi kawanan kita. Keselamatan di luar Gereja yang menerangi budi dan hati orang dan menuntun agar orang sungguh mencari Tuhan dan ingin setia terhadap kehendaknya pantas mendapat perhatian lebih besar. Kalau kita semua mempengaruhi agar mereka menjalani hidup dengan selalu mempertanggung-jawabkan kepada-Nya, berlaku adil, jujur, suka membantu yang membutuhkan, dan menyingkiri segala dosa, kita mendukung karya Roh yang telah berkarya dalam agama, budaya dalam sejarah bangsa menuju hidup yang lebih baik. Allah yang ingin agar semua orang selamat, tahu bagaimana cara orang baik dibawa ke jalan keselamatan sejati.
Maka pemberdayaan umat basis perlu ditingkatkan, lebih-lebih berfokus pada usaha agar terjadi perubahan perilaku bagi anggotanya sendiri maupun bersama warga masyarakat sekitar membangun cara hidup yang lebih baik dan budaya baru di tempat mereka tinggal dan hidup. Kesitu pula tujuan adanya dialog antar umat beragama. Yaitu saling mendukung untuk berperilaku yang lebih baik, dengan membuat proyek layanan masyarakat bersama-sama. Pancasila yang sudah menjadi ideologi bangsa dapat jadi pijakan bersama meningkatkan keutamaan hidup bersama di tengah masyarakat, dan menghapus cara hidup berdosa. Kalau itu terjadi Roh Kudus akan lebih mudah membimbing mereka menuju keselamatan sejati.
Pantas kita syukuri hadirnya kekuatan rohani di tengah umat dan masyarakat. Hadirnya biarawan-biarawati serta awam dengan karya pendidikan, kesehatan, dan sosial lainnya. Ada banyak umat Katolik yang sudah dalam posisi strategis untuk menggarami kehidupan sosial, ekonomi, dan politik karena mereka adalah penulis atau penerbit Koran atau majalah yang baik, menjadi pelaku ekonomi, menduduki suatu jabatan meski sekecil apapun dalam pemerintahan, menjadi anggota DPRD atau pusat. Tak terkecuali para penegak hokum dan keadilan, para penjaga ketertiban dan keamanan. Pengaruh mereka ini sangat besar terhadap pembentukan sikap dan perilaku orang dan karenanya juga dalam usaha mengembangkan cara hidup yang berbudaya sesuai ideologi bangsa. Dari semuanya tadi, persekolahan dan asrama sangat strategis dalam mendidik perilaku yang baik sesuai nilai-nilai agama, budaya, dan ideologi bangsa. Adalah tugas kita bersama, terlebih para imam untuk menyemangati dan mengarahkan kegiatan mereka ke fokus utama: makin berbakti kepada Allah dan makin baik berperilaku menuju terbinanya budaya hidup baru yang lebih baik. Di situ, bersama dengan kuasa penyelamatan Yesus, kita berusaha untuk meresapi tatanan hidup bersama dengan semangat Injil. Semoga Roh Kudus makin mudah menyempurnakan perilaku hidup setiap orang menuju tujuan hidupnya yang sejati. Dengan demikian Gereja turut berusaha agar sengsara dan wafat Tuhan Yesus tidak sia-sia. Amin. Teriring salam dan berkat.
dibacakan sebagai pengganti kotbah Misa di gereja-gereja KAJ , 12 & 13 Juni 2010
Ket foto: Mgr Ignatius Suharyo, Pr & Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ.
Foto: dok. google.co.id
Ket foto: Mgr Ignatius Suharyo, Pr & Julius Kardinal Darmaatmadja, SJ.
Foto: dok. google.co.id


0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!