Headlines News :
Home » » Misa Imamat di Atas Kursi Roda

Misa Imamat di Atas Kursi Roda

Written By ansel-boto.blogspot.com on Monday, July 19, 2010 | 10:39 AM

Pada pagi hari, sebelum Misa Pastor Petrus Payong, SVD membuat sebuah refleksi. Bahwa yang membuat ia begitu susah yakni mengapa mesti sakit pada saat di mana ia harus merayakan Misa Syukur Imamat.

DALAM remang-remang kegelapan, menurut Pater Piet Payong –begitu sapaan akrabnya– ia seperti mendengar bisikan indah suara-Nya. “Jangan mengeluh! Cinta sebenarnya yang engkau berikan bukan karena kakimu dipotong atau karena gula, tetapi engkau harus menyerahkan dirimu untuk Aku,” ujar Pastor Paroki St Maria Parish, Trenyo, Agusan del Sur, Filipina, Pater Piet Payong, SVD saat memimpin Misa Syukur 25 Tahun Imamat di Rumah Sakit (RS) St Carolus, Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat, Selasa 1/6.

Misa syukur dipersembahkan Pater Piet Payong dalam posisi duduk di kursi. Misa dihadiri sejumlah suster dari Kongregasi Carolus Boromeus (CB) yang berkarya di lingkungan RS St Carolus, suster-suster Putri Reinha Rosari (PRR), dan sejumlah umat dan kerabat asal Keuskupan Larantuka yang tinggal di Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek).

Pastor yang ditahbiskan di Paroki St Theresia dari Kanak-kanak Yesus Kiwangona, Adonara Timur, Keuskupan Larantuka, Nusa Tenggara Timur, pada 1 Juni 1985 itu merayakan Misa dalam keadaan yang belum pulih dari sakit akibat penyakit gula yang menyerangnya hingga harus merelakan satu jari kaki kanan diamputasi.

Kini, ia masih harus menjalani perawatan tim medis rumah sakit untuk menyembuhkan penyakit gula. Penyakit itu menyerangnya dalam beberapa tahun belakangan di tengah menunaikan tugas melayani umat Paroki St Maria Parish, Trenyo, Agusan del Sur, Filipina. Sejak ditahbiskan, ia menghabiskan 25 tahun waktu sebagai misionaris di negeri pimpinan Presiden Gloria Aroyo Macapagal.

“Saudara sekalian! Saya pikir ini juga merupakan satu tantangan bagi kita sekalian. Kita diperingati untuk mengikuti Dia. Mengikuti Dia bukan setengah-setengah, tetapi mengikuti Dia seperti yang Dia mau. Yaitu sampai kita menyerahkan diri kita demi orang lain,” ujar Pater Piet Payong.

Dalam kesempatan perayaan Misa itu, Pater Piet Payong menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan untuk tugas imamat yang ia jalankan selama 25 tahun. Ia juga mensharingkan betapa sebagai seorang manusia, mengingat jasa kedua orangtuanya, almarumah Ibu Juliana Kebang de Ona yang telah dipanggil Tuhan setahun lalu dan ayahnya Fransiskus Ola Ebang yang kini sudah memasuki usia senja.

“Mama Juliana adalah sosok yang memperkenalkan saya kepada Tuhan dan panggilan sebagai imam. Dan mama (Ibu) itu telah dipanggil Tuhan setahun lalu. Secara khusus saya mengingat Mama saat ini dan semua anggota keluarga yang telah dipanggil menghadap Tuhan. Juga semua orang yang mendoakan saya dalam tugas pelayanan,” ujar imam lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalera, Maumere, Flores, ini.
Pada kesempatan itu, Pater Piet Payong juga secara khusus menyampaikan terima kasih kepada Sr Rosa CB dan seluruh anggota komunitas CB di RS St Carolus yang telah mensponsori Misa Syukur. Apalagi, jarang Misa Imamat dirayakan di rumah sakit.

“Dalam Misa Syukur ini, saya juga berdoa buat kalian semua dalam tugas pelayanan. Secara khusus saya juga mendoakan para pasien yang saat ini masih dalam tanggung jawab kalian. Sekali lagi, saya meminta kalian semua menolong mendoakan saya dan semua orang yang telah berjasa dalam hidup panggilan saya. Terutama selama tugas misioner di Filipina selama hampir 25 tahun ini,” tambah Pater Piet Payong.

Rahmat hidup

Tokoh masyarakat NTT asal Paroki St Joseph Boto, Dekanat Lembata di Jakarta, Anton Tifaona mengungkapkan rasa syukur dan bangga atas penyelenggaraan Misa Sukur 25 Tahun Imamat Pastor Petrus Payong, SVD dalam suasana yang sederhana.

“Atas nama keluarga besar Lembata dan Flores Timur saya proficiat kepada Pater Piet Payong SVD yang Merayakan Misa Imamat. 25 tahun lalu, tepatnya 1 Juni 1985 Pater Piet ditahbiskan menjadi imam di Gereja Santu Joseph Kiwangona. Ini sebuah rahmat berlimpah atas hidup kita. Bagi saya pribadi, 1 Juli 1985 pun menjadi hari bersejarah karena saat itu saya dilantik sebagai Kapolda Maluku meski setelah itu tidak terus menerus menjadi Kapolda,” ujar Anton disambut tepuk tangan.

Menurut Anton, jika dilihat dalam kaca mata manusia usia 15 imamat 25 tahun mungkin pendek, lama atau sedang-sedang tetapi di mata Tuhan lain ceritanya. “Jadi, kalau saat ini kita mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan maka itu wajar dan pantas.
Perintah agung

Salah seorang kerabat, Joseph Pattyona, malah membuat ‘kejutan’ untuk Pater Petrus Payong. Kejutan itu tak lain adalah kartu undangan yang masih tersimpan. “Ini adalah kartu Pater Piet Payong. Tahbis pada 1 Juni 1985 di Kiwangona, Adonara, Keuskupan Larantuka dengan motto tahbisan: Ikutilah Aku. Kartu ini masih saya simpan,” kata Jos Pattyona.

Menurut Jos, ketika mendengar Pater Piet Payong sakit, ia merasa girang. Ia yakin, peristiwa itu menguji apakah kita sebagai manusia mau bersyukur atau tidak kepada Tuhan. Biasanya, kalau orang bersyukur, selalu yang bagus-bagus, indah-indah, keberuntungan atau mengalami kebahagiaan.

“Menurut saya, 25 tahun bukanlah waktu yang singkat. Bagi Tuhan, satu hari atau seribu hari sama saja. Malam ini kita mempunyai satu tema, Bersyukurlah dalam segala perkara. Artinya, baik dalam suka maupun duka kita mesti bersyukur kepada Tuhan,” ujarnya.

Ia menambahkan, membaca Surat Paulus dalam I Tesalonika Pasal 5 ayat 16-18 tertulis, Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

Namun, menurut Jos, kapan dikabulkan itu urusan Tuhan. Kemudian kita patut bersyukur. Kalau kita patah semangat, kekuatan kita jadi kecil. Tetapi kalau bersyukur dan bergembira maka ada sukacita.

“Pater Piet adalah anggota ‘Kopasus’ karena SVD menjalankan perintah Agung: Pergilah ke seluruh dunia dan jadikanlah semua orang murid-Ku. Jangan takut, Aku senantiasa menyertai kamu,” ujarnya.

“Perayaan 25 Tahun Imamat ini mengingatkan kita betapa Tuhan selalu menyertai dan memberkati kita dalam setiap tugas dan pengabdian kita bagi sesama. Sebagai umat, tentu kita diingatkan untuk selalu mendoakan para imam, biarawan/biarawati, bruder, suster, dan semua yang bekerja di kebun anggur Tuhan agar setia dengan tugas perutusan demi kemuliaan nama-Nya,” kata Hyasinthus Tibang Burin, teman sekolah Pater Piet yang saat ini menjabat Wakil Ketua DPRD Lembata. (Ansel Deri/Hermien Botoor)
Ket foto: Pater Piet Payong, SVD saat memimpin Misa Syukur 25 Tahun Imamat (gbr 1) dan bersama sebagian umat yang hadir (gbr 2). Pater Piet Payong saat diterima dengan tarian adat oleh umat Paroki St Joseph Boto, Dekanat Lembata, Keuskupan Larantuka pada 3 Juli 2010 sebelum Misa di Gereja St Joseph Boto pada 4 Juli. Tarian adat itu dipimpin langsung dua bersaudara: Blasius Wurin Ketoj dan Korfandus Boge Ketoj. Boge adalah teman kelas P Piet di SDK St Joseph Boto. Foto-foto: HIDUP/Ansel Deri
Sumber: HIDUP edisi 19 Juli 2010
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger