YY, seorang pengidap HIV/AIDS yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lewoleba, kabur dari rumah sakit itu dengan membawa botol infus, Minggu (12/9/2010) malam. Diduga YY kabur karena tidak mendapatkan pelayanan yang memadai.
Informasi yang dihimpun FloresStar di RSUD Lewoleba, Kamis (16/9/2010) siang, menyebutkan YY menjalani perawatan di ruang khusus RSUD Lewoleba. Ibu rumah tangga itu menggunakan salah satu ruang rawat inap dewasa wanita.
Sumber FloresStar menuturkan, YY kabur dari RSUD Lewoleba, Minggu (12/9/2010) sekitar pukul 19.00 Wita. YY berjalan meninggalkan ruangan dengan tetap mebawa botol infus yang terpasang di tangannya.
Sumber itu tidak mengira kalau YY akan melarikan diri dari rumah sakit, sehingga dia tidak berusaha menahan YY. "Saya lagi ambil air di dekat ruang rawat inap itu. Kemudian dia (YY) keluar dengan infus di tangan. Saya pikir dia mau ke kios untuk cari biskuit atau mungkin mencari keluarganya yang di luar, sehingga saya tidak tanya atau tahan dia," jelas sumber yang tidak ingin namanya dikorankan.
Belakangan baru dia tahu dari petugas di Unit Gawat Darurat (UGD) bahwa YY keluar pada malam itu dan tidak kembali ke ruangan tempat dirinya dirawat.
Sumber lain di RSUD Lewoleba menjelaskan, sekitar tiga minggu yang lalu, pasien dengan penyakit yang sama juga meninggalkan rumah sakit, tanpa sepengetahuan pihak rumah sakit. "Tiga minggu lalu juga ada pasien HIV/AIDS yang lari, dan mungkin sudah meninggal," kata sumber tersebut.
Direktur RSUD Lewoleba, drg. Arnold Marbun melalui Bagian Dokumentasi dan Publikasi Humas Setda Lembata, Geroda Yoseph, membenarkan adanya pasien yang meninggalkan rumah sakit tanpa sepengetahuan rumah sakit, Minggu (12/9/2010) malam.
"Pasien tersebut meninggalkan rumah sakit pada malam hari dan baru diketahui sekitar pukul 19.45 Wita, saat dokter datang ke ruangan tempat pasien untuk disuntik," jelas Yoseph.
Yoseph menambahkan, kepadanya doker Marbun menjelaskan pada Senin (13/9/2010) pagi, suami YY datang ke rumah sakit untuk membayar biaya rumah sakit selama YY menginap sejak tanggal 7 September 2010. Namun karena masih dalam masa cuti bersama lebaran, suami YY diminta membayar biaya rumah sakit pada keesokan harinya, Selasa (14/9/2010).
Ketua Yayasan Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat Flores-Lembata (Yakkestra), Mans Tanaboleng yang dihubungi di Maumere, Kamis (16/9/2010), mengakui menerima informasi serupa dari jaringannya di Lewoleba.
Seorang pasien AIDS kabur dari RSUD membawa botol infus. Korban merupakan salah satu empat atau lima orang pasien HIV/AIDS ditemukan selama bulan September ini.
"Saya juga ditelepon kemudian dikirimi pesan singkat (SMS) ada pasien HIV kabur. Ini baru pernah terjadi. Dugaan saya, mungkin penderita tertekan degan pelayanan yang diberikan tidak sesuai harapanya," kata Mans.
Dia menambahkan, jika latar belakang pasien adalah suaminya mengidap AIDS dan meninggal di Maumere beberapa waktu silam, maka pasien itu kemungkinan berasal dari Kedang, Kecamatan Omesuri atau Buyasuri. Saat suaminya diketahui menderita HIV/AIDS, istrinya ditawariobat ARV (anti retrovil) guna mengendalikan virus HIV dalam tubuhnya, namun dia menolak.
Mans mengaku sangat prihatin dengan kejadian ini. Semenjak dr. Bernard Yoseph Beda pindah dari RSUD ke Puskesmas Loang di Kecamatan Nagawutun, pelayanan khusus untuk penderita HIV/AIDS kurang intens. Para medis yang lain terkesan ragu-ragu memberikan pelayanan kepada penderita.
"Sejak dokter Bernad pindah, tak ada konselor profesional menangani pasien HIV/AIDS di Lembata. Pemerintah sengaja, tidak menanganinya," katanya prihatin. Mans mengingatkan, pertumbuhan jumlah penderita HIV/AIDS di Lembata dalam dua tahun terakhir melonjak pesat. Di NTT, Lembata menempati urutan keempat Belu, Kota Kupang dan Sikka (Data Yakkestra Flores Lembata).
Empat Besar di NTT
1. Kabupaten Belu: 325 orang
2. Kota Kupang: 250 orang
3. Kabupaten Sikka: 202 orang
4. Kabupaten Lembata: 76 orang.
Sumber: Pos Kupang, 17 September 2010
Ket foto ilustrasi: Penderita AIDS
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!