Headlines News :
Home » » Potong Istri Karena Kerasukan Roh Halus

Potong Istri Karena Kerasukan Roh Halus

Written By ansel-boto.blogspot.com on Friday, October 29, 2010 | 9:25 AM

Mengaku dirasuki roh halus, Maximus Bala Tapobali (46), warga Desa Lamadale, Kecamatan Lebatukan, memotong istrinya Sesilia Preta (26) dengan parang. Empat jari tangan kanan Preta putus dan bahu kirinya mengalami luka sepanjang 15 cm, lebar 10 cm dan dalam 5 cm.

Bapak mertuanya, Benediktus Nimo (65) yang hendak mengambil cucu dari gendongan pelaku juga tidak luput dari sayatan benda tajam. Nimo bukan ditebas dengan parang yang digunakan Tapolali saat memotong jari tangan dan bahu istrinya.

Nimo justeru ditusuk dengan pisau. Nimo ditusuk saat mendekati pelaku yang sedang menggendong Elsa yang baru berumur lima bulan. Pisau ukuran sedang ini ternyata membawa penderitaan yang luar biasa bagi Nimo.

Pasalnya, saat pisau tersebut hendak dicabut keluar, isinya tersangkut di tulang leher Nimo sehingga tertinggal di leher korban. Nimo harus mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lewoleba bersama anaknya, Preta yang sudah kehilangan empat jari tangan tebasan pelaku.

Kepada FloresStar di ruang Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Lewoleba, Rabu (27/10/2010), Tapobali mengaku peristiwa itu terjadi Selasa (26/10/2010) sekitar pukul 21.30 Wita. Saat itu, ia sedang duduk di ruang depan, sementara istrinya, Sesilia Preta sudah masuk tidur di kamar bersama anak-anaknya.

"Saya pulang dari kebun matahari belum terbenam dan sampai di rumah, istri saya bawa makanan dan suruh saya makan. Saya bilang masih siang ini, bagaimana mau makan sudah. Tetapi kemudian kami dua makan satu piring. Setelah itu, dia (Sesilia Preta) masuk tidur. Saya masih duduk isap bako (rokok dari daun daun lontar dan tembakau) di ruang depan," tuturnya.

Setelah itu,kata Tapobali, badannya seperti dimasuki sesuatu dan langsung menyuruh untuk bunuh. "Saya kemudian ambil parang dan potong istri saya sebanyak empat kali sesuai hitungan roh halus tersebut. Namun karena gelap saya tidak tahu saya potong kena di bagian mana," ujarnya.

Selanjutnya, lanjut dia, ia menggendong anaknya sambil membawa pisau di tangan kanan. Dia berlari menuju rumah ketua BPD yang tidak jauh dari rumahnya. Di sana, Tapobali mengaku minta tolong kepada ketua BPD untuk membantunya mengusir roh halus tersebut.

Tidak lama berselang datanglah mertuanya Benediktus Nimo yang diberitahu warga sekitar bahwa Tapobali telah memotong tangan istrinya serta membawa lari anak kedua mereka.

Nimo yang datang dengan maksud untuk mengambil bayi berusia lima bulan dalam gendongan Maxi justru ditikam di bagian leher. Pisau tersebut patah dan tidak dapat dicabut kembali. Nimo dilarikan ke RSUD Lewoleba sekitar pukul 01.00 dinihari dan baru tiba di sana pukul 02.30 Wita.

"Dia (Nimo) datang dari depan dan hendak memeluk saya untuk mengambil Elsa, tetapi tiba-tiba tangan saya seperti digerakkan sehingga saya tikam dia. Tetapi saya tidak sadar, saya tikam dia di bagian apa," tutur Tapobali.

Usai menikam bapak mertuanya, lanjut Tapobali, ia berlari lagi ke rumah kepala desa yang berjarak kurang lebih 100 meter dari rumah ketua BPD. Di rumah kepala desa inilah Tapobali dilumpuhkan masyarakat.

Massa kemudian menghajar Maxi dengan berbagai cara sampai terdapat luka robek di bibir bagian bawah dan memar di sekujur tubuhnya.

Tapobali kemudian diikat sampai aparat keamanan Polres) Lembata tiba di lokasi kejadian. Saat itu polisi mengganti semua ikatan tali dengan borgol.

Hingga ditemui FloresStar, di ruang UGD RSUD Lewoleba, kemarin Tapobali masih dengan kondisi tangan terborgol. Dia mengaku belum melihat kondisi istri maupun mertuanya yang telah dipotong dan ditikam.

Maximus Bala Tapobali juga mengaku kejadian ini bukan pertama kali melainkan yang kedua. Kasus pertama, lanjut dia terjadi bulan Oktober 2009. Namun pada saat itu, tidak sampai memakan korban karena terjadi pada siang hari, dan kakak iparnya yang menjadi sasaran pada waktu itu berhasil menghindar.

"Tahun lalu bulan Oktober 2009, juga saya dirasuki roh halus seperti ini. Waktu itu, saya mau potong kakak ipar saya. Tetapi tidak kena, karena siang dan dia berhasil menghindar. Saya lalu dikurung dalam rumah selama empat hari, tidak makan. Saya hanya minum air hampir satu ember matex," urainya.

Dijelaskan pula, selama empat hari itu, istri dan anaknya pindah ke rumah orangtuanya yang agak jauh dari rumahnya. Setelah kondisinya membaik, keluarganya mencari dukun dan ia bisa sadar dan sembuh.

Akhir-akhir ini, tuturnya, ia selalu dirasuki roh halus, saat berada sendirian di kebun. Saat itu ia seolah mendapatkan tenaga tambahan untuk bekerja kebun lebih rajin.

"Sudah ulang-ulang roh halur itu masuk ke saya selama bulan ini. Tetapi saya masih di kebun, sehingga saya sendiri dan potong kebun makin rajin. Baru dua malam ini (Senin dan Selasa, 25-26/10/2010), roh halus itu masuk malam hari," ujarnya.

Senin malam, lanjut dia, roh halus itu masuk saat dirinya sedang duduk di luar. "Saat itu saya tidak masuk rumah, dan baru tadi malam (Selasa), saya di dalam rumah, sehingga dia gerakkan saya ambil parang dan potong istri saya. Tetapi saya tidak lihat saya potong di bagian apa. Karena gelap, lampu pelita sudah mati," tutur Maxi.

Sementara saudari Benediktus Nimo, Agnes Olapue (50) yang ditemui saat menjaga Nimo, mengaku tinggal berjauhan dengan rumah pelaku. Namun yang dia ketahui, pelaku orang baik. Bahkan pada malam kejadian pelaku tidak sedang mabuk.

"Dia itu baik, tetapi tidak tahu lagi bagaimana, sampai dia buat begini, karena kami tinggal di lao (sebelah), dan tidak berdekatan," kata Agnes.

Dirujuk ke Kupang

Direktur RSUD Lewoleba, dr. Geril Huar Noming yang dikonfirmasi di ruang UGD RSUD Lewoleba, Rabu (27/10/2010), mengatakan kedua korban akan dirujuk ke RSU Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang karena harus dioperasi.

Pasien akan dibedah oleh tim dokter di antaranya dokter bedah umum, bedah pembuluh darah dan syaraf. Sementara dokter di RSUD Lewoleba tidak bisa menangani pasien itu karena di rumah sakit itu hanya ada dokter bedah umum.

"Kami sudah kordinasi secara internal dengan dokter di RSUD Lewoleba. Tapi dokternya mengaku tidak berani mengambil resiko, karena ia dokter bedah umum. Sedangkan pihak keluarga juga sepakat dirujuk ke Kupang, yang dimungkinkan dengan normalnya sirkulasi pada kedua korban. Mulai dari denyutan nadi, tekanan darah, dan gerakan jantung," kata Geril.

Langkah rujukan menjadi pilihan, lanjut dia, karena kondisi kedua korban masih kuat. Namun, jika dalam perkembangan terjadi perubahan yang menyebabkan tidak dapat dirujuk, tim dokter yang ada di RSU Lewoleba juga sudah siap untuk menangani. Namun tentunya dengan kesepakatan pihak keluarga. "Kami sudah berusaha yang terbaik," ujar Geril.
Sumber: Pos Kupang, 28 Oktober 2010
Ket foto ilustrasi: estrishinta-estrishinta.blogspot.com

SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger