Headlines News :
Home » » Guru Boli, Menteri Nadiem, dan Jokowi

Guru Boli, Menteri Nadiem, dan Jokowi

Written By ansel-boto.blogspot.com on Wednesday, December 11, 2019 | 9:45 PM

KRISTOFORUS Boli Labaona (39 tahun). Satu lagi Nadiem Anwar Makarim. Kemudian ketiga Joko Widodo alias Jokowi (Lihat gambar). Guru Boli tinggal di Desa Atawai, Kecamatan Nagawutun, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Atawai adalah desa di bawah pelukan hutan dan pernah disinggahi Johnny G Plate, anggota DPR RI sekaligus Sekjen Partai NasDem dalam rangkaian reses guna mengunjungi warga masyarakat di daerah pemilihan untuk menyerap aspirasi. Johnny, saat ini didapuk Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Nadiem Anwar Makarim tak lain Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Indonesia Maju. Usianya lebih tua empat tahun dari guru Boli. Nadiem baru saja diangkat jadi pembantu Jokowi -begitu sapaan Presiden Joko Widodo- masuk Kabinet Indonesia Maju.

Jokowi adalah wong ndeso, orang kampung dari Surakarta. Seperti guru Boli, guru hononer di SMP Negeri 2 Nagawutun. Jokowi merintis usaha kecil sebagai tukang bekin kursi, meja, dan mebeler di Surakarta. Ia dipercaya warga Surakarta menjadi Walikota Surakarta. Nasib dan garis tangannya di tangan Tuhan. Jokowi dipercaya jadi Gubernur DKI Jakarta. Langkahnya mulus menuju kursi Presiden berdampingan dengan Jusuf Kalla. Ia kembali dipercaya menjadi Presiden bersama KH Ma'ruf Amin pada periode kedua di negara kaya raya yang sudah merdeka 74 tahun.

Sedang guru Boli? Boleh jadi ia guru paling apes di bawah kolong langit Indonesia. Setiap berganti Presiden Republik Indonesia dan berganti pula Menteri Pendidikan Nasional, guru Boli, barangkali tak pernah disentuh negara dalam urusan penghargaan untuk tugasnya mengajar dan mendidik anak-anak muridnya di sekolah. Sejak 2007, ia mengabdikan diri sebagai guru pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Nagawutun, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Provinsi ini dipimpin Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur Josef A Nae Soi. Duo pemimpin yang pernah sama-sama mengabdi sebagai anggota DPR RI.

"Sejak tahun 2007, Pak Kristo menjadi rekan kerja kami di SMPN 2 Nagawutun. Setiap bulan ia cuma mendapat insentif dari Komite Sekolah sebesar Rp. 100 ribu. Beberapa kali beliau mencoba mengikuti tes menjadi pegawai negeri sipil, tapi dewi fortuna belum memihak. Saat ini ia diberi insentif Rp. 500 ribu setiap bulan. Kami berterima kasih kepada Komite Sekolah karena gaji guru Boli dinaikkan sejak ia mengabdi 12 tahun lalu," ujar Konradus Soni, Kepala SMPN 2 Nagawutun, sekolah pemerintah yang berlokasi di Desa Belabaja.

Jika berandai-andai, gaji guru Boli sebulan sebesar Rp. 500,000. Sedang gaji Menteri Nadiem Makarim sebesar Rp. 150 juta per bulan. Lalu Jokowi bergaji sebesar Rp. 500 juta per bulan, maka tentu terasa sangat jauh perbedaan: seperti langit dan bumi. Ya, itulah rejeki manusia. Hanya Tuhan yang tahu. Seberapa rejeki yang kita terima dari Tuhan, tetap harus di syukuri sebagai umat beriman.

Tapi soal jabatan dan masa kerja, guru Boli tidak bisa dianggap sepele. Di SMPN 2 Nagawutun, guru Boli diberi jabatan mentereng. Selain mengajar mata pelajaran Ekonomi, guru Boli dipercaya sebagai Kepala Urusan Sarana Prasaran, Pembina OSIS, Kaur Kesiswaan, dan Wali Kelas 8. "Pak Kristo saya beri tugas tambahan ini. Kami semua senang karena ia sangat bertanggungjawab dalam tugasnya. Kalau urusan Pramuka dan Olahraga, sekolah kami sangat hidup dan anak-anak senang di bawah bimbingan Pak Kristo," kata guru Soni lebih lanjut.

Saat ini lagi musim penerimaan calon PNS di seluruh Indonesia. Guru Boli pasti mati langkah. Ia tentu meratapi nasib isteri dan anaknya nun di kaki Labalekan, di kampung halaman. Saya tak terlalu yakin kalau hari ini nama nasib guru Boli ada di benak Menteri Nadiem Makarim dan Presiden Joko Widodo: dua orang penting di republik ini. Tapi tentang nasib guru secara gelondongan tentu menjadi kerinduan Nadiem dan Jokowi menaruh hati sekadar berempati.

Presiden Jokowi memandang bahwa guru itu profesi yang sangat mulia. Jokowi bilang begitu saat beliau menghadiri puncak peringatan Hari Guru Nasional tahun 2018 dan HUT Ke-73 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), yang dipusatkan di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 1 Desember 2018. Kala itu Jokowi menyampaikan, ia merasa bangga. Bisa ngumpul dan bersua dengan para pendidik anak-anak bangsa. Ia bangga dapat merayakan HUT PGRI ke-73.

Apa kata Jokowi, bekas Walikota Surakarta? "Saya bangga berdiri di sini menghormati profesi yang sangat mulia, para pendidik anak-anak bangsa. Saya bangga berdiri di sini merayakan ulang tahun organisasi besar guru PGRI." Tapi apakah apresiasi itu juga masuk telinga guru Boli? Walahualam. Satu hal pasti: Nadiem dan Jokowi pernah diajar dan didik para guru hingga menjadi orang hebat dan pastinya akan menghargai dan memperhatikan guru. Semoga nasib dan kisah guru Boli saat ini sampai di gendang telinganya dan merasuk sampai hati mereka.

Satu hal pasti, guru Boli setia bertaruh waktu, tenaga, dan keluarga demi anak murid sebagai guru honorer komite sekolah. Guru Boli, seperti kata Jokowi, setia bertaruh nyawa meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dari desa. Maksudnya, agar kelak punya daya saing. Melalui guru sekelas guru Boli, anak-anak menghadapi dan memanfaatkan peluang dalam dunia dan perkembangan teknologi yang begitu cepat berubah saat ini.

Jokowi, Nadiem, dan guru Boli tentu sama-sama memainkan peran strategis membangun SDM yang kompetitif. Mengapa? Kata Jokowi, pembangunan SDM menjadi fokus utama pemerintah. Karena itu peran guru akan menjadi krusial. Para guru, termasuk guru Boli, sebagai ujung tombak pembangunan SDM juga harus meningkatkan profesionalisme sekaligus menjadi agen transformasi penguatan SDM.

Lalu apa komitmen Menteri Nadiem Makarim soal guru? Pada HUT PGRI ke-74 dan Hari Guru Nasional 2019, Nadiem mantan CEO Gojek, tak mau mengisi HUT PGRI dengan kata-kata inspiratif dan retorika. Nadiem berbicara apa adanya: dengan hati yang tulus. Kepada semua guru di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Tentu juga kepada seorang guru Boli, yang sejak 12 tahun lalu mengandalkan "periuk nasi" keluarga dari kemurahan hati Komite Sekolah, di tempat ia mengabdi.

"Anda ditugasi untuk membentuk masa depan bangsa, tetapi lebih sering diberi aturan dibandingkan dengan pertolongan," ujar Nadiem. Nadiem menyebut, para guru ingin membantu murid-murid yang mengalami ketertinggalan di kelas. Namun apa daya, waktu sang guru habis terbuang mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas.

Baik guru Boli, Nadiem maupun Jokowi, tentu sepakat. Mereka ingin para guru mulai berinovasi tanpa harus menunggu perintah. Ya, guru Boli dengan beberapa jabatan strategis dengan gaji Komite Sekolah sebesar Rp. 500 ribu per bulan. Angka yang jauh dari ideal. Berbeda dengan Nadiem dan Jokowi. “Isteri Pak Kristo merantau di luar NTT untuk memperbaiki ekonomi dan nasib keluarga. Dua anak yang masih kecil usia SD dan TK diasuh sendiri guru Kristo,” kata Konradus Soni.

Guru Boli menyelesaikan studi pada jurusan Pendidikan Dunia Usaha Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Kupang. Guru kelahiran tahun 1980 ini lahir dari pasangan suami isteri petani kecil: Petrus Bala Labaona & Lusia Duan. Guru Boli menikah dengan gadis pilihannya, Maria. Mereka dikaruni dua orang anak kecil. Si sulung sudah di kelas I SD dan si bungsu di TK. Guru Boli tinggal di Desa Atawai. Setiap pagi, ia Boli pergi pulang Belabaja sejauh 3 kilo meter. Ia menunaikan tugasnya sebagai guru honorer. Di tengah kesibukan menunaikan tugasnya sebagai pahlawan tanda tanda jasa, ia masih nyambi sebagai petani.

“Wakil Gubernur NTT Pak Josef Nae Soi pernah singgah di Belabaja saat kampanye Pilgub tahun lalu. Nasib kami guru honorer Komite Sekolah sudah kami sampaikan. Kami berharap nasib kami hononer bisa diperhatikan. Terlalu jauh kalau kami beritahu Menteri Pendidikan Nasional atau Presiden Jokowi atas nasib naas kami sebagai honorer tanpa intervensi negara,” kata guru Boli. 
Jakarta, 11 Desember 2019
Ansel Deri
Catatan untuk adik Boli, guru honorer Komite Sekolah SMPN 2 Nagawutun, Lembata, NTT 
Ket foto: copas google.co.id & dok Fb guru Boli
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger