Headlines News :
Home » » Yuniawan, Jurnalis Gigih yang Penuh Canda

Yuniawan, Jurnalis Gigih yang Penuh Canda

Written By ansel-boto.blogspot.com on Wednesday, October 27, 2010 | 5:05 PM

YUNIAWAN Wahyu Nugroho, 42 tahun, baru saja bergabung kembali dengan Vivanews.com sekitar dua bulan lalu. Peristiwa meletusnya Gunung Merapi menjadi tugas jurnalistiknya yang terakhir kali.

Wawan, panggilan akrabnya, tewas saat berusaha mengajak Mbah Maridjan turun menjauhi muntahan wedhus gembel atau awan panas gunung tersebut, Selasa (26/10).

Jenazahnya ditemukan dalam keadaan terbakar di rumah Mbah Maridjan di dusun Kinahrejo, desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Lokasi dusun tersebut berada dalam kawasan rawan bencana III atau 5 kilometer dari puncak Merapi.

Kepergian pria kelahiran Blora Jawa Tengah menemui Mbah Maridjan ini bukan untuk gagah-gagahan melainkan dalam rangka menjalankan tugas jurnalistiknya.

Teman karibnya, Marthen Slamet, Pemimpin Redaksi Koran Jakarta, menuturkan, Wawan seorang wartawan yang serius dan konsisten dengan sikapnya. “Kami sering beda pendapat tapi dia profesional. Selesai debat kami ngopi-ngopi bareng,” katanya Selasa (26/10) malam kepada wartawan Tempo, Maria Rita Hasugian.

Sehari sebelum bertugas ke Yogyakarta, kata Slamet, mereka sempat berchatting tentang masa depan Koran Jakarta.

Awal karir jurnalistiknya dilakukan semenjak ia lulus dari kuliah di Fakultas Filsafat UGM. Awalnya ia bergabung dengan harian NUSA di Denpasar, Bali. Beberapa tahun kemudian, bapak dua putri ini, memutuskan bergabung ke harian Suara Pembaruan, Jakarta.

Beberapa tahun bergabung dengan Suara Pembaruan, kemudian pria yang dikenal doyan bercanda ini, pindah ke vivanews.com. Tak sampai setahun di vivanews, Wawan kemudian memutuskan mencoba peruntungan baru. Ia hengkang ke Ambarawa, Jawa Tengah, kampung istrinya, Naning.

Di Ambarawa, Wawan mencoba memulai bisnis instlasi Air Conditioning (AC) bersama keluarganya. “Di Ambarawa belum ada pengusaha lokal yang punya bisnis ini, semuanya dari Jakarta dan luar Ambarawa,” kata Wawan seperti dituturkan Slamet.

Sayang, rupanya bisnis yang ditekuninya ini susah berkembang. Wawan pun akhirnya balik ke Jakarta dan bergabung dengan Koran Jakarta pada awal Maret lalu.

Karenanya, sekitar awal September lalu, ia memutuskan kembali bergabung dengan Vivanews.com.

Selama menjadi wartawan, Wawan banyak bertugas meliput masalah politik dan kepartaian. Selama beberapa tahun ia tercatat sebagai peliput di gedung DPR dan Partai Golkar. Ia amat dekat dengan sejumlah elit partai. Wawan juga amat luwes dalam bergaul dan gigih dalam menjalankan tugasnya.

Meski satu almamater dengan Wawan, saya baru mengenal akrab pada tahun 2001. Saat itu kebetulan Tempo menugaskan saya ngepos di DPR. Tahun itu, seperti kita tahu, perseteruan Presiden Abdurrahman Wahid (alm) dengan politisi Senayan memanas. DPR saat itu menggulirkan memorandum terhadap Gus Dur yang kemudian berakhir dengan penurunan Gus Dur.

Saat itulah, Wawan, saya, Pepih Nugraha (Kompas), Susi Evidiah (Republika), dan Nevy H (Indo Pos dan sekarang di Sindo) sering runtang-runtung, bahkan sampai rela melekan di gedung DPR. Jika rasa jenuh menyerang biasanya kami bercanda. Kebetulan Wawan punya selera humor yang tinggi.

Wawan, memang tergolong orang yang gigih dan suka bercanda. Kegigihan itu ia tunjukkan untuk menemui Mbah Maridjan, Selasa kemarin meski akhirnya ia harus kehilangan nyawa. Selamat jalan sobat....
Sumber: Tempo Interaktif, 27 Oktober 2010
Ket foto: Yuniawan Wahyu Nugroho
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger