Headlines News :
Home » » Gerakan Moral

Gerakan Moral

Written By ansel-boto.blogspot.com on Friday, February 04, 2011 | 5:49 PM

Oleh Toeti Adhitama
Anggota Dewan Redaksi Media Group

Dalam kata sambutan membuka simposium Nasional Demokrat (Nasdem), 30 Januari 2011, tokoh media massa Surya Paloh sebagai inisiator dan pendiri organisasi massa itu mengucap syukur. Banyak yang disyukurinya. Antara lain, dalam kurun waktu satu tahun sejak berdiri, ormas tersebut telah berhasil menarik lebih dari 1 juta anggota - jumlah yang melampaui target yang ditetapkan; telah berhasil mendeklarasikan perwakilan Nasdem di 33 provinsi; dan simposium menutup rangkaian seminar delapan bulan sebelumnya terbukti telah menarik minat lebih dari 3.300 peserta. Formulasi Nasdem tentang gerakan restorasi terbukti mendapat sambutan sangat positif.

Mengapa restorasi dirasakan mendesak? Intisari rangkaian seminar itu, maupun tanggapannya, disampaikan dengan cemerlang oleh 12 cendekiawan pada awal simposium. Mendengar pikiran yang mereka kemukakan, kita bertanya-tanya mengapa gagasan-gagasan sebagus itu tidak masuk pertimbangan dalam sistem yang berjalan di negeri ini? Akhir-akhir ini, hiruk pikuk akibat mengeruhnya situasi hukum, politik, ekonomi, dan sosial budaya semakin menjadi-jadi. Semua ikut heboh, kecuali rakyat kecil yang tidak sepenuhnya mengerti, tetapi bisa melihat dan merasakan kesulitan hidup yang mereka jalani.

Anies R Baswedan PhD, salah seorang di antara 12 cendekiawan yang memberi tanggapan, esensinya menegaskan bahwa setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945 sampai tahun 50-an, tingkat kemiskinan rakyat tidak beda dengan sekarang. Tapi jajaran pimpinan waktu itu menunjukkan memiliki integritas yang mampu menggugah rakyat untuk mandiri. Kepemimpinan tanpa integritas menjerumuskan rakyat ke dalam korupsi.

Tentang restorasi, ketua Dewan Pakar Pusat Nasdem menyatakan proses perubahan di suatu negara bisa berlangsung secara revolusi, evolusi, reformasi, dan restorasi. Masyarakat kita sekarang semakin tidak peka. Proses diabaikan. Yang lebih dipentingkan 'end-result'- suatu ciri masyarakat instan. Dalam perubahan dengan cara restorasi, yang mematuhi aturan-aturan hukum, perlu ditumbuhkan kesadaran diri. Oleh karena itu, amat penting menyadarkan bangsa ini bahwa sesuatu yang salah sedang berlangsung dan kita semua wajib memperbaikinya.

Menunggu perubahan

Kita selama ini ramai berbicara tentang kemanusiaan, tentang kebebasan, tentang demokrasi, tentang gagasan-gagasan luhur yang tersimpul dalam Pancasila. Tetapi berpikir dengan perspektif jangka panjang belum menjadi kebiasaan kita. Rakyat kecil mengalami tekanan kemiskinan karena pertambahan penduduk tanpa jaminan penghasilan memadai dan tanpa jaminan pangan bergizi. Kerusakan lingkungan dan sumber-sumbernya menjadi lingkaran setan yang dibangun oleh kemiskinan. Satu-satunya kemungkinan untuk mengurangi rangkaian kesengsaraan ini, yakni pendidikan dengan perencanaan yang bagus dan terukur, sekalipun terus-menerus didiskusikan, tetapi rasanya belum juga menjadi prioritas.

Sistem yang berlaku di negara-negara demokrasi mengandalkan peran partai-partai politik sebagai sarana pemerintahan demokratis. Karena itu sarjana-sarjana kemasyarakatan beranggapan, menjadi kewajiban kita bersama untuk menyimak keadaan partai-partai politik yang ada: bagaimana partai itu diorganisasi, dari mana dananya, bagaimana dia menjalankan fungsinya, bagaimana dia merekrut pemimpin-pemimpinnya, dan bagaimana dia mengambil keputusan. Latar belakang dan sikap kader-kader partai juga dipelajari. Juga bagaimana kecenderungan partai itu dalam persoalan sosial, ekonomi dan budaya, soal agama, dan kesukuan/etnik.

Kesan yang kita peroleh, partai-partai politik di Indonesia tampaknya tidak menyadari bahwa mereka menjadi andalan utama rakyat. Merekalah penguasa-penguasa yang melakukan kotak-katik panggung politik. Nasib rakyat di tangan mereka. Reformasi yang gagal akan semakin menyengsarakan rakyat, kecuali kalau tiba-tiba berkobar revolusi yang secepat kilat bisa menjungkirbalikkan situasi. Tentunya kita tidak mau itu. Jalan pintas yang bisa kita lakukan adalah mengadakan restorasi yang dengan cepat mengubah keadaan, tanpa terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum. Syaratnya, restorasi perlu mendapat dukungan rakyat. Itu yang sedang diusahakan organisasi massa Nasional Demokrat.

Moral Re-Armament

"Di bumi terdapat cukup pangan untuk memenuhi kebutuhan tiap orang, tetapi tidak cukup untuk memenuhi keserakahan semua orang. Jika kita mau saling memikirkan dan mau saling membagi rata, apakah mungkin akan ada yang kekurangan."

Kata-kata itu diucapkan oleh Frank Buchman (1878-1961), pelopor grup Oxford, suatu gerakan moral yang mendapat dukungan universitas Oxford dan yang kemudian dikenal dengan sebutan 'Moral Re-Armament'. Disebut demikian karena Buchman berkeyakinan bahwa problem umat manusia akan bisa teratasi kalau masyarakat mengalami kebangkitan moral dan spiritual. "Moral recovery is essentially the forerunner of economic recovery," katanya suatu kali. Kesejahteraan ekonomi akan terwujud setelah terjadi kesadaran moral. Itu intinya.

Di Inggris, kelompok itu menjalankan kegiatannya ke seluruh daerah. Kata novelis kenamaan Daphne du Maurier, organisasi itu membantu penduduk mengatasi kesulitan dan menyiapkan diri untuk masa depannya. Di masa datang akan terbukti bahwa gerakan moral itu akan bermanfaat bagi negara dan bangsa. Salah satu pemikiran terpenting gerakan itu adalah bahwa 'mengubah dunia harus dimulai dengan mengubah diri sendiri'. Buchman juga dikenal sebagai pelopor kegiatan-kegiatan yang merangkul semua agama.

Sekelumit paparan tentang Moral Re-Armament tadi memberi gambaran bahwa sewaktu-waktu dalam peradaban kita muncul tokoh-tokoh atau kelompok-kelompok yang dengan tekad dan nyali besar memelopori gerakan moral untuk memperbaiki situasi masyarakatnya. Selain Buchman, sebut saja Mahatma Gandhi (1869-1948) dan Martin Luther King (1929-1968), pemimpin-pemimpin spiritual yang juga berpolitik.

Gerakan moral selalu diperlukan mengingat sumber kekayaan yang tersedia untuk masyarakat jumlahnya terbatas, karena sumber alam dan kemampuan produksi pun terbatas. Akibatnya, jumlah kekayaan yang bisa dimiliki seseorang juga dibatasi oleh kebutuhan yang dirasakan individu-individu lain. Karena itu, perlu ada aturan-aturan pendistribusian yang adil. Bila ini diabaikan, akan timbul keresahan dan ketidakpuasan. Ada saja orang-orang yang ingin memonopoli dengan kekuatan atau kekuasaan. Orang-orang lain menjadi korban. Gerakan moral mampu menjadi sarana ampuh untuk menciptakan kemaslahatan bersama, tidak kalah sahih dengan yang dilakukan organisasi atau lembaga lain.

Bahwa Nasdem dengan gerakan moralnya 'mengerti politik dan berpolitik' tentunya membuat kaum pergerakan dan aktivis tertarik. Tantangan selanjutnya, bagaimana membuat organisasi ini memiliki daya tarik bagi seluruh rakyat, bukan hanya kalangan terdidik? Diperlukan partisipasi rakyat banyak. Ide ini perlu dikomunikasikan karena tujuan akhir kita menyejahterakan semuanya, yang pada hakikatnya adalah tujuan kemerdekaan kita.
Sumber: Media Indonesia, 4 Februari 2011
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger