Headlines News :
Home » » Lembata, Simbol Desa Terpencil (Bagian 2): Mengatasi Isolasi dengan Program Pro-rakyat

Lembata, Simbol Desa Terpencil (Bagian 2): Mengatasi Isolasi dengan Program Pro-rakyat

Written By ansel-boto.blogspot.com on Saturday, February 25, 2012 | 3:37 PM

Meski berada dalam himpitan perbukitan, air minum menjadi barang langka di Lembata. Jalan di tengah kampung Liwulagang sepanjang dua kilo meter pun masih plontos alias belum dirabat.

“Sampai saat ini pemerintah kabupaten maupun provinsi belum memasang pipa untuk kebutuhan air bagi warga. Para pemimpin datang dan pergi namun hanya meninggalkan janji. Jika soal-soal pokok ini kami sampaikan belum juga didengar, entah berapa banyak lagi kami harus curhat,” lanjut Goris.

Kini, warga Liwulagang mulai optimistis. Rabu, 8 Februari  2012 lalu, bersama tiga kampung lainnya yaitu Idalolong (desa Penikene), Warawatu (Lusiduawutun), dan Riabaka (Desa Duawutun) ditingkatkan statusnya menjadi desa persiapan. Prosesi peresmian dilakukan Bupati Eliaser Yentjie Sunur di Loang, kota kecamatan Nagawutun atau sekitar 10 kilo meter dari Liwulagang.

“Saya bersama masyarakat tentu berusaha sekuat tenaga membangun kampung ini agar keluar dari berbagai persoalan, terutama isolasi fisik dan ketersediaan kebutuhan pokok lainnya seperti jalan, air minum, dan listrik. Tentu bersandar pada swadaya masyarakat dan bantuan pemerintah kabupaten, propinsi maupun pusat,” ujar penjabat Kepala Desa Persiapan Liwulagang Paulus Guma Pukan.

Paulus yang pernah jadi guru di SD Inpres Liwulagang mengharapkan agar program-program pro rakyat yang digagas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diharapkan sampai juga ke masyarakat yang bermukim di desa-desa hingga kampung seperti Liwulagang. “Program pro rakyat ini perlu ditingkatkan terus hingga menyentuh masyarakat yang tinggal di kampung atau desa seperti Liwulagang. Saat ini banyak program pro rakyat dirasakan sangat membantu, khususnya masyarakat dari keluarga kurang mampu,” ujar Guma Pukan.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Lembata mengalokasikan anggaran miliaran rupiah untuk membangun dan meningkatkan sejumlah ruas jalan, termasuk beberapa kampung dan desa di Nagawutun.

“Kami sudah menyepakati alokasi anggaran multy years sebesar Rp. 14 miliar dari Lamalewar menuju Lamalera. Ruas jalan lainnya juga mendapat alokasi dana rehab dan peningkatan,” ujar Anton Gelat Wuwur, Wakil Ketua Fraksi Gabungan Kemudi DPRD Lembata melalui telepon genggam dari Lewoleba.

Anton yang juga legislator Partai Demokrat ini menambahkan, Presiden SBY sudah menggelontorkan program-program pro rakyat untuk membantu masyarakat, termasuk yang tinggal di perkampungan maupun pedesaan di seluruh wilayah Indonesia.

Anton, mantan wartawan harian NUSA Tenggara Denpasar ini menambahkan, Lembata adalah salah satu kabupaten di NTT bahkan di wilayah timur Indonesia yang masih tertinggal. Berbagai kebutuhan vital seperti jalan raya memadai, air minum, dan listrik masih sangat minim. Saatnya para menteri mengarahkan program-program pro rakyat agar menyentuh masyarakat kecil.

“Jalan raya, air minim, dan listrik mesti jadi prioritas. Jadi, kalau ada kepala desa yang curhat, ya, itu berangkat dari kenyataan yang dirasakan bersama warga sehingga perlu diperhatikan menteri terkait selaku pembantu Presiden,” kata Anton, legislator Daerah Pemilihan 2 yang meliputi kecamatan Nagawutun, Wulandoni, Atadei, dan Lebatukan. (Ansel Deri)
Sumber: Harian 'Jurnal Nasional’ Jakarta, 24 Februari 2012
Ket foto: Warga dusun Lamalewar, pusat pemerintahan Ileboli, membicarakan persoalan desa termasuk kampung Liwulagang.
Foto: dok. pribadi
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger