Rohaniwan, lulusan Program Doktoral Universitas Pontificio
Istituto di Spiritualità Teresianum, Roma;
Bekerja dalam Dewan Kongregasi MSF di Roma, Italia
Sikap Paus menjadi teladan kerendahan hati dan
pelajaran etis bagi para politikus. Kota Roma pada petang hari tanggal 11
Februari 2013 seakan terhenti hanya pada satu isu: Paus mengundurkan diri!
Konferensi pers dari juru bicara Vatikan, Federico Lombardi, menunda santap
siang kebanyakan orang yang memilih menyimak peristiwa bersejarah itu. Dalam
waktu sekejap jaringan komunikasi dunia dibanjiri kisah pengunduran diri itu.
Pengunduran diri seorang Paus baru terjadi lagi
setelah enam ratus tahun. Penggantian Paus normalnya dilakukan setelah
meninggalnya Paus yang sedang berkuasa. Keputusan Benediktus XVI memutar jarum
jam ingatan Gereja akan masa lampau sejarahnya. Paus terakhir yang mengundurkan
diri adalah Paus Gregorius XII tahun 1415.
Kitab Hukum Kanon Gereja (KHK) yang mengatur soal
jabatan Paus menegaskan bahwa “Apabila Paus mengundurkan diri dari jabatannya,
maka untuk sahnya dituntut agar pengunduran diri itu terjadi dengan bebas dan
dinyatakan semestinya, tetapi tidak dituntut bahwa harus diterima oleh siapa
pun” (KHK, 1983, No 332, § 2).
Kendati dijamin hukum, keputusan pengunduran diri
Paus tetap mengundang pertanyaan yang memerlukan penjelasan. Juru bicara
Vatikan menegaskan bahwa keputusan lengser itu telah dilakukan melalui sebuah
proses panjang. Ia menjadi keputusan pribadi dan karena itu luput dari segala
perkiraan.
Paus Benediktus sendiri dalam pernyataan pengunduran
diri yang disampaikan dalam bahasa Latin itu mengakui bahwa ia telah merenung
dalam doa dan memutuskan untuk mundur “berdasarkan seruan hati nuraninya di
hadapan Tuhan.”
Ia merasa telah tiba saatnya untuk mundur dari
pelayanannya sebagai uskup Roma dan pengganti Santo Petrus. Keputusan mendasar
untuk mundur menurutnya adalah karena usianya yang telah lanjut “ingravescentem
aetatem” dan “demi kebaikan Gereja”.
Keputusan Paus mengundurkan diri dipuji banyak pihak
sebagai sebuah keputusan yang berani. Jawaban Paus Benediktus XVI dalam
wawancara yang dibukukan dalam Licht der Welt (Terang dunia), 2010,
memperlihatkan sikap dasarnya tentang jabatan seorang Paus.
Ketika ditanya pendapatnya tentang kemungkinan
mundurnya seorang Paus ia secara gamblang mengatakan: “Jika seorang Paus sampai
pada sebuah kesadaran diri yang jelas bahwa ia tidak dapat lagi secara fisik,
mental dan rohani menjalankan tugas yang dipercayakan kepadanya maka ia
mempunyai hak dan dalam batas tertentu juga kewajiban untuk mengundurkan diri”
sebagai Paus.
Tanggal 28 Februari pukul 20.00 akan berakhir tugas
Benediktus XVI sebagai Paus. Sejak saat itu akan terjadi “sede vacante” yakni
kekosongan jabatan Paus. Para kardinal yang berada di bawah usia 80 tahun akan
dipanggil untuk menghadiri sidang Konklaf, yakni sidang pemilihan Paus baru
yang akan bertempat di Kapela Sistina. Sidang itu diperkirakan akan terjadi
pada pertengahan bulan Maret 2013.
Para kardinal yang memenuhi syarat untuk menghadiri
sidang Konklaf kini hanya berjumlah 117 orang. Sebenarnya ada 118 orang, tapi
pada 20 Februari mendatang ada satu kardinal yang usianya akan melampaui 80
tahun.
Menurut tata cara pemilihan Paus seperti terungkap
dalam dokumen “Universi Dominici Gregis”, Paus harus dipilih secara rahasia dan
tertulis. Tidak lagi diterima pemilihan dengan cara aklamasi. Seorang kardinal
terpilih sebagai Paus jika ia mendapat jumlah suara dua per tiga dari para
kardinal yang hadir di Konklaf.
Tentang bagaimana pemilihan dilakukan diatur sebagai
berikut: Pada hari pertama di sore hari akan diadakan satu kali pemilihan. Jika
Paus belum terpilih pada pemilihan hari pertama maka pada hari berikutnya akan
diadakan pemilihan sebanyak dua kali di pagi hari dan dua kali di sore hari.
Hal itu dilakukan sampai Paus baru terpilih.
Sulit Diramalkan
Sejak awal dimulainya sidang Konklaf sampai
terpilihnya Paus, para kardinal tidak diizinkan bertemu siapa pun dari pihak
luar. Komunikasi dengan dunia untuk sementara terputus. Para kardinal dilarang
menjumpai atau dijumpai pihak luar. Tanggung jawab mereka diwujudkan dalam
bentuk pengekangan diri untuk tidak mengadakan komunikasi dalam bentuk apa pun
dengan dunia luar.
Kendati kini beredar banyak nama yang disebut-sebut
layak menjadi Paus, umumnya sulit meramalkan siapa yang akhirnya akan terpilih
menjadi Paus baru. Peristiwa pemilihan Paus merupakan sebuah peristiwa iman.
Pemilihan diadakan dalam suasana doa dan tanpa kampanye. Menurut perkiraan,
Paus yang baru sudah akan terpilih pada Maret 2013.
Bagaimana hidup Benediktus XVI setelah tanggal 28
Februari? Ketika terjadi kekosongan pada 28 Februari, pukul 20.00 Paus
Benediktus XVI akan menjalani waktunya beberapa saat di Castel Gandolfo
(biasanya menjadi tempat peristirahatan untuk para Paus di musim panas) sambil
menunggu tersedianya tempat di pertapaan Mater Ecclesiae di Vatikan.
Pertapaan yang didirikan sejak tahun 847 mempunyai
misi khusus yakni berdoa bagi karya Paus. Ia terletak di dalam lingkungan
tembok Vatikan dan kini sedang direnovasi. Paus Benediktus XVI, menurut juru
bicara Vatikan, tidak akan diasingkan dalam biara itu. Ia akan diberi
kesempatan menggunakan waktunya secara bebas untuk menjalankan minatnya dalam
dunia menulis dan belajar secara pribadi.
Masa jabatan Benediktus yang kurang dari delapan
tahun diakhiri secara mengejutkan. Ia bagaikan “petir yang menyambar di langit
yang cerah” sebagaimana diungkapkan Kardinal Sodano ketika mewakili para
kardinal menanggapi pidato pengunduran diri Paus.
Namun, seperti diungkap seorang politikus Italia,
sikap siap lengser Paus menjadi sebuah teladan kerendahan hati dan pelajaran
etis bagi para politikus. Tindakan Paus menurut politikus itu menggambarkan
semangat pelayanan untuk meletakkan kepentingan umum di atas segala usaha tak
halal mempertahankan kekuasaan.
Mengundurkan diri bagi Paus Benediktus XVI memang
mengejutkan. Tetapi, ia menjadi sebuah pancaran integritas moral dan juga
sebuah keberanian iman.
Masa depan Gereja diserahkan ke dalam tangan Tuhan
dan Paus Benediktus XVI menempatkan dirinya hanya sebagai “pekerja hina di
ladang Tuhan” seperti diungkapkan tanggal 19 April 2005 di awal penampilan
publiknya di balkon Basilika Santo Petrus. Selamat menjalani masa pensiun,
Santo Padre!
Sumber: Sinar Harapan, 13 Februari 2013
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!