Dari tahun ke tahun Lewoleba ibukota Kabupaten Lembata selalu penuh dengan sampah. Sampah berserakan di hampir seluruh tempat, apalagi setelah hujan. Ini bisa mengidentikan Lewoleba Kota Sampah.
Penilaian ini disampaikan beberapa warga Lewoleba saat ditemui FloresStar secara terpisah, Senin (31/5/2010). Mereka itu, adalah Magdalena (32), Kristo (45) dan beberapa warga lain yang tak mau dituliskan namanya.
Menurut Magdalena, banyaknya sampah itu karena buruknya sistem drainase. Karena itu pemerintah harus menangani masalah ini secara serius.
Pantauan FloresStar siang kemarin, pada beberapa titik mulai dari seputaran Jalan Berdikari, Jalan Trans Nagawutung, depan Kantor Dinas Pekerjaan Umum, Puskesmas Lewoleba, Dinas PPKAD Kabupaten Lembata, Dinas PPO, areal pertokoan dan sekitarnya, sampah berserakan di hampir seluruh badan jalan. Kondisi ini muncul sejak hujan mengguyur kota itu beberapa hari terakhir.
"Kami sangat terganggu dengan keadaan ini. Sampah berserakan sepanjang jalan, sehingga tidak enak dipandang mata. Ini juga mengganggu lalu lintas. Kami minta pemerintah serius menangani masalah ini," pinta Magdalena dibenarkan Kristo yang ditemui secara terpisah.
Menanggapi itu, Lurah Lewoleba, G Siprianus, yang dikonfirmasi di ruang kerjanya, menegaskan, pembersihan sampah itu terus dilakukan dari waktu ke waktu.
Kegiatan itu selalu dikoordinasikan dengan para ketua lingkungan, ketua RT dan RW yang ada di Kelurahan Lewoleba. Maksudnya pembersihan lingkungan itu dilakukan secara rutin di wilayah masing-masing.
Menurut Siprianus, para ketua RT/RW dan ketua lingkungan telah diminta untuk bersama masyarakat kebersihan lingkungan seminggu sekali. Disepakati setiap Jumat. Hal itu untuk menciptakan Lewoleba yang bersih.
Namun, lanjut dia, untuk urusan pengangkutan sampah dari dalam kota ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pada, adalah kewenangan kecamatan.
"Kami sebatas memberikan pengertian dan imbauan kepada masyarakat untuk terus membersihkan lingkungan. Sedangkan pengangkutan sampah merupakan kewenangan kecamatan," jelas Siprianus.
Siprianus juga menyebutkan, meluapnya sampah di jalan-jalan di Lewoleba merupakan akibat lanjutan dari buruknya drainase. "Kami sudah usulkan pembangunan drainase setiap tahun. Tetapi gagal di tingkat kabupaten," ujar Siprianus.
Armada Sampah Terbatas
Camat Nubatukan, Fransiskus Gewura Langobelen mengatakan armada pengangkut sampah yang dikelolanya sangat terbatas. Itu kendala pengangkutan sampah selama ini.
Ditemui FloresStar Senin (31/5/2010) siang, dia membenarkan bahwa kewenangan mengangkut sampah ada pada kecamatan. "Benar, penanganan sampah menjadi kewenangan kecamatan," ujarnya.
Saat ini, lanjut Langobelen mobil pengangkut sampah hanya dua unit. Kapasitasnya lima ton per truk. Jadi dua truk itu tidak mampu mengangkut sampah dari 5.200 rumah tangga yang ada di Lewoleba.
"Secara matematis, jika satu KK menghasilkan 5 kg sampah setiap hari, maka total sampah yang dihasilkan adalah 26 ton. Sedangkan daya angkut dua truk yang ada hanya 20 ton per hari, dengan masing-masing truk lima kali angkut sampah. Itu berarti masih tersisa enam ton sampah yang tidak terangkut. Itu belum ditambah sampah dari sekolah-sekolah maupun kawasan perkantoran," jelas Langobelen.
Kendala lainnya, sampah di Lewoleba itu dibuang di sembarangan. Apalagi tidak ada media penampung. Selain itu tidak ada pemisahan antara sampah organik dan non organik, sehingga para petugas pengangkut sampah harus mengumpulkan lagi sampah dan itu memakan waktu.
Sumber: Pos Kupang, 1 Juni 2010
Ket foto:Kantor Bupati Lembata di Lewoleba, kota Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Saat ini Lewoleba dikepung sampah. Foto: dok. Kompas.
Ket foto:Kantor Bupati Lembata di Lewoleba, kota Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Saat ini Lewoleba dikepung sampah. Foto: dok. Kompas.
PEMDA LEMBATA DAN PEMKOT LEWOLEBA...TANGGAPI DONG MASALAH SAMPAH INI,, CARI TPU YANG IDEAL,SARANA PENUNJANG DAN TENAGA YANG MAU MENGERJAKANNYA. JANGAN PIKIRKAL KEPENTINGAN SENDIRI.
ReplyDelete